T W E L V E

144 84 171
                                    

Suasana pagi di SMA Balakosa berlangsung seperti biasa. Para murid sibuk masing-masing bersama teman mereka, sama halnya Raya dan Jessica yang sibuk berghibah sembari menuju kelas 12 MIPA 6.

"Jadi bokap lu beneran gak ngasih izin?"

"Ya kali gue bohong Jess. Gue nangis sesegukkan sampe mata gue bengkak gini menurut lu cosplay badut? Enggaklah. Habis ngambek gue sama papa."

"Coba lu ajak ngomong baik-baik Ray."

"Udah Jess! Emang dasaran bokap gue aja yang keras banget."

Di ujung koridor lantai 3 gedung A, tepat di awal tangga samping kelas Iba. Raya dan Jessica terpaksa berhenti dari langkah mereka setelah menyaksikan dua siluet siswa yang berinteraksi sangat dekat, mencuri perhatian mereka.

"Ba, gue nyuruh lo pergi bukan karena gue ngusir lo. Tapi karena gue peduli. Gue gak mau lo dikeroyok sama rombongannya Daniel," sendu Ara, menggenggam lengan lawan bicaranya.

Iba mendesah remeh, menganggap kalimat Ara adalah suatu kebohongan.

"Iba! Gue serius. Lo kenapa lagi adu nyali dateng ke sana sendirian?"

"Lo ngapain disana kemarin?"

Bukannya menjawab pertanyaan Ara, Iba malah mengajukan pertanyaan lain. Menatap tajam, menunggu jawaban.

Ara menduduk, sedikit meremas ujung rok pendeknya. "G-gue....disuruh Daniel."

"Buat apa?"

"Nemenin dia nongkrong."

Kali ini respon Iba terkekeh tidak percaya. Digelengnya kepala menandakan bahwa ia tidak habis pikir sama pemikiran Ara.

"Oke gue minta maaf, Ba. Maafin gue yaa," bujuk Ara menampilkan puppy eyenya. Seketika membuat hati Iba luluh.

"Nah! Gitu dong hehehe. Yaudah, sekarang kita obatin memar di wajah lo," ajak Ara seraya sedikit mengelus area tulang pipi dan sudut bibir Iba yang luka.

Raya? Matanya membelalak saat jemari cantik Ara menyentuh wajah Iba. Ada adrenalin dalam darahnya yang mendidih, perasaan tidak ikhlas yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Matanya menyipit sambil mulut mengerucut seolah siap untuk menghujami cacian.

Iba menepis pelan lengan Ara dari wajahnya, melengos ke arah lain. "Gak usah, udah gue obatin sendiri."

Ara sempat tersenyum kecut sebelum kemudian mendekati tubuh Iba lalu mengecup lembut tulang pipi ketua tim basket itu tepat di tempat yang memar.

"Biar cepet sembuh," katanya.

Baik Iba, Raya, Jessica, dan beberapa anak kelas 12 yang lain melihat aksi Ara barusan dibuat kaget. Ara benar-benar cewek yang berani. Mereka yang menonton-menunjukkan berbagai ekspresi di wajah masing-masing.

"Kalau gitu gue balik ke kelas dulu, Ba," ucap Ara sekilas mengusap rambut Iba.

Bagai patung pancoran, Iba membeku. Hingga Nathan menepuk pundaknya, mengembalikan kesadaran yang sempat hilang entah kemana. Nathan melempar senyum menggoda saat menangkap rona merah di pipi Iba.

"Mereka cuma temen tapi kek orang pacaran njir!"

"Keknya Iba sama Ara udah saling ngehak paten deh."

"Tapi Ara dah punya pacar."

"Mungkin pacar yang dimaksud Ara ya Iba. Jatuh kek backstreet gitu mereka."

"Cocok sih menurut gue."

Raya jengah, sedari tadi darahnya sudah mendidih kini ditambah percikan-percikan api dari murid lain yang ada di belakangnya. Spontan siswi itu membalikkan badan, menatap tajam ke mereka.

I Do Dare || JJK BTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang