Chapter 6

3K 373 173
                                    

:v

:v gak tau kenapa w cepet bat ngetik ni chapter

Chapter 6: Keadaan.

______________

Beberapa minggu kemudian.

BRAK
/insert suara pintu kebanting.

"PANCA, KEMARILAH!!" Teriak TNI sambil membuka pintu ruangan panca dengan kencang.

"Ada apa TNI? Kau mengagetkanku saja"

"Surat dari Tuan ASEAN"

"Aish, ku pikir apa"

To: Panca dan TNI
From: ASEAN

Apa kalian berdua baik baik saja disana?
Keadaan Indonesia memburuk.
Dia tidak mau keluar dari kamarnya, tidak mau bahkan, tidak mau berbicara pada siapapun.
Jadi apa kalian bisa kesini untuk menceritakan apa yang terjadi?
Dan juga untuk membujuk Indonesia keluar kamarnya.
Saya tunggu.

Salam hangat, ASEAN.

Mereka syok mengetahui keadaan Indonesia. Indonesia pernah down, tapi tidak separah ini.

Panca dan TNI pun sepakat akan berkunjung ke Mansion ASEAN, dan mereka pun menyiapkan surat balasan. Mereka akan datang besok siang.

Selagi menyiapkan barang untuk esok, mereka berdiskusi apa yang dapat membujuk Indonesia.

Di Mansion ASEAN.
ASEAN pov

Tempat ini terasa seperti tempat mati. Tidak ada suara, tidak ada tawa, tidak ada segalanya.

Anak anak terlihat seperti mayat hidup. Tidak bermain atau bahkan berinteraksi. Mereka hanya memainkan jari atau duduk terdiam di sudut ruangan.

Saat makan siang juga begitu. Saat Indonesia tidak hadir, Malaysia siap untuk menghibur semuanya saat makan. Tapi setelah kejadian itu, mereka semua hanya fokus memakan makanan mereka setelah itu kembali kekamar.

Entah harus senang atau tidak, nilai mereka juga ikutan naik. Itu karena mereka hanya selalu membaca buku seperti Singapore. Tapi kecuali Indonesia.

Ia hanya dikamar, tidak pernah keluar. Aku sudah berusaha membujuk dan mengetuk pintu kamarnya, tapi selalu tidak ada suara. Didalam kamar Indonesia seperti tidak ada orang. Maka dari itu, saat jam makan aku selalu memberinya porsi lebih banyak dan juga air yang cukup agar ia tak dehidrasi.

Tapi tidak ada yang tau apa yang dilakukan olehnya disana. Terkadang makanannya tidak disentuh sama sekali, kadang juga tidak habis. Aku bingung dengan keadaan anak anak ini. Jadi kuputuskan untuk mengabari saudara Indonesia yang mungkin bisa mengembalikan Indonesia seperti semula.

Saat Makan Malam.

"Brunei, tolong panggil yang lain untuk makan malam ya" kataku sambil menyiapkan piring piring.

"Baik pah"

Saat selesai aku agak sedikit merinding melihat anak anakku berjalan ke meja makan. Mereka benar benar seperti mayat yang berjalan.

"Papa... aku mencium bau aneh dari kamar kak Indo, tapi aku tidak tau bau apa itu" ucap Vietnam yang baru turun dari lantai atas.

"Ah iya, aku juga kadang samar samar mendengar kak Indo tertawa" Philippines juga ikut membuka suara.

Entah kenapa firasatku buruk mengenai hal ini. Aku sangat takut jika ada yang terjadi pada Indonesia.

"Baiklah akan papa cek sebentar" aku beranjak dari kursi dan berjalan ke kamar Indonesia sambil membawa jatah makanannya.

Please, Don't Change [Countryhumans] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang