Tuntas

13.3K 206 6
                                    

***

Andin meraih ponselnya di atas nakas dengan mata masih terpejam. '09.07, masih pagi. Ia melanjutkan tidurnya. 'Apa! Jam sembilan! Andin memastikan, melihat lagi layar HPnya.

"Aduh, Mas udah jam sembilan ini. Gara-gara kamu kan aku kesiangan. Bisa kena masalah aku nanti di kampus"

'hmmm...' Aldebaran menggeliat. "Saya sudah suruh rendi ijin ke rektor kamu" jawabnya dengan suara malas.

"Serius kamu, Mas?"

"Kapan saya pernah main-main?"

"Jadi aku gak ke kampus hari ini?"

Aldebaran tak menyahut. Wajar saja, ia kelelahan setelah menyalurkan hasratnya.

"Terus, hari ini aku ngapain dong? Gak ada kerjaan. Mati gaya dong"

Lagi-lagi Aldebaran tak menyahut. Ia masih larut dalam mimpi indahnya. 'ih Mas Al tidur mulu, keenakan dia' Andin beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Sementara itu di sebuah apartemen dimana Ricky tinggal...

"Halo, gue udah di depan. Kamar lo no berapa?"

Elsa sesekali melihat sekitar, memastikan tak ada orang yang mengenalinya. Inilah saatnya ia menepati janjinya sebagai bayaran atas apa yang sudah Ricky lakukan untuknya.

"Tujuh kosong empat, oke." Elsa mematikan sambungan, masuk lift dan menekan tombol simbol 'close' dan angka '7'. Lift menutup membawanya naik.

***

'sepertinya itu tadi Mbak Elsa' Rendy mengikuti diam-diam dan melihat Elsa berdiri di depan sebuah kamar.

'ngapain Mbak Elsa di sini? Saya harus lapor sama Pak Al'

Rendy mengambil HP, menghubungi Aldebaran
"Halo, Pak Al. Saya melihat Mbak Elsa ada di apartemen saya, Pak"

"Elsa? Di apartemen kamu? Coba kamu cari tahu, Ren"

"Baik, Pak."

"Ren, saya punya rencana".

Rendy mendengarkan dengan seksama apa yang diperintahkan Aldebaran.

"Kamu paham kan, Ren?"

"Iya Pak. Saya paham". Rendy menganggukkan kepala dan berucap sangat yakin.

***

Rendy memencet no di gawai, mencoba menghubungi seseorang.

"Baik terimakasih, Pak" ia memutuskan sambungan. Tak lama kemudian Rendi mendatangi bagian resepsionis untuk melancarkan rencananya. Dia berbicara dengan salah satu staff dan berusaha meyakinkannya.

"Baik, Pak. Kami sudah menghubungi pihak keamanan dan segera datang ke kamar 704."

Pihak keamanan yang berjumlah 2 orang mendatangi Rendy. Secepat mungkin mereka segera menuju kamar yang dimaksud.

***

"Gue udah nungguin elo bertahun-tahun untuk bisa begini, Elsa" Ricky melepaskan pengait bra pemiliknya.

"Udah gak usah basa basi, Rick. Lakukan apa yang elo mau. Dan urusan kita se..."

Ricky menahan ucapan Elsa dengan kecupan di bibir.

"Ini yang gue mau, Sa!" Ricky bertubi-tubi mendaratkan ciuman ganas di tubuh wanita yang selama ini ia idamkan.

Elsa yang terpancing dengan permainan lawannya, mengubah posisi. Ia ingin memimpin permainan ini. Elsa menaiki tubuh Ricky tepat di atas kejantanannya.

Ricky sangat menikmati permainan Elsa. Ia pun tidak hanya berdiam diri. Dia remas dua gumpalan di dada wanita belia itu sambil sesekali memilin memainkannya. Elsa mengerang. Ricky semakin liar. Ia membanting wanita itu, memposisikan tepat di bawahnya.

Ricky tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Batang kelelakiannya sudah tertantang sejak awal permainan. Hampir mencapai puncak klimaks, ia tak mau melewatkan hal penting. Ricky mengangkat kedua kaki Elsa, menaikkannya ke atas pundak.

Elsa mengerang penuh nikmat.

'hmmmmf..hmmf..' desahan Elsa mengundang Ricky untuk menuntaskan permainannya. Ia makin intens menggerakkan tubuhnya demi memberi kenikmatan pada Elsa.

Ricky mengerjap, membuka tutup matanya menikmati rasa yang lama ia tunggu.

'hmmffff...' akhirnya Ricky di puncak klimaks.

***

Brakkkkkkk...

Ikatan Cinta ArmadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang