3

16 8 0
                                    

Beruntung itu jika bisa menemukan teman sejati di dunia yang penuh dengan orang-orang 'palsu'.

Beruntung itu jika bisa menemukan teman sejati di dunia yang penuh dengan orang-orang 'palsu'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Ku menatap buliran air yang sedari tadi turun tergesa-gesa.Hawa dingin menerobos masuk melalui epidermis kulit Ku.

Aku melangkah masuk menutup pintu balkon juga dengan tirainya.Langkah Ku terhenti di meja ketika ponsel berbunyi.

Drrrt......Drrtttt...

"Ya Ta?"

"...."

"Oke"

"...."

"Iyaa"

"...."

"Bye" Ucap Ku ketika sambungan diputus.

Aku berjalan menuruni anak tangga."Bibiii!" Aku menarik nafas ketika sudah berada di ruang keluarga.

Bibi berjalan tergesa-gesa."Iya non?" Jawabnya masih memakai mukena.

Aku terkekeh."Nanti temen-temen Nilami kemari.Bibi tolong siapkan camilan dan minuman" Aku mendudukan diri di sofa.

Bibi meletakan punggung tangannya di ujung pelipis."Siap non" Kemudian pergi.

Aku menekan remot menonton kartun.20 menit berlalu.Namun belum ada pertanda kedatangan Ralita dan kawan-kawan.

Ting.Tong-suara bel depan

Aku berdiri melangkah menuju pintu depan."Lama" Aku memutar bola begitu melihat Ralita,Gevin,Gavin dan Kevin.

Ralita sedikit berlari untuk mensejajarkan langkahnya."Tadi si Gaga lama.Pake acara mandi dulu segala" Ralita melirik sinis Gavin.

"Silahkan duduk"Ujarku mempersilahkan mereka duduk.

Gevin dan Gavin mengedarkan pandangan."Gue anak tunggal.Bokap kerja,nyokap meninggal ketika gue berusia 5 tahun" Tutur Ku.

"Ini non.Silahkan" Ucap Bibi menyimpan aneka camilan dan jus di meja.

Gavin mengambil sepotong cheese chocolate."Rumah lo banyak makanannya" Ucapnya kemudian menikmati dessert.

Gevin dan Ralita melakukan hal yang sama mengambil dessert.Sedangkan Kevin megambil jus,mungkin dia haus.

Ralita melirikku."Kita boleh nginep di sini?" Ujarnya membuatku diam lantas mengangguk.

"Kamar di rumah ini berapa?" Gavin bertanya.

"Dua" Sahutku.

Gevin melihat kearah Ku."Rumah segede ini kamarnya cuma 2?sulit dipercaya" Gevin mendramatisir.

"Satu kamarnya setara 3 kamar di rumah lo"Komen Ralita sedikit ketus.

Gevin ber-oh saja.

Gavin meletakan piringnya di meja."Kalau aja tadi bawa tenda" Ujarnya seraya menerawang menatap lampu yang tergantung di atas kepalanya.

Nali & her bestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang