"Sunoo-ah."
"Hm?"
"Ini, minum dulu."
Sunoo mengalihkan pandangannya pada secangkir Hot Choco yang ada di atas meja di depannya. Sembari menyeruput minumannya, matanya menyapu seisi café. Kursi-kursi kosong yang ada di sana menandakan bahwa liburan tahun baru sudah selesai, dan orang-orang lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah ketimbang keluar di saat suhu hampir menginjak minus derajat celsius.
Selain ia dan Beomgyu, hanya ada seorang perempuan yang berjarak empat meja dari mereka, sepasang kekasih di meja paling sudut dekat jendela dan tiga orang pekerja kantoran yang menikmati hidangan café sembari mendiskusikan pekerjaan mereka.
Musim dingin adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu meringkuk di tempat tidur atau di sofa dalam dekapan atau mendekap orang-orang tersayang. Lagu yang diputar café itu masih bertemakan natal, meskipun natal telah beberapa minggu yang lalu. Hanya merupakan instrumental piano, namun melodinya yang cerah sangat kontras dengan apa yang di rasakannya sekarang.
Sejujurnya, Sunoo tak tau apa yang sedang ia rasakan, hanya saja ia tau hatinya sedang tidak secerah lagu natal itu. Satu jam yang lalu, lubang di hatinya hanya ada satu, seukuran tubuh seorang Park Jongseong. Namun kini, duduk di café itu, Sunoo dapat merasakan sebuah lubang baru mulai terbentuk, sebuah lubang seukuran Park Sunghoon.
Tak seperti kepergian Jongseong, lubang milik Park Sunghoon ini terbentuk secara pelan dan menyakitkan. Setiap incinya di pahat dengan perlahan, tanpa bantuan palu atau alat apapun, murni hanya dengan sebuah pisau pahat yang terus mengorek dan mengorek. Sedikit demi sedikit. Seakan mengikuti irama otak Sunoo yang berusaha memproses kepergian Park Sunghoon dengan lambat.
Seakan baru kemarin ia berbicara dengan lelaki itu, seakan baru kemarin Sunghoon mengungkapkan rasa bersyukur dan terima kasih nya akan kehadiran Sunoo. Seakan baru kemarin ia melihat tawa bahagia lelaki itu ketika mencoba baju yang dibuat khusus oleh Jaeyoon untuknya.
Ah iya, Jaeyoon.
Bagaimana lelaki itu menerima kabar bahwa penggemar nomor satunya itu sudah tiada? Apa yang akan sahabatnya itu katakan? Tanpa ia sadari, ia juga sudah tak pernah mengajak Jaeyoon ke apartemennya semenjak kembali dari Helsinki, memilih untuk bertemu lelaki itu di kantor atau di café. Jika Jaeyoon menyadari hal itu, lelaki itu belum mengatakan apapun sejauh ini.
Ia tiba-tiba saja bertanya-tanya, bagaimana Jaeyoon menyembuhkan lukanya atas kepergian Jungwon? Apakah ia tenggelam dalam kesedihan dan keputusasaan sepertinya, atau apakah Jaeyoon cepat bangkit kembali? Atau bahkan mungkin mendorong hal tersebut jauh ke sudut tergelap ingatannya agar terlupakan?
Apakah Jaeyoon sehancur dirinya? Apakah lelaki itu mengerti jika ia bercerita bahwa ia tak kehilangan hanya satu, namun dua orang yang berharga di hidupnya?
Apakah Jongseong baik-baik saja? Apakah ada seseorang di sana yang mendampinginya, mendekapnya, dan menghapus air matanya? Apakah Heeseung tau akan kepergian Sunghoon? Apakah Jongseong juga menyembunyikan hal ini dari sahabat baiknya itu?
Kemana Jongseong pergi?
Apakah kini, setelah Sunghoon telah tiada, Jongseong tak akan pernah kembali lagi ke hidupnya karena tak ada lagi Sunghoon yang menjadi alasannya untuk berjuang? Untuk mendapatkan uang?
Sunoo menyadari betapa besar andil Sunghoon dalam hubungannya dan Jongseong. Jika saja lelaki itu tak sakit, Jongseong mungkin tidak akan banting tulang dan beralih pada website bodoh itu untuk mencari Sugar Daddy dan bertemu dengannya. Karena Sunghoon, Jongseong rela melakukan apapun yang ia minta agar dibayar. Karena Sunghoon, Jongseong memiliki alasan dan tujuan untuk tetap hidup dan berjuang.

KAMU SEDANG MEMBACA
SWITCH BABY [Jaynoo]
Fanfiction[SLOW UPDATE] [SUGAR DADDY] Kim Sunoo : 24 tahun, hidup dalam kemewahan, punya segalanya. Cinta warna pastel, lembut, ceria, penyayang binatang, senang dengan anak-anak. Pecinta makanan manis. [SUGAR BABY] Park Jongseong : 26 tahun, tato sekujur len...