Melewati lorong rumah sakit yang lumayan panjang, Raya, Gaia, Jovi dan Aksa sampai di depan kamar bernomor 12. Mereka sengaja bertemu untuk sama-sama ngebesuk Iba.
Raya yang punya inisiatif buat ngetuk pintu kamar terpaksa urung karena pintu kayu itu sudah lebih dulu dibuka dari dalam.
"Lo? Ngapain ke sini?"
Raya mendesah, "Mau nyari suster ngesot! Ya mau jenguk Iba lah masa mau jualan organ."
"Iba gak butuh lo besuk. Mending pulang, Ray."
"Dih! Lu sape? Minggir!" ketus Raya menepis lengan Ara yang menghalau langkahnya.
Gaia, Jovi, dan Aksa dibuat heran pada pertikaian siang hari ini. Tapi Jovi sempat tersenyum miring melihat sikap Raya yang melawan.
"Kalau gue bilang pulang ya pulang!" tegas Ara mendorong tubuh Raya ke belakang. Kalau Aksa tidak sigap pasang badan mungkin Raya sudah terduduk di lantai saat ini.
"Heh! Betina! Lo apa-apaan sih? Salah kalau kita mau ngebesuk?"
"Mereka boleh, lo jangan! Pulang aja lah," titah Ara yang agaknya lupa siapa penyebab kecelakaan Iba.
Raya ngangguk, gadis yang mencepol rambutnya itu tersenyum sarkas. "Ara? To be honest with me, lo ngerasa tersaingi ya?"
"Hah? What? Kapan gue bilang gitu? No dear, to be honest with you, lo bukan saingan gue," skeptis Ara.
"Good! So, let me go in and get off your shit!"
"Rejection!" tegas Ara, semakin menghalau jalan Raya.
Baik Ara maupun Raya saling lempar tatapan sengit sekarang. Mungkin ada rencana menjabak rambut satu sama lain di kepala mereka. Di posisi Jovi, dia sudah narik tubuh Gaia buat berada di belakang tubuhnya. Jaga-jaga kalau dua harimau itu beneran ngamuk.
Dengan santai dan masang wajah menantang, Raya menjangkau Ara.
"Sahara Ageng Kasha, ngeliat lo cemburu kayak gini adalah tanda kemenangan gue padahal gue belum ngelakuin apa-apa."
Wajah Ara memerah, "Raya! Lo!-"
"Sssttt.... Ini rumah sakit Ar, jangan buat keributan. Alay," potong Raya. Ia menggeser tubuh kaku Ara menjauh dari depan pintu.
Sorot mata Ara begitu tajam, tangannya mengepal. Mungkin akan ada drama kaum hawa karena anak adam setelah ini. Dan ketiga tokoh yang sedari tadi hanya jadi penonton dibuat tepuk tangan sama ucapan Raya. Lihat itu, Gaia jadi kepancing untuk setidaknya punya keberanian jangan kasih hak orang lain buat ngehina dia.
"Sore Tante, ini kami ada buah-buahan dan susu untuk Iba tapi maaf ya tante cuma bisa kasih segitu."
"Aduhh! Gak usah repot-repot. Kalian ngejenguk aja Tante udah seneng," balas Dara.
"Nama kamu siapa? Temen sekelasnya Iba?" tanya Dara kemudian.
"Raya, Tan. Raya Tarika Rafliana. Temen satu sekolah."
"Oh, kalau kalian?" Dara yang bersikap begitu ramah pada teman-teman anaknya.
"Saya Jovi, Te. Ini Gaia dan Aksa."
"Temen satu sekolah juga?"
"Enggak. Kita dari NCT Internasional School."
Dara mengernyit. "Dimana itu?"
"Medan, Te."
Dara mengangguk mengiyakan. Anak tirinya ternyata pandai bersosialisasi bahkan kenalan dari beda pulau pun dia punya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Do Dare || JJK BTS
FanficI Dꪮ DคRE Jika disatukan oleh sebuah permainan legendaris apa jadinya? Hubungan itu bisa berjalan maju atau 𝘴𝘵𝘶𝘤𝘬 di tempat? Jadi! Ada siswi biasa di sekolah swasta elit yang mendapatkan kertas misterius dengan surat di dalamnya. Bukan surat c...