[Chapter 3]

1.9K 413 123
                                    

Bertemu dengan Jongseong kini menjadi sebuah rutinitas. Sunoo, meskipun punya banyak asisten rumah tangga dan asisten pribadi, lebih memilih untuk berbelanja kebutuhan pokoknya sendiri dan hanya meminta tolong jika ia tak punya waktu.

Hal itu membuat hari Sabtu sebagai hari yang paling ditunggu oleh Sunoo, hari dimana ia akan berbelanja dengan Jongseong.

"Baru tau gua kalo orang kaya punya supermarket sendiri." Adalah kalimat pertama yang dilontarkan Jongseong ketika pertama kali menginjakkan kaki di Supermarket tempat ia biasa berbelanja.

Bukannya ia tak mau berbelanja di supermarket umum, namun identitasnya akan lebih mudah terganggu di sana. Berbelanja di supermarket yang disebut Jongseong sebagai 'supermarket orang kaya' itu lebih menjamin kerahasiaan identitasnya. Semua yang berbelanja di sana berasal dari kalangan atas yang juga mempunyai reputasi yang ingin mereka jaga, sehingga mereka tak berani mengusik kehidupan satu sama lain.

Di hari itu, Jongseong mengeluhkan pakaiannya yang tak sesuai dengan atmosfir supermarket dan Sunoo, dengan acuh, melepas jas yang ia pakai dan melemparnya ke troli. Jongseong berusaha menghentikannya, namun Sunoo menarik kemejanya keluar dari celana, melepas dua kacing bajunya dari atas serta lengan bajunya, dan menggulung lengan bajunya hingga ke siku.

Terakhir, ia tersenyum dengan manis kearah Jongseong. "Gimana?"

Jongseong mendecak kesal. "Ngga perlu juga lah lu sampe kek gitu."

"Sama-sama." Sunoo tersenyum manis, disambut kerlingan mata Jongseong, namun mata Sunoo tak melewatkan bagaimana Jongseong terlihat lebih santai setelahnya.

Dengan kehidupannya yang mewah namun padat dengan pekerjaan yang tak mengijinkannya bernafas, Sunoo sangat menghargai hal-hal kecil dan sederhana yang bisa ia lakukan untuk mencegahnya menjadi gila, salah satunya dengan berbelanja keperluan pokoknya. Ia yang awalnya selalu duduk dibelakang, kini duduk di kursi penumpang disamping Jongseong yang menyetir. Ia yang biasanya mendorong troli sendirian, kini hal itu diambil alih oleh Jongseong.

Meskipun waktu yang ia habiskan untuk berbelanja menjadi lebih lama karena Jongseong yang selalu membuatnya tertawa dan bertingkah gila, namun Sunoo sama sekali tak keberatan. Momen Sabtu mereka menjadi kenangan manis yang ia simpan dengan baik di otaknya. Ia sangat menghargai momen dimana ia merasa normal, merasa bahwa ia hanya Kim Sunoo, seorang pemuda berusia 24 tahun, bukan Kim Sunoo sang calon CEO Kim Enterprise.

"Gila, madu doang mereknya ampe sebanyak ini." Jongseong terbelalak kaget ketika tiba di depan rak madu. "Di tempat gua biasa belanja, madu paling cuma empat atau lima merek. Ini banyak banget buset."

Sunoo terkikik. "Kan ada yang impor juga, hyung."

"Holang kaya." Jongseong mendengus. Sunoo tertawa. Meskipun disampaikan dengan nada yang kasar, namun Sunoo tau perkataan Jongseong hanya guyonan. Tangannya menepuk pundak lelaki itu sebelum mengambil dua botol madu dan meletakkannya ke dalam troli

"Kok ambil yang ini?" Jongseong mengambil salah satu botol madu dan mengamatinya.

"Itu yang paling manis." Sunoo menjawab sembari mengambil sebungkus teh dan meletakkanya ke troli.

Jongseong menggeleng. "Bukan itu tau madu yang paling manis."

"Terus yang mana?"

"Yang ini."

Jongseong menangkup pipi Sunoo.

Hening

Keduanya terdiam

Hingga wajah Sunoo sontak memerah.

"Apaan sih?!"

Jongseong tertawa puas dan berteriak kaget ketika Sunoo mendorongnya dan mengambil alih troli, mendorong troli itu ke lorong lain dengan kaki menghentak kesal yang membuat tawa Jongseong semakin puas.

SWITCH BABY [Jaynoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang