"Hai. Lu mau bicarain apa?"
Sunoo menoleh dan tersenyum manis pada Jongseong yang melangkah keluar ke balkon. Rambutnya masih basah karena keramas, aroma body wash dan aftershave menguar dari tubuh lelaki itu, membuat Sunoo hampir mabuk dibuatnya.
Namun, ia buru-buru tersenyum dan mengingatkan dirinya kembali atas tujuannya mengundang Jongseong ke balkon untuk berbicara.
"Buka, hyung." Sunoo menyodorkan sebuah amplop coklat setelah Jongseong duduk di sebelahnya di kursi balkon. Jongseong mengambilnya dan membuka amplop itu.
Sunoo takut akan reaksi lelaki itu, namun ia tak melepaskan pandangannya dari Jongseong. Wajah lelaki itu datar, tak ada satu emosi pun yang terlihat saat ia membaca dan mengetahui isi dari amplop tersebut, bahkan ketika ia membacanya berkali-kali.
Sunoo mendadak panik. Apakah ini salah? Apakah Jongseong akan merasa tak nyaman? Lagi pula, Sunoo mengambil keputusan ini secara sepihak, mengira bahwa Jongseong juga pasti akan menginginkan hal yang sama. Terlebih setelah mendengar pengakuan Jongseong kepada sang adik tentang perasaannya terhadap Sunoo, ia sangat ingin memberikan lelaki itu lampu hijau untuk mengejarnya.
Namun, melihat wajah Jongseong yang tanpa ekspresi membuat Sunoo menyadari bahwa ia mungkin saja telah mengambil keputusan yang salah.
Kata maaf baru saja akan terlontar keluae dari mulutnya ketika Jongseong akhirnya berucap. "Kenapa?"
Sunoo menelan ludahnya. Tampaknya ia benar-benar melakukan sebuah kesalahan.
"Uh...karena...aku mau saja." Sunoo mengusap tengkuknya. "Aku akan tetap membantu hyung, membantu biaya merawat Sunghoon dan aku juga akan membantu hyung mendapatkan pekerjaan. Hyung juga bisa tinggal di sini selama yang hyung mau." Sunoo menelan ludah mendapati mata Jongseong yang melebar setelah kalimat terakhirnya. "Aku hanya...merasa semakin tidak nyaman."
"Kalau lu mutus kontrak kita kaya gini, ngga ada alasan gua buat nerima pemberian dari lu." Jongseong menghela nafas. "Gua ngga mau nerima gitu aja, Sunoo-ah. Selama ini gua selalu ngelakuin sesuatu buat dapet bayaran dari lu. Kalau lu bantu gua, ngasih gua duit tanpa gua ngelakuin sesuatu, gua makin ngga nyaman."
"Tapi kalau kita kaya gini terus, aku yang ngga nyaman, hyung."
"Kenapa? Lu kan ngga ngapa-ngapain?"
"Iya tapi...aku jadi ngerasa...memperbudak temen aku sendiri."
"Tapi kan lu ngebayar gua buat ngelakuin apa yang lu mau, Sunoo-ah. Ngga ada yang salah dari itu, kan?"
"Oke, gini hyung." Sunoo menegakkan tubuhnya dan memandang Jongseong dengan mantap. "Kalau hyung pusing masalah duit, itu gampang. Aku bakalan tetep bantuin hyung seberapa peser pun hyung butuh. Tapi, aku ngga mau bantu hyung sebagai Sugar Daddy. Aku mau bantu hyung sebagai teman. Hyung itu jauh berharga dari sekedar Sugar Baby, hyung. Hyung itu temanku."
Jongseong terdiam. Ia membalas tatapan Sunoo beberapa detik sebelum menunduk, menatap surat yang ada di tangannya.
"Aku mau kita temenan, yah? Dan aku mau bantu hyung sebagai teman. Sekarang, kita sama, kita setara. Hyung ngga harus ngelakuin apapun untuk aku, tapi aku bakalan tetep bantu hyung sebagai temen, yah? Hyung jauh lebih berharga dari itu."
Jongseong masih diam selama setengah menit sebelum tertawa kecil. "Temen?"
Sunoo menelan ludah. Apakah Jongseong tak mau menjadi temannya?
Ketika lelaki itu akhirnya menatapnya kembali, dada Sunoo serasa seperti di hantam, nafasnya tersentak keluar. Mata Jongseong berkaca-kaca, namun untuk pertama kalinya, mata itu terlihat putus asa.
![](https://img.wattpad.com/cover/251706389-288-k994739.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SWITCH BABY [Jaynoo]
Fanfiction[SLOW UPDATE] [SUGAR DADDY] Kim Sunoo : 24 tahun, hidup dalam kemewahan, punya segalanya. Cinta warna pastel, lembut, ceria, penyayang binatang, senang dengan anak-anak. Pecinta makanan manis. [SUGAR BABY] Park Jongseong : 26 tahun, tato sekujur len...