Felis menatap wajahnya melalui pantulan kaca kamar mandi. Kedua manik wanita itu fokus pada perutnya yang masih indah dan rata.
Setumpuk harapan tertanam di hatinya untuk segera memiliki keturunan dan bisa membahagiakan Max. Suaminya itu sudah membuatnya tersenyum selama enam tahun.
Mungkin, sudah saatnya mereka bertukar posisi. Felis akan berusaha untuk memberikan keturunan di keluarga kecil Pramuditya itu.
Tadi malam, Max dan Felis kembali melakukan hubungan intim sampai jarum jam di dinding menunjukkan pukul 1. Belakangan ini, Felis merasa perutnya dan area panggulnya terasa nyeri setiap kali melakukan hubungan badan.
Dokter Salma mengatakan bahwa itu adalah efek dari penyakit radang panggul dan tuba falopi-nya yang tersumbat. Bahkan rasa nyeri itu masih terasa hingga saat ini.
Dan satu hal yang paling dia khawatirkan, penyakitnya bisa menular dan dia baru saja melakukan hubungan intim lagi tadi malam.
Felis takut jika Max ikut terinfeksi olehnya. Dan yang paling bodoh, dia justru enggan berbicara dan membongkar semua.
Yang bisa mengatasi penyakit Felis sekarang hanyalah operasi.
Tapi tidak semudah itu! Felis belum siap jika harus melakukan hal tersebut tanpa seizin Max. Dan lagipula, dia belum siap untuk bercerita mengenai keadaannya sekarang setelah percakapan yang terjadi kemarin malam.
Max sangat menginginkan anak. Lantas, apa yang akan terjadi jika Felis berkata jujur? Dia tidak bisa membayangkan hal tersebut sehingga membuatnya mengulur waktu, entah sampai kapan.
"Felis. Listen up! Kamu pasti bisa! Kamu pasti kuat! You love Max! And, Max loves you! Semuanya bakalan baik-baik aja selama kamu percaya diri!"
Begitu batin istri Max tersebut demi menguatkan hatinya yang perlahan mulai rapuh. Matanya menatap tajam ke arah pantulan kaca, seolah sedang menantang diri sendiri.
Helaan nafas panjang keluar dari mulut Felis setelah lamunannya buyar. Ini sudah pagi. Dia harus membangunkan Max dan juga membuatkan suaminya itu sarapan.
Ya memang, pasutri itu menggunakan jasa ART. Namanya Surti, biasanya dipanggil Bi Surti oleh Max dan Felis. Wanita paruh baya dengan umur 50an itu tinggal bersama Max dan Felis, tapi dia akan mulai bekerja pada pukul 10 pagi. Di bawah jam itu, dia bebas melakukan hal apa saja. Termasuk membiarkan Felis membuatkan sarapan.
Wanita itu bersandar pada headboard kasur. "Max! Bangun!" seru Felis menepuk pelan sisi muka suaminya yang masih tertidur pulas itu. Dia mendengus kesal karena Max tidak bereaksi sama sekali. "Sayang! Bangun!" Cubitan gemas dengan menggunakan tangan mungil Felis mendarat di pipi Max yang masih saja memejamkan mata itu.
Bibir Max spontan melengkung ke atas saat mendengar kata 'sayang' keluar dari mulut istrinya. Memang kata itu sudah tidak asing lagi untuk telinganya. Tapi tetap saja, saat Felis memanggilnya dengan sebutan tersebut dapat membuat jantungnya berdebar seperti anak remaja yang baru saja merasakan kasmaran atau seperti anak kecil yang baru menerima hadiah yang sangat diinginkannya. Benar-benar menyejukkan hati pria itu.
Felis memutar bola matanya dengan rasa geram yang menyelimuti diri. Wanita itu kemudian melancarkan aksi terakhir, yaitu mengecup seluruh wajah Max berkali-kali. Termasuk bibir tebal suaminya itu. Jika sudah melakukan hal tersebut, maka selanjutnya Max akan membuka mata dan memberikan tatapan nakal kepada istrinya. Itulah sebabnya kenapa Felis menjadikan aksi tersebut menjadi taktik terakhir untuk membangunkan Max.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was Happy
Romance🍑ONGOING🍑 Adult Romance Story Fellcyona Lee terpaksa menerima dua kenyataan pahit pada hari yang sama. Pertama, dia harus tabah dan tetap percaya diri ketika dokter menyatakan bahwa dirinya akan sulit untuk hamil karena riwayat penyakitnya sebelum...