Ketagihan

14.6K 281 15
                                    


"Bercocok tanam? Maksud kamu apa? Saya bercocok tanam?!"

Kiki terkejut Aldebaran yang tiba-tiba berdiri di belakangnya.

"Ngomongin saya?" Sambungnya kemudian. Mama Rosa yang mengetahui kedatangan putranya hanya menahan senyum sambil melihat ke Kiki, asistan rumah tangga ya suka ngecengin majikannya.

"Eng.. anu Mas Al. Maksud Kiki, Kiki mau bercocok tanam dulu di halaman". Kiki buru-buru berlalu takut melihat amukan Aldebaran kalau dia masih di sana.

***

"Andin mana, Al?"

"Lagi siap-siap mau ngajar, Ma"

"Oo..."

"Pagi, Ma, pagi Rheyna sayang, pagi Mir.." Andin mendekat ke meja makan bersamaan dengan Mirna yang datang membawa tas Rheyna.

"Pagi, Ndin" Mama Rosa dengan mulut terisi roti, "Kamu cantik sekali!" Tambahnya.

"Mama bisa aja, makasih ya Ma"

"Bener deh, cakep banget lo, Ndin pake blazer ungu itu" sahut Mirna.

Aldebaran yang mendengar pujian dari Mama Rosa dan Mirna membuatnya memandangi Andin dari kaki hingga ujung rambut. 'Andin cantik banget'!

"Ngapain dandan begitu? Biar apa? Mau nunjukin ke siapa?" Aldebaran sewot

"Ih, kamu posesif deh, Mas" Andin mengoleskan selai ke lembaran roti di depannya. "Aku dandan begini kan buat kamu juga, Mas. Buat kamu bangga loh, Mas. Kan istri itu pakaian untuk suaminya" Andin sedikit kesal.

"Kamu nih kenapa, Al? Whats wrong. Andin so beautiful. Kamu aja yang terlalu kaku. Sekali-kali lah muji istri. Mama mau dengar"

'duh..mama apaan sih'
"Heeh..Andin cantik kok, Ma"

Andin tersipu mendengarnya, "Biasa aja. Gak usah senyum-senyum"

"Aldebaran!" Mama Rosa mengerutkan kening. "Semalam kan kalian sudah... Ehemm..ehem.., seharusnya kalian.. romantic lah.." Mama Rosa mengerling menggoda keduanya.

"Papa..Mama..Aku juga mau mandi bareng papa mama, kayak semalem" Rheyna tersenyum dengan wajah polosnya.

Deg!

Aldebaran dan Andin saling melempar pandangan. Andin tersipu menahan malu.

Mama Rosa merapatkan bibir mengulum senyum, serta menangkupkan kedua tangannya kedepan muka.

"Rheyna, cucu oma, kita berangkat sekolah yuk. Nanti kita kesiangan" Mama Rosa segera mengalihkan pembicaraan, sambil melirik ke arah putranya. Aldebaran terlihat salah tingkah.

'Ups...' Mirna yang menyadari maksud pembicaraan anak majikannya buru-buru mengajak Rheyna.

"Rheyna..Gemoooy.. berangkat sekolah yuk. Encus bawain tas nya yaaa"

"Ayuk, Ncus..., Mama Papa..aku berangkat sekolah dulu ya". Gadis kecil itu menghampiri Aldebaran dan Andin untuk berpamitan.

Mirna mengerling ke Andin, "Mata lo begitu kenapa, Mir?"

"Enggan, Ndin. Pamit dulu yak. Mau nganter Rheyna. Mari Pak Bos." Mirna menggamit tangan Rheyna.

Setelah Mama Rosa, Rheyna dan Mirna tak terdengar lagi suaranya, "Ternyata semalam Rheyna yang ke kamar mas" Andin meringis menggigit bibir bawahnya.

"Wajahnya gak usah begitu, bisa?" Aldebaran merasa tergoda dengan ekspresi yang diperlihatkan istrinya. Tanpa babibu lagi, ia menarik tangan Andin menuju kamar.

"Mas... Mas Al.. aku mau ngajar" Andin mengiba.

"Nanti saya yang ijin ke kampus kamu. Rektor kan?"

"Kamu apa-apaan sih, Mas.. Nanti malam lagi kan bisa"

"Gak. Pokoknya sekarang" Aldebaran membuka pintu kamarnya, mengangkat tubuh Andin dan membawanya ke tempat peraduan. Mengulang kejadian semalam. Menikmati sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

"Yah.. ketagihan kan, Mas. Lima bulan kemarin kemana aja, Mas bujang?!"

"Ngomong apa kamu", Aldebaran gemas. Ia membekap mulut Andin dengan bibirnya, melumat dengan nikmat. Ya, harus diakui, ia ketagihan.

***

Ikatan Cinta ArmadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang