Amarah

7.7K 165 9
                                    

"Eng... I..iya, Pa. No." Bu Sarah gelagapan. Ia tak bisa lagi berkelit menutupi kebohongan putrinya. "Pada saat itu memang mama gak pakai anting, No.'

"Benarkah begitu, Ma? Lalu, kenapa dulu mama bilang kalau anting yang pernah ditemukan di rumah aku adalah anting yang mama pakai saat Andin pindah ke rumah aku?" "Sebenarnya anting itu milik siapa, Ma?"

Pak Surya mengernyitkan dahi, matanya melihat ke istrinya yang terlihat kebingungan. "Bukankah anting itu milik Elsa, Ma?"

Nino terkejut. "Milik Elsa?!"

"I..iya No, maaf ya, mama mengakui kalau anting itu milik mama karena gak mau ada kesalahpahamam antara kamu dan Andin. Mama takut kalau Andin mengira kamu ada apa-apa dengan Elsa"

***

Elsa dari dalam kamar mendengar suara gaduh. 'ada apa diluar'

"Nino..., Kamu mau jemput aku, sayang?" Elsa tersenyum mendapati prianya berdiri di depan pinyu rumah. Elsa berjalan melewati Pak Surya dan Bu Sarah, berusaha memegang tangan Nino. Tetapi Nino menghindar. Elsa kecewa.

"Maaf Sa. Kali ini aku tidak akan bisa memaafkan kamu. Kesalahanmu terlalu fatal untuk dimaafkan."

"Nggak sayang, kamu harus maafin aku. Aku gak salah" Elsa masih menepis kesalahannya. Ia tak mau mengakuinya.

"Maaf Sa. Tunggu surat gugatan cerai kita. Pernikahan kita harus disudahi."

"Enggak...enggak Nino.. aku gak mau. Aku cinta sama kamu"

"Cinta? Benarkah itu cinta, Elsa? Cinta yang membolehkan pemiliknya berhubungan di luar batas? Cinta yang menjijikkan!" Nino mengumpat.

Pak Surya dan Bu Sarah terkejut. "apa maksud kamu berkata kasar seperti itu ke Elsa, No?"

"Asal papa tahu, Elsa sudah tertangkap basah saat sedang berduaan dengan pria di kamar apartemen. Dan..papa tahu? Pria itu adalah pria yang dibayar oleh Elsa untuk berbohong agar mengaku bahwa dia lah yang dulu telah menghamili Elsa" nafasnya naik turun. Nino mencoba mengontrol emosi.

"Dan, apakah papa tahu? Bayaran apa yang dijanjikan Elsa untuk membayar pria itu?!"

"Elsa telah memberikan tubuhnya kepada pria itu, Pa. Aku tidak bisa lagi bertahan dengan wanita murahan macam ini. Aku jijik pa."

Pak Surya mengepalkan tangannya. Ingin rasanya ia memukul Nino. Tapi.. karena berada di posisi yang salah, Pak surya mengurungkannya. Ini kesalahan dari Elsa. Kesalahan fatal yang tak akan termaafkan.

Pak Surya menatap tajam ke putrinya. Sorot matanya tajam penuh amarah.

"Maaf, Pa. Saya masih banyak urusan. Elsa, ini barang-barang kamu yang di rumah. Jadi kamu gak perlu datang me rumah saya lagi. Saya permisi dulu, Pa, Ma"

"Iya No"

"Hati - hati ya No"

"Ninooo... gak mau No..aku gam mau cerai sama kamu" Elsa meneriaki Nino agar berhenti dan membawanya pulang.

Nino tetap berjalan hingga menghilang di belokan depan rumah Pak Surya.

***

"Elsa papa mau bicara"

"Iya pa." Elsa duduk di samping Pak Surya.

"Maaf, ma. Aku mau bicara berdua aja sama elsa"

"Iya pa. Kalau begitu mama selesaikan tugas di dapur ya pa" Bu Sara berlalu. Ia tak mau ikut terlibat di masalah Elsa lagi.

"Apa benar begitu Elsa? Tentang semua yang dikatakan Nino tadi?" Pak Surya melihat putrinya. Berusaha membaca gerak gerik Elsa. Ia tak mau ada kebohongan.

"Kamu membayar orang untuk mengakui bahwa dia telah menghamili kamu, dan membayarnya dengan berduaan dengannya?"

Elsa masih diam

"Jawab Elsa!" "Papa mau kamu jujur. Tapi berharap itu semua adalah kesalahan"

Elsa meraih tangan Pak Surya. Menggenggamnya. "Maafin aku, Pa. Aku terpaksa. Aku tertekan pa. Aku bingung apa yang harus aku lakukan".

"Papa malu. Papa menyesal punya putri seperti kamu Elsa." Pak Surya menepis tangan Elsa kemudian berdiri dan meninggalkannya. Hatinya sakit. Anak yang disayang justru merusak kepercayaannya. Pak Surya pergi meninggalkan rumah membawa luka dan amarah.

***

Ikatan Cinta ArmadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang