Sebelum baca, jangan lupa vote dan komen dulu ya
Happy reading, sehat selalu.
"Eh, ada Ali." Kak Sheza datang dari belakangku.
Ayu terbangun mendengar Kak Sheza memanggilku, dia mengangkat kepalanya dari bahuku. Matanya masih sipit, penglihatannya masih samar. Kesadarannya juga belum terkumpul.
"Ayu, bikinin aku minum ya," pinta Kak Sheza.
Ayu langsung pergi untuk mengambil minuman, walaupun langkahnya pelan. Meninggalkan aku dan Kak Sheza di sofa. Hanya berdua membuat suasana terasa mencekam.
"Ali, habis ngapain aja sama Ayu?" Pertanyaan Kak Sheza mengintimidasi.
"A-aku cuma makan seblak lalu ketiduran di sofa." Aku gugup, bingung menjelaskannya. "Aku sayang sama Ayu, aku gak akan ngerusak dia. Sumpah aku gak macem-macem sama Ayu." Aku tidak berani menatap wajah Kak Sheza.
"Ali." Kak Sheza tiba-tiba memegang tanganku. Kembali menempelkan tubuhnya di lenganku. Tercium bau alkohol dari aroma tubuhnya.
"Tadi aku mau cium kamu. Tapi gak enak sama Ayu. Mumpung Ayu gak ada, aku mau cium kamu." Muka Kak Sheza memerah. Sepertinya mabok berat, tingkahnya makin tak terkontrol.
Jika Ayu melihat ini, aku bukan cuma dicubit lagi. Langsung ditusuk-tusuk pake pisau. Aku ingin menolak Kak Sheza, tapi dia bisa membenciku, bahkan tidak merestui hubunganku dengan Ayu. Aku harus bagaimana?
Kak Sheza benar-benar agresif. Tubuh hangatnya makin erat memelukku, matanya menutup saat bibirnya makin dekat. Sentuhannya membuatku tidak kuasa menolak.
Bibir Kak Sheza menyentuh lembut ujung bibirku. Pelukannya makin erat, seluruh tubuhku terpaku dibuatnya. Dia melepaskan ciumannya karena aku tak merespon. Lalu berdiri, "Aku tinggal ke kamar ya, Li." Dia berjalan dan masuk ke kamarnya.
"Kak Sheza mana?" Ayu tiba-tiba datang dengan membawa minuman.
Aku panik, tidak tahu apakah Ayu melihatnya atau tidak. Jika iya, pasti dia akan sangat marah. Dari reaksinya sepertinya tidak. Aku merasa bersalah sama dia. Seharusnya aku menolaknya tadi. Apalagi itu kakaknya, kalau Ayu tahu, bisa terkena tekanan batin.
Minuman di tangan Ayu, dia tawarkan padaku. Aku menerima gelasnya yang berisi sirup kesukaan Kak Sheza. Aku meminumnya langsung, rasanya lebih manis dari yang ada di meja. Aku kembali teringat rasa bibir Kak Sheza yang menciumku tadi. Setelahnya aku pamit pulang.
"Aku anterin." Ayu menarik tanganku.
Wajah tulusnya membuatku sangat bersalah sudah berselingkuh dengan kakaknya. "Gak usah, aku bisa kok pulang sendiri." Aku menggenggam balik tangannya. "Kamu di sini aja. Nanti kalo udah sampe rumah aku kabarin."
Dia perempuan, rasanya kurang etis mengantarkanku pulang. Aku juga bisa jadi bahan omongan tetangga diantar perempuan secantik dia. Apalagi orang tuaku, selama ini aku belum terbuka sama mereka.
"Sampe depan gang aja," paksa Ayu.
Aku tidak bisa berkata lagi. Sesekali mungkin enggak apa-apa. Aku saja yang masih terlalu kaku. Ayu mengantarku pulang. Sepanjang jalan aku ingin mengaku dicium kak Sheza, tapi keberanianku belum cukup. Aku tidak ingin Ayu marah dan memutus ikatanku dengannya. Aku belum siap kehilangan dia.
Mobil Ayu sampai depan gang. Cukup di sini dia mengantarku, sisanya aku jalan sampai rumah.
Sebulan kemudian hari libur kak Sheza sudah berakhir. Dia berangkat lagi ke Inggris, melanjutkan kuliahnya. Kejadian waktu itu biarlah hilang termakan waktu. Tidak perlu ada yang tahu, selain aku dan kak Sheza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setiap Sudut Wajah Bidadari
RomanceDewi Ayu Larasati, anak IPS seangkatanku. Ayu, sesuai dengan namanya yang berarti cantik, menjadi primadona sekolah. Resikonya sering jadi omongan teman-teman, baik laki-laki dan perempuan. Rumor terbaru yang beredar, dia habis dilabrak kakak kelas...