Eps. 2

254 48 10
                                    

Beberapa hari berlalu,
Aku masih melakukan aktivitas seperti biasanya dan tanpa adanya kendala.

Namun hari ini seakan adalah hari yang begitu sial bagiku.

Cafe,
"Kau kenapa?"tanya Laili saat melihat ku muram dengan permen lollipop kecil di mulutku.
"Hahhh aku sungguh sial hari ini. Apa kau tau, pagi tadi ban mobil bocor, lalu saat kita pelajaran buku paket ku ketinggalan, sepedaku yang di kedai milik Boss ku rantainya lepas, tali tas putus, hpku tercebur di kolam ikan dan sekarang----- dompetku hilang"
"Pft----hahahaha, kau sial sekali"
"Berhenti tertawa, ingat makan siang hari ini kau yang bayar"ucapku melepaskan permen dari mulutku dan menyantap hotdog didepan ku.
"Yeahh memang hanya aku yang pengertian"
"Ehh?"sontak aku terkejut saat seseorang tiba-tiba menarik tanganku dan memakan permen lollipop bekas ku.

"Denis?"ucap Laili terkejut.
"Kau-----kembalikan permenku!"ucapku berusaha merebutnya.
"Eitttt-----ini sudah ku jilat, apa kau mau merasakan saliva ku juga? Aaahhh atau kita berciuman saja dan saling merasakan?"
"Dasar menjijikkan"ucapku mendudukkan diri.
"Yuwen, apa kau tau-----"
"Namaku Sonya, berapa kali aku harus katakan padamu?"
"Hm baiklah"
"Laili ayo kita pergi"ucapku menarik tangan temanku itu.

"Tunggu dulu Sonya, hai Denis. Aku Laili" ucap Laili mengulurkan tangan kanannya.
"Denis"jawabnya yang menyalimi tangan Laili dan dengan senyuman tampannya.

Nyuttt------
"Entah kenapa ada rasa sakit di dadaku saat melihat Denis akrab dengan wanita lain, tidak bahkan hanya tersenyum dengan tampan menurutku itu salah"gumanku dalam hati.

"Aku duluan"ucapku berpaling meninggalkan mereka.

Rumah,
30 menit berlalu dan aku sampai di rumah.
"Aku pulang"ucapku seperti biasanya.

Namun langkahku terhenti saat melihat pria asing yang berdiri di samping sofa.
"Ahhh kau sudah pulang?"ucap Eomma menyapa.
"Iya, maaf mengganggu. Aku akan langsung ke kamarku"ucapku berpaling.
"Sonya, dia mencarimu"ucap Eomma membuat langkahku terhenti.
"Maaf?"tanyaku terkejut sembari berbalik menatap mereka.

"Bisa kita bicara?"tanya pria itu dengan lembut.
Tatapannya begitu sayu dan penuh akan ekspresi yang tak dapat ku artikan.

Ku anggukkan kepalaku pelan sebagai tanda setuju, dan di balasnya sebuah senyuman tampan.

Restoran Prancis,
"Ada apa?"tanyaku sesaat setelah pria itu memesan makanan. Ia sengaja memesan meja di tempat paling pojok dan tertutup dengan tulisan private.
"Aku ingin mengembalikan ini"ucapnya menyodorkan dompet miliku"
"Aaaaa terimakasih"ucapku terharu.
"Isinya masih lengkap kau bisa mengeceknya"
"Dimana kau menemukannya?"
"Toko ujung jalan dari universitas mu"
"Hm?"
"Aku seorang polisi, namaku Zhong Jian" ucapnya sembari menunjukkan identitas polisinya.
"Ahhh begitu, terimakasih"jawabku dengan senyuman cantikku.
"Eummmm---"
"Sebagai tanda terimakasih, aku akan mentraktir mu makan"
"Tak perlu"jawabnya cepat.
"Kenapa?"tanyaku muram.
"Aku hanya melakukan tugasku sebagai polisi"
"Eummm kalau begitu, apa artinya aku tak boleh mentraktir mu?"
"Tidak, tapi boleh jika itu sebagai tanda pertemanan"
"Hm? Ahhh tentu saja"jawabku riang.
"Terimakasih"
"Ahh iyaa, karena kita berteman. Bagaimana jika kita bertukar nomer?"
"Tentu"
"Kemarikan hpmu"

Ku ketik nomerku pada layar hp miliknya dan ku simpan dengan nama 'Yaya imut'
"Yaya?"
"Iya, itu nama panggilanku sedari kecil. Hanya saja sudah jarang dipakai, hanya orang-orang dekat dan tertentu saja yang memanggil ku dengan nama itu"
"Ah begitu"

"Akhirnya datang"ucapku riang saat makanan yang telah Ia pesan datang.
"Kau paling handal memasak spaghetti kan?"
"Eh?"
"Dan kau suka dengan sekaleng soda, pizza dan hot chicken"
"Kau----"
"Kau menyukai warna merah dan hitam, kau suka berkuda dan bela diri"
"Dari mana kau----"
"Hahhh-----ternyata benar, akhirnya"
"Hm?"
"Yuwen"

Asp : #2 Dinding PembatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang