"Mama~ Mama~ Dimanakah kau berada~?
Mama~ Mama~ Ingin sekali ku bertemu~ Hatchi... anak yang sebatang kara~ Pergi mencari ibunya~"Mina bisa melihat jelas bagaimana tetangga seberangnya itu berjalan dan menghampiri dirinya, dengan mulut yang terus mendendangkan nyanyian sindiran untuknya yang sedang duduk manis di teras rumahnya. Netranya menatap Jenar tanpa minat, sedang hatinya terasa dengki. Hanya melihat bagaimana gerakan pemuda tampan itu, sampai benar-benar menjatuhkan tubuhnya didekatnya.
"Ngapa, lo? Merenung aja- upacara masih besok."
Mina paham betul yang dimaksud Jenar. Korelasi antara merenung dan upacara adalah lagu 'Mengheningkan Cipta'. Namun, Mina tidak menanggapinya, terlalu malas dan tidak penting.
"Cimory gue, ditumpahin sama Ummi."
"Hah?!"
Bukan. Jenar tidak terkejut dengan ucapan Mina, hanya saja... Jenar merasa bingung.
Pagi ini Mina terlihat linglung hanya karena sebotol susu fermentasi yang tak sengaja tersenggol Sang ibu.
Kepalanya terus meremang, mengingat bagaimana cairan putih itu mengalir secara cuma-cuma diatas meja, nyaris membasahi ponsel Sang ibu.
Padahal... itu murni kesalahan ibunya.
"Kok, bisa, sih?" Jenar meraup toples kacang yang memang dibawa Mina dari dalam tadi- sebagai pelengkap lamunannya pagi ini.
Mina memejamkan matanya sejenak, rasanya masih kesal. Namun Mina tidak bisa marah.
"Ummi katanya pengen nyobain Cimory gue. Tapi dia nyuruh gue bukain botolnya, padahal udah ke buka. Ummi juga malah asyik aja sama hapenya. Gue sodorin pelan-pelan, dah, tuh, botol ke dekat dia. Lah, pas dia sadar... dia naruh hape kagak selow banget, sampai Cimory gue ke senggol, terus tumpah. Ahh, anjing! Kesal banget gue, tapi gue nggak bisa marah. Gimana gue ngelihat itu Cimory ngalir gitu aja secara cuma-cuma, anjir!!"
Guratan amarah itu terlihat jelas dimata Jenar, pemuda itu paham bahwa saat ini Mina benar-benar kesal. Bahkan, Jenar memposisikan dirinya menjadi Mina saat itu juga.
Jenar tahu, Mina memang bersifat seperti itu.
Mina tidak akan rela membiarkan apa yang dimilikinya- diminta oleh orang lain. Apalagi jika Mina benar-benar menyayangi apa yang dimilikinya itu.
Bahkan sampai menjurus dalam hal makanan dan minuman sekalipun.
Tapi, apa boleh buat? Jika yang meminta adalah ibunya sendiri- Ummi Syifa.
"Udah, lah, Cimory doang..." Jenar berkata pelan, meski itu sukses membangunkan singa yang tertidur.
"Iya, doang-doang. Lo nggak tahu aja, Nar. Gimana gue bolehnya nyeruput dikit-dikit tiap kali minum. Eh, dengan mudahnya tumpah sia-sia gitu aja. Kesal gue, ya, anjing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika Liku Jejak Luka
AcakYang namanya hidup, pasti langkahnya penuh dengan lika-liku. Dan pastinya... selalu diselingi dengan luka. Baik itu luka fisik, maupun non-fisik. Meskipun tak terlalu nampak, karena para bujang dan mojang Karawang ini selalu pandai menutupinya. Hing...