Seperti biasa, para bujang sudah berkumpul memenuhi satu meja kantin yang ukurannya tidak besar-besar amat. Padahal pesanan mereka belum tersaji didepan mata, tapi mereka sudah asyik bercuap-cuap tanpa makna. Ada yang asyik mabar seperti Bara dan Jean, ada yang asyik mengemili kerupuk udang seperti Gerald, ada juga yang sibuk chatting dengan seseorang seperti Jenar dan Mina. Tak lupa juga dengan para sesepuh seperti Lucky dan Marchel yang turut bergabung dengan adik-adiknya. Juga Saka, yang seperti orang bingung.
"Besok gue ulang tahun, nih." Gerald bersuara sembari meremukkan kerupuknya, "Nggak ada, gitu, yang mau ngasih surprise— apa prank, lah."
"Nggak ada uang." Jenar menyambar tanpa menatap Gerald.
"Gue sumpahin— duit lo ke bakar semua, lihat aja." Gerald menunjuk-nunjuk wajah Jenar penuh dendam. "Setting-an juga nggak apa-apa, lah. Yang penting gue senang udah diulang tahun-in."
"Kasihan amat." Lucky menimpali, "Lo kaum duafa, ya?"
"Hampir, Bang."
Gerald masih berjuang untuk mengambil hati teman-temannya— yang sepertinya tampak tak peduli —itu.
"Ultah ke berapa, sih, lo?"
Syukurlah, Marchel masih berhati untuk menanggapi curahan Gerald.
"Mau tujuh belas."
"Sweet seventeen. Asyik, nih!"
Lucky meledek sembari memainkan sedotannya, membuat bunga kecil-kecil dari sedotan itu. Belum saja ditegur oleh ibu kantin.
"Iya, makanya. Surprise-in, atuh, lah." Gerald memasang ekspresi se-melas mungkin.
"Ya udah," Saka menepuk bahu Gerald, "Besok gue surprise-in, deh. Tapi lo harus pura-pura nggak tahu aja, ya. Pura-pura kaget, biar kita nggak sia-sia usahanya."
Jenar berdecih, Mina mendengus, Jean dan Bara yang hampir menyembur— menahan ledakan tawa, serta Lucky dan Marchel yang saling menatap dengan pandangan aneh. Reaksi dari warga setempat yang nampaknya berbeda-beda, beraneka ragam. Sama seperti suku budaya yang tersebar dibelahan Indonesia.
Agaknya, ada yang salah dengan dua manusia ini.
Gerald mengangguk, "Iya, deh. Makasih banyak, lho, udah mau ngasih kejutan buat gue."
"So, pasti. Kita, kan, teman."
"Lihat~ Ada dua orang bodoh yang sedang mengakrabkan diri."
"Pft—!" Bara tak mampu menahan tawanya, "Mengakrabkan diri banget, nih?"
Tak lama setelah itu, pesanan yang telah ditunggu-tunggu— akhirnya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika Liku Jejak Luka
AléatoireYang namanya hidup, pasti langkahnya penuh dengan lika-liku. Dan pastinya... selalu diselingi dengan luka. Baik itu luka fisik, maupun non-fisik. Meskipun tak terlalu nampak, karena para bujang dan mojang Karawang ini selalu pandai menutupinya. Hing...