Part 8 🌈

41 4 0
                                    


"Selamat pagi Ciwi-ciwi" Sapa Devan saat memasuki kelas nya dengan manis

"Pagi manusia dakjal" balas mereka serempak

"Kagak ada akhlak lo semua" kesal Devan cemberut

"Kan akhlak kami diborong sama lo" cibir mereka membuat  Devan tersenyum senang

"Oh jadi kalian mengakui akhlak gue baik" Ujar Devan

"Baik pala lo" Ketus seorang cewek pojok belakang

"Ah Indak usah lah begitu mbo,  Akui sajo awak ko baik" ujar Devan dengan menggunakan bahasa minang campur indo (Ah, Gak usah begitu lah, akui saja gue ini baik)

"Kalau gak bisa bahasa minang jangan sok" cibir wanita itu

"Kalau gue bisa gimana Gioo?"

"Nama gue Gia bukan Gio njer"

"Cocok an Gio nama lo, Lo gak ada betinanya jadi betina" ledek Devan

Siswi yang bernama Gia itu hanya berdecak kesal, Memang iya, Dia perempuan, tetapi gaya nya yang seperti laki-laki membuat ia semakin tomboy, belum lagi rambutnya dipotong sama seperti pria disekolah ini, mungkin jika orang yang tidak kenal Gia akan menganggap bahwa dia seorang cowok, Muka nya yang tampan jika sebagai seorang pria

"Nama lo bagusan Devi" balasnya membuat teman sekelasnya yang lain tertawa

"Deviii" teriak Dian yang baru saja masuk, ia tertawa saat mendengar ucapan Gia yang menurutnya lucu

"Diam lo bangke"

"Neng Depi" goda Dian mencolek dagu Devan dengan kedipan sebelah mata

"Iya kang goyang" balas Devan

"Neng depi udah mamam?" tanya Dian tertawa geli

"Belum" Jawab Devan dengan gaya bencong

"Banci" sorak mereka sekalas kesal melihat wajah Devan yang sangat cocok dengan bencong perempat jalan

"Paduan suara senin ege" sorak Devan tak kalah keras

"Suka-suka kami lah" balas mereka serentak lagi

Dian malah tertawa menyaksikan kehebohan dipagi hari, Dian berjalan ke arah Gia

"Hai ambo" sapa Dian lalu mengedipkan sebelah mata ke arah Gia

"Hallo Dian" balasnya tersenyum manis

"Manis banget senyum lo Mbo, Dapat kiriman rendang lo ya dari padang?" tebak Dian antusias

"Kagak sih" ujar nya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal

"Terus?"

"Lurus aja,  Nanti belok kanan, kalau ada jurang masuk aja" balas Gia malas

"Gilo ambo ko mah" ujar Dian bahasa minang  (Gila kamu ini)

"Kan yang sehaik cuman kau ajo nyo" balas Gia kesal dengan bahasa daerah kampung halaman kedua orang tuanya  (Kan yang sehat cuma kamu)

"Bahasa negara nya keluar gais" ujar Dian tertawa pelan

"Bayar uang khas!" Teriak Desi didepan kelas memukul papan tulis dengan pena, Membuat mereka terdiam, Ini nih yang buat mereka kesal, Uang khas! Bendahara sensi kek singa lagi

"Berisik anying" Teriak Anka

"Heh Anka! Uang khas lo 30 ribu lagi,  Bayar sekarang atau gue sunat lo" Ujar Desi dengan mata melotot

"Galak bener dah lo Dasi, cepat tua lo mampus" Cibir Liam

"Lo juga Liam! Uang khas lo 50 Ribu lagi, Bayar sekarang!" tagih Desi galak

DIANDE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang