Chapter 2

5.8K 370 7
                                    

[edited]

Kurasakan perih di kepalaku. Aku pun membuka mata perlahan dan  seorang anak laki-laki seumuranku berdiri dihadapan dan tentunya menatapku. Aku tidak dapat mengartikan tatapannya.  Entah kenapa.. Tiba-tiba dia mengalihkan pandangannya kearah lain dengan raut wajah yang dingin. Apa dia bipolar?

 "Kembalikan bolanya!" Ucapnya dengan nada memerintah sembari menatap kearah lain. Aku melirik sekeliling dan entah bagaimana bola basket itu berada disampingku. Bodoh, kenapa tidak mengambil sendiri saja? Dan nada bicara itu, sungguh aku membencinya.

"Apa susahnya sih mengembalikan bolanya?"

Anak laki-laki aneh itu langsung mendekat dan mengambil bola itu dan berjalan menjauh. Meninggalkanku yang cukup memanas karena sikapnya yang bossy itu. Dia pikir siapa dia?

"Silly." Gumamku pelan sembari memegangi kepalaku yang sepertinya benjol karena bola basket sialan itu. Mengatainya? Tidak. Hanya akan membuang-buang energiku yang sudah cukup terkuras setelah merapikan kamar.

Tiba-tiba saja anak laki-laki itu berbalik. Menatapku dengan tatapan membunuhnya yang sebenarnya sama sekali tidak mengerikan. Dan menyerukan,

"What you say?"

 

Detik itu juga aku kagum dengan anak laki-laki menyebalkan itu. Bagaimana bisa dia mendengarkan gumamanku tadi? Apa telinganya sepeka itu?

Aku menatapnya dengan tatapan what-you-mean yang membuatnya memutar matanya. Dan dia pun mengangkat tangannya menunjukku dengan telunjuknya sembari berseru,

"Akan kubalas kau!"

Dan pergi menjauh sembari mengapit bola basket itu diketiaknya. Cih, memangnya kita akan bertemu lagi? Apa dia seyakin itu? Lupakan tentang dia. Sekarang, aku sudah berada di dekat dengan rumahku. Hei tunggu dulu, bukankah itu Nash? Tanpa pikir panjang aku berjalan kearahnya lalu menepuk pundaknya.

"Hei Lyc, darimana saja kau?" tanyanya sambil menghentikan pekerjaannya. Ya.. tadi, dia sedang mencuci mobilnya.

"Taman, bukankah kau ada janji dengan temanmu?"

"Aku pulang lebih cepat agar aku dapat mengobrol denganmu dan Greyson. Tadi aku kerumahmu tapi, Mom bilang kau keluar. Hey tunggu, kembaranmu itu kemana? Sedari tadi tidak terlihat dan ada apa dengan keningmu?"

Banyak pertanyaan yang dilontarkan Nash. Bagaimana bisa diotak Nash muncul pertanyaan sebanyak itu secara bersamaan?

"Kami berpisah di bandara karena Grey akan berkunjung ke rumah teman lamanya lebih dahulu. Kau ingin berkunjung? "

Aku berbicara sembari menunjuk rumahku. Dan apa benjolnya sangat mencolok sampai Nash yang tingkat kepekaan terhadapan lingkungan yang tergolong rendah pun menyadarinya?

"Maafkan aku, Mom memintaku untuk mengantarkannya berbelanja." Sahutnya dengan wajah bersalahnya. Aku menggelengkan kepalaku tanda aku tidak masalah dengan hal itu. Lagipula aku juga membutuhkan istirahat.

"Lagipula besok aku harus sekolah." Sahutku sembari tersenyum kecil. Ya, besok aku harus pergi ke sekolah 'baru'ku. Ini lucu karena aku baru saja tiba disini hari ini dan besok aku harus pergi ke tempat yang sangat mengerikan yang biasanya disebut sekolah.

Detik berikutnya, munculah seorang wanita dewasa yang tentunya sangat kukenal dari balik pintu utama rumah keluarga Grier. Beliau, Nash's Mom. Terlihat Mom Elizabeth tersenyum ramah kepadaku dan berjalan mendekat kearahku. Ya, begitulah aku memanggil ibunya Nash. Beliau memintaku memanggilnya seperti itu agar terkesan lebih akrab dan Mom meminta hal yang sama kepada Nash.

Setelahnya, kami berbincang sebentar. Ya, walaupun hanya sekedar menanyakan kabar masing-masing dan setelahnya, Mom Elizabeth pergi berbelanja yang diantar oleh Nash. Dan ya, aku memutuskan untuk kembali ke rumah karena sepertinya tidak ada lagi hal yang akan kulakukan diluar rumah.

"
hey, please leave your vote and comment because i work hard for this 💞

much love,
Nadia

Damn, I Love You ; M.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang