Tau kalau salah narik orang, Iba berusaha buat gantle dengan nawarin Gaia balik ke tempat dimana tenant odeng jualan.
"Gue anter lo balik ke tempat tadi. Sekali lagi sorry," ajak Iba.
Di belakang Gaia mengekor, "Hehehe iya kak gak papa. Aku udah ketebak kalau kakak salah orang lagian aku gak teriak karena gak mungkin kakak penjahat tapi pakek alma sekolah, kan?"
Iba senyum simpul, murid di sampingnya itu ternyata ramah juga. Dari nama belakang Gaia dan almamater tosca hijau tua yang dipakai, Iba tau kalau Gaia masih satu keluarga sama Jeffrey, teman Aksa yang lain dan satu sekolah juga dengan mereka. Tapi karena Iba enggan banyak tanya, dia lebih milih jalan sambil diam.
"Heumm....kira-kira presentasi kak Jovi tadi gimana?" gumam Gaia.
Mendengar nama Jovi, rasanya Iba tau kalau ada sesuatu antara Gaia dan teman barunya itu. Tapi lagi-lagi karena bukan urusannya, Iba malas bertanya hana-hini.
"Kakak dari SMA Balakosa?" tanya Gaia setelah melihat jaket angkatan 18 dan berlambang sekolah tersebut.
"Iya."
"Balakosa terkenal sama anak-anak basketnya kan-Eh!" Gaia refleks berhenti, memindai Iba yang juga ikutan berhenti.
"Kak Ibrahim bukan? Ketua tim Badger Honey?!"
Mengulas senyum tipis, Iba ngangguk.
"Serius?! Hahaha, soalnya beberapa temen aku suka ngomongin kak Iba, cuma aku gak tau Iba mana. Hehehe taunya malah ketemu gini."
Iba menggaruk tekuknya, bingung harus bereaksi apa. Bukan mau besar kepala tapi Iba sadar kalau dirinya cukup dikenal sama kawula muda jaman sekarang.
"Berarti besok bakal tanding lawan kak Aksa dong!" kata Gaia antusias.
"Iya. By the way, presentasi Jovi tadi sukses."
Gaia cengo! "Kenal kak Jovi?"
"Gue dan Aksa temanan gitu juga sama squadnya. Kalau penasaran kenapa gak nonton?"
Ah! Berarti Iba sosok yang harus dipancing dulu baru mau banyak omong. Mungkin dilihat Gaia orangnya kelewat ramah jadi gak enak juga kalau dicuekkin.
"Aku tampil marching kak."
Iba mangguk tanda kalau dia paham. Dilihat dari penampilannya, Gaia emang cocok join club orkes barisan. Iba tebak kalau Gaia itu mayoretnya.
Setelah sedikit lama berjalan akhirnya mereka sampai di tempat Iba narik Gaia tadi. Tapi ternyata di depan mereka sudah ada Raya dan Jovi yang lagi natap tajam setengah bingung juga.
"Banyak banget degeman lu?" sindir Raya yang buat Gaia spontan memberi jarak untuknya dan Iba.
"Enggak. Jangan salah paham, Ray. Gue jelasin dulu."
"Kak Jovi," sapa Gaia tapi dihiraukan sama Jovi.
Iba yang punya intuisi cukup peka kalau situasi seperti ini, jelas paham apa yang terjadi pun mulai membuka suara. Alih-alih biar tidak ada yang salah paham.
"Gue kira Gaia itu elo, Ray. Pas gue panggil lo gak denger ya udah langsung gue ajak ngejauh dari sana tapi taunya gue salah orang."
"Yang dibilang kak Iba bener. Kak Jovi marah ya?"
Raya yang tadinya masih memfokuskan atensi cukup tajam, kini mengerlingkan matanya ke Jovi, mengangkat kedua alisnya seolah mengecek kebenaran. Jovi yang paham, mengangguk kecil.
"Eumm... kamu siapa? Kok bisa bareng kak Jovi?" tunjuk Gaia ke Raya.
"Kenalin, gue Raya! Nice to see you slight, Gaia," sembari mengulurkan tangan, Raya mengajak Gaia berkenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Do Dare || JJK BTS
Fiksi PenggemarI Dꪮ DคRE Jika disatukan oleh sebuah permainan legendaris apa jadinya? Hubungan itu bisa berjalan maju atau 𝘴𝘵𝘶𝘤𝘬 di tempat? Jadi! Ada siswi biasa di sekolah swasta elit yang mendapatkan kertas misterius dengan surat di dalamnya. Bukan surat c...