Eps. 3

215 41 9
                                    

Aku beranjak dari tempatku dan keluar dari cafe.
"Eh?"

Seseorang tak sengaja mendorongku dan membuatku terjatuh ke pelukan seseorang.
"Denis?"panggilku padanya.
"Aku tau kau merindukanku, kau tak perlu pura-pura terjatuh seperti ini jika memang kau ingin ku peluk"
"Najis tralala---"ucapku beranjak.
"Hm?"
"Jangan percaya diri seperti itu, memang siapa yang ingin dipeluk olehmu?"

"Yuwen kau tak apa-apa?"ucap Zhong Jian seketika.
"Berapa kali ku bilang, namaku----"
"Ahhh ternyata kau"ucap Denis seketika.
"Siapa dia?"tanya Zhong Jian padaku.
"Dia? Orang gila"jawabku berpaling.

"Ku kira hanya aku yang mengingat tentang Yuwen"ucap Denis membuatku berhenti melangkah dan berbalik menatap mereka.
"Kau siapa? Kenapa kau juga bisa datang ke masa ini?"tanya Zhong Jian ketus.
"Kenapa? Apanya yang kenapa? Aku memang berasal dari masa ini, aku terjatuh dari lantai 30 di apartemen ku dan entah kenapa jiwa ku bisa berpindah ke masa mu"
"Apa?"
"Lebih menyenangkan kembali ke tubuh sendiri walau sebenarnya aku suka tubuhku sewaktu di masamu"
"Siapa kau?"
"Apa kau tak merasa hampa tinggal di tubuh itu?"
"Bagaimana kau----"
"Apa kabar Hong An?"
"Kau----"

"Heyyy, jadi kalian saling kenal satu sama lain?"tanyaku memecah suasana.
"Tentu tidak sayang, hanya saling menyapa antara teman lama"jawab Denis.
"Terserah"jawabku berpaling meninggalkan mereka.

"Kau tak akan bisa mendapatkannya" sindir Zhong Jian (Hong An).
"Ouh benarkah? Ingatlah satu hal, kau adalah adik dari Yuwen jadi sudah jelas kan siapa yang bisa mendapatkannya? Aku atau kau?"
"-----"
"Baby tunggu aku"ucap Denis berpaling mengejar ku yang sudah cukup jauh.

"Memang aku adalah adiknya dan Yuwen adalah kakakku, tapi----itu di masaku. Saat ini dia adalah Sonya dan kami tak lagi satu darah"ucap Zhong Jian (Hong An) dengan yakin.
.
.
"Hahhh untung saja aku berhasil kabur dari mereka berdua"ucapku membuka gerbang satu pintu di samping gerbang utama.
"Ahhh Nona sudah kembali"sapa satpam dari posnya.
"Dengar, jika ada polisi yang datang---tidak maksud ku pria yang keluar bersama ku tadi datang, katakan saja aku sedang tidak di rumah"
"Baiklah Nona"
"Eh? Dimana mobilku?"
"Itu Nona, Nona muda memakai mobil Nona dari setengah jam yang lalu"
"Ah sial anak satu itu, lalu kakak?"
"Kakak? Ah maksud Nona, Tuan Muda? Tuan Muda dan istrinya tidak datang kemari, hanya 2 keponakan Nona yang ada di dalam"
"Hahhh begitu, baiklah"ucapku berpaling.

Aku segera masuk ke rumah sesaat sebelum sebuah mobil membunyikan klakson dari luar gerbang.
Mobil mewah berwarna hijau tua itu sangat elegan.
"Pak, apa Sonya ada di rumah?"tanyanya.
"Anda siapa ya?"
"Saya Denis, teman kuliahnya"
"Nona ada di dalam"
"Kalau begitu bukakan pintu, aku ingin bertemu dengannya"
"Baiklah"jawab satpam lantas membuka gerbang.

"Eh? Denis?"ucapku saat melihatnya masuk ke mobil. "Ahhh sial"

Aku segera berlari ke semak-semak dan bersembunyi. Ia segera masuk dengan mobilnya dan berhenti tepat dimana aku bersembunyi. Ia pun turun dari mobil.
"Kenapa kau bersembunyi disitu?" tanyanya seketika membuatku terkejut.

"Bagaimana dia bisa tau? Apa dia tadi melihatku?"gumanku dalam hati bingung.

"Sonya keluarlah"ucapnya melipat tangan.
"Aku bukan Sonya, tapi kucing meowww" ucapku dengan suara yang berbeda.
"Pft---ehemm keluarlah ada ular di belakangmu"ucapnya sembari menjentikkan jari.

Ku tengok ke belakang, seekor ular mengarah kepadaku.
"Oh shit-"ucapku yang spontan mengambil ular itu dan melemparkannya kearah Denis.
"Aghhh"ucapnya terkejut.
"Pft----hahahaha"tawaku sembari berdiri.
"Hahhh-----kau puas?"ucapnya yang melempar ular itu dengan keras membuat ular itu seolah siap menyerang.
"Kau pikir aku takut dengan ular? Aku suka semua hewan"ucapku melipat tangan.
"Kau----"
"Lagi pula itu ular yang tak berbisa, tak akan membunuh mu"
"Hahhh-----kurasa aku salah menakuti orang"
"Kenapa kau datang kemari? Dan bagaimana kau tau rumahku?"
"Aku datang ke rumah pacarku, apa salah?"
"Heyyyyy"
"Tak sulit untuk menemukan rumahmu"
"Hahhh------terserah, sekarang pergilah"
"Aku baru saja sampai, tak ingin mengundangku masuk dulu?"
"Tidak"
"Kau ini-----"
"Aku akan pergi"
"Kemana? Mau ku antar?"
"Tidak"
"Kenapa jawab secepat dan setegas itu?"
"Aku ada urusan"
"Ijinkan aku mengantar mu"ucapnya memohon dengan ekspresi wajah muram.
"Hahh-----kenapa dengan wajahmu itu?"
"Aku mohon"
"Hahhh----ingin rasanya aku menampar wajahmu"

Asp : #2 Dinding PembatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang