6

13 7 0
                                    


Rumah harus menjadi jangkar, pelabuhan dalam badai, tempat berlindung, tempat yang menyenangkan untuk tinggal, tempat di mana kita dicintai dan di mana kita bisa mencintai.

Rumah harus menjadi jangkar, pelabuhan dalam badai, tempat berlindung, tempat yang menyenangkan untuk tinggal, tempat di mana kita dicintai dan di mana kita bisa mencintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan yang Kutempuh cukup jauh.Setidaknya Aku bisa bertemu dengan sahabat dan Mom.Mom ralita sangat baik, ia menganggapku seperti anaknya sendiri.

Ayah?Aku tidak tahu keberadaannya.Dia masih sibuk dengan pekerjaaanya.Memang katanya setiap ayah bekerja untuk keluarganya.Namun siapa sangka, keluarga yang dimaksud bukan hanya diri Ku.Selama ini dia mempunyai keluarga baru tanpa sepengetahuan Ku.

Rupanya dia menjadi pembohong selama 5 tahun terakhir.Aku tidak apa selama dia tetap menganggapku ada walapun jarang ditemuinya.

Hidup ini lucu bukan?.Beberapa messege dan panggilan Ayah pernah aku tolak.Aku merasa seperti tidak dianggap ketika pertama kali Aku tahu bahwa Ayah sudah memiliki keluarga baru.

Tapi,Aku mencoba damai dengan semuanya.Aku menerima mungkin Ayah tidak ingin istrinya menggangguku karena selama ini aku tidak pernah ditempertemukan dengan siapapun.Dan beruntungnya dia mempunyai seorang anak laki-laki yang selama ini dia inginkan.

Ayah tetap memberiku fasilitas sama seperti dulu.Namun kini waktunya lebih sedikit untuk menghubungiku.Aku mempunyai ralita dan mom yang masih peduli akan diriku membuatku tetap semangat menjalani hari demi hari.

Sebelum melangkah kaki.Aku memandang rumah di depanku dengan seyum mengembang seraya mengetikan sesuatu di kolom messege pada ralita.

Tiba-tiba gadis pemilik rumah keluar dengan berlarian merentangkan kedua tangannya."Naliiiii!" Ucapnya kemudian menyalurkan dekapan kerinduannya.

Aku mencium dalam-dalam aroma khas ralita."Gue kangen lo" Tuturku yang dia jawab,"Juga"

Ralita melepaskan pelukan kemudian mengajakku masuk ke dalam rumah nya.Rumah minimalis tanpa loteng dengan beberapa ruangan rapih di dalamnya.

"Lo pasti lelah.Lo bisa istirahat di sini" Ucapnya membukakan pintu kamar tamu.

Aku mengangguk berjalan mendekati ranjang kemudian duduk menelusuri ruangan ini.Semuanya tetap sama.Setiap aku mengunjungi ralita kamar ini selalu milikku bahkan saat aku tak di sini.

Aku berdiri memandang foto yang di simpan di lemari dan dinding.Foto masa SMA,kuliah,bahkan wisuda sarjana pertama kami terpampang di sini.Di rumah saja foto ku dapat di hitung jari.Namun di rumah ralita ,Aku merasa bahwa aku benar-benar di sini.Benar-benar hadir dan dianggap.

"Li.Kalau lo laper makanan di meja makan,Gue mau nganter catering dulu!" Ucap ralita berteriak.

Aku mendengar penuturan ralita langsung berjalan cepat menemuinya." Eh,lo mau kemana?" Tanyaku begitu melihat ralita bersiap memakai helm karena tadi suaranya terdengar kurang jelas.

"Nganterin cantering, soalnya yang biasa nganter lagi absen katanya anaknya sakit" Ucapnya

"Gue ikut"

"Serius lo?gak mau istirahat aja?"

"Sebentar gue ambil slin bag dulu"

Setelah ralita melihatku ia lantas memberi helm."Biar aman"

Aku menerimanya kemudian memakainya."Sini biar gue yang bawa" Ucapku menujuk kotak catering.

Ralita sempat berfikir kemudian memberiku kotaknya."Hati-hati li"

"Kalaupun mau itu lo yang hati-hati.Kan lo yang bawa motor"

"Maksud gue lo hati-hati bawa pesenannya.Jangan sampai tumpah"

"Siap bos!"

"Kenapa gak pake mobil aja nganterinnya?"

"Mobilnya dipake mom buat belanja.Lagian kalau pake motor lebih gesit jadi cepet li"

Aku mengangguk beberapa kali.

🌷🌷🌷

Nali & her bestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang