3. -Berbeda, Bucin, Pempek, dan Kangen-

21 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Masih sama dia, kamu?! Nekat, ya?"

Yiru hanya bisa menghela nafas pelan, ketika mendapati suara sarkas ibunya yang sudah berdiri dibalik pintu, memunggungi jendela. Kentara sekali jika habis mengintip. Padahal kakinya saja belum genap menapak bagian dalam rumahnya, tapi telinganya sudah lebih dulu menerima hujatan.

"Ma... aku capek. Mau istirahat."

"Capek, lah! Orang habis keluyuran seharian sama yayang-nya."

Yiru memejamkan mata sembari mengeratkan rahangnya. Menahan kesal yang sudah memuncak diubun-ubun, hanya tinggal meledaknya saja. Gadis itu menyeret langkahnya meninggalkan Sang ibu yang masih asyik berceramah dibelakangnya. Berbagai sindiran sinis terus tertuju padanya. Entahlah, mungkin Yiru akan menjadi anak durhaka jika mengatakan ibunya gila.

"Aku udah bilang sama Mama. Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Marchel, Ma. Kita cuma temanan."

Terpaksa.

Daripada harus mengatakan kebenaran, Yiru lebih memilih berbohong dan menutupi kebenaran yang ada. Disamping Yiru yang sedang tidak ingin berdebat Yiru juga ingin melindungi Marchel-nya.

"Pertemanan macam apa yang selalu sering kelihatan berdua antara laki-laki dan perempuan. Kemana-mana berdua, sering teleponan sampai larut. Kamu tahu sendiri, Yiru. Dia beda—"

Yiru menghentikan langkahnya tanpa berbalik, tangannya sudah mengepal kuat. "Ma!!"

"Apa?! Teriak-teriak sama orang tua?! Udah dibilangin dari dulu, jangan terlalu dekat sama dia! Cari cowok lain yang lebih baik dari dia."

"Manusia nggak ada yang sempurna, Ma. Manusia akan jadi serakah kalau terus menganut; cari yang lebih baik. Karena semuanya nggak ada yang sebaik itu."

"Tapi dia beda sama kita, Yiru!"

"Aku tahu dia beda, Ma." Yiru memutar tubuhnya, menatap Ibunya dengan berkaca-kaca. "Tapi— kenapa Mama sampai sejauh itu ngelarang hubungan aku sama Marchel? Marchel salah apa, Ma?"

Jatuh.

Butiran bening itu akhirnya jatuh bersamaan dengan berakhirnya kalimat sendu yang terlontar dari celah bibirnya.

Yiru kembali memutar tubuhnya, berlari masuk ke dalam kamarnya. Mengabaikan Ibunya yang terus melontarkan cacian.

"Kalau Papa tahu kamu masih berhubungan sama dia, habis kamu."

Lagi. Kejadian seperti ini terjadi lagi dan terus berulang. Setiap kali Yiru ditemukan sedang bertemu tatap dengan Marchel— terlepas dari keduanya hanya berdiri berdampingan.

Orang tuanya tak pernah mengizinkan kedekatan antar keduanya. Bukan karena mereka membenci Marchel.

Tidak.

Lika Liku Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang