"Jen..."
Pemuda yang sedang asyik mengelus gumpalan bulu berwarna putih didekat kakinya itu menoleh, ketika mendengar sayup-sayup suara yang memanggil namanya. Menatap Si pemanggil dengan senyum manisnya.
"Hei..."
Jenar bangkit dari duduknya, beralih pada gadis yang menjadi tujuan utamanya saat ini.
Dalam hati berbisik— memohon maaf pada Bang Jian, karena dirinya harus mengabaikan pemuda itu.
Anneth sama sekali tak menampikan senyumnya— walau hanya segaris. Dirinya hanya menatap datar pada pemuda yang menjabat sebagai pengisi hatinya, lalu menggerakkan tangannya agar pemuda itu mengikutinya.
Dengan senang hati, Jenar mengikuti kemana langkah gadis itu mengarah.
Anneth membawa langkah keduanya pada ruang tamu, mendudukkan dirinya disana dan diikuti oleh Jenar.
"Udah lama?"
Nada dinginnya menjadi kalimat pembuka dari percakapan keduanya. Namun, hal itu sama sekali tak berarti apa-apa bagi Jenar. Hatinya sudah kebal.
"Baru, kok."
"Kenapa ke sini?"
Jenar tak langsung menjawab. Tangannya bergerak meraih kantung plastik berukuran besar yang sejak tadi dibawanya, lalu menyodorkannya pada Anneth. Membuat gadis itu menoleh— menatap Jenar sekilas, lalu bergeser pada kantung yang ada ditangan kekasihnya.
"Sesuai janji."
Ah... Anneth baru ingat.
Tentang pesan yang semalam, rupanya Jenar tidak main-main akan membawakan semua itu. Semua daftar buatannya sendiri, Jenar membawanya sekarang.
"Gue nggak minta."
Anneth masih membiarkan plastik itu menggantung diudara, biar saja tangan Jenar pegal.
"Emang harus nunggu lo minta dulu— baru gue kasih? Udah, ini."
Jenar menarik tangan Anneth, menyelipkan plastik itu ke tangan kekasihnya— memaksanya untuk menerima semuanya.
Terdengar helaan nafas dari celah bibir Si gadis, Jenar memang selalu begitu— suka memaksa.
"Pulang sama siapa tadi?"
Suara beratnya kembali terdengar setelah Anneth memangku plastiknya.
"...sendiri."
Hanya dengan satu kata, Jenar menoleh dengan cepat— alisnya tertaut.
"Kok?!!"
"Nggak apa-apa. Gue bukan anak kecil yang harus diantar-jemput."
"Lo perempuan, Anneth..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika Liku Jejak Luka
DiversosYang namanya hidup, pasti langkahnya penuh dengan lika-liku. Dan pastinya... selalu diselingi dengan luka. Baik itu luka fisik, maupun non-fisik. Meskipun tak terlalu nampak, karena para bujang dan mojang Karawang ini selalu pandai menutupinya. Hing...