Yerim menatap tablet berisikan brosur digital yang ia terima dari Joohyun. Tertera namanya di dalam benda berbentuk persegi panjang itu. Kepalanya berdenyut, pening. Emosi yang terkumpul siap untuk ia ledakkan kapan saja, tetapi ia memilih diam dan memejamkan matanya upaya meredam emosi. Setelah menetralkan pikirannya, ia menoleh ke arah Joohyun yang sudah cengar-cengir.
Serius deh, Yerim tidak pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal sehingga kakaknya itu marah. Paling parah hanya mengomel, tidak sampai benar-benar marah. Namun kenapa kakaknya tega sekali?
"Maaf ya, Yerim. Habisnya tanganku gatal sekali ingin mendaftarkanmu. Kebetulan kebolehan memasakmu sudah di atas rata-rata."
Gatal katanya? Kakak mana yang tega mendaftarkan adiknya di kontes yang sama dengan musuh bebuyutannya. Ah, tidak masalah kalau hanya satu kontes — apalagi seperti yang Joohyun bilang tentang kebolehan skill memasaknya yang makin hari meningkat tajam, tapi yang jadi masalah adalah dia harus bekerja sama dengan musuhnya.
Bayangkan saja, kau harus bekerja sama dengan musuhmu sendiri. Sama saja seperti Yerim disuruh untuk memaafkan segala kesalahan Si Arogan itu demi chemistry sempurna di depan kamera. Ya, di depan kamera! Mereka akan mengadakan variety show sebelum kontes berlangsung. Yerim melayangkan pikirannya menerbangi dimensi, menebak-nebak apa yang akan terjadi kalau mereka benar-benar tergabung dalam satu grup. Berada di satu ruang lingkup dalam waktu sebulan penuh dengan musuhnya sendiri, Yerim rasa itu jauh dari kata bagus. Mengerikan!
Musuh bebuyutannya tidak pernah berubah, masih sama, masih Han Jeongguk yang arogannya melebihi Raja Fir'aun kalau boleh dibandingkan.
Menyebut namanya barang dalam hati saja membuat hatinya gatal-gatal, alergi. Huh, tidak bisa dipercaya.
"Kau tahu sebesar apa rasa benciku padanya dan aku berharap kalau kau tidak lupa, Eonnie."
Joohyun menelengkan kepalanya, berpura-pura berpikir. "Aduh, lupa tuh."
Yang benar saja.
"Eonnie! Aku tidak mau. Batalkan ini, tidak sudi sampai mati pun!" teriak Yerim, memenuhi satu ruangan dengan suaranya. Tidak lama lengannya ditepuk lumayan keras dan tentu mampu membuatnya meringis kencang. "Sakit!"
"Hati-hati kalau berucap, Yerim. Tidak baik mengatakan kata mati dalam percakapan!"
Yerim meletakkan tablet Joohyun ke atas meja, menimbulkan suara karena Yerim meletakkannya tanpa hati nurani. Padahal Joohyun baru saja membeli itu tiga hari lalu akibat tablet-nya yang sebelum ini tercebur di kolam karena menengahi Yerim bertengkar dengan Jeongguk. "Yerim. Ya Tuhan! Aku baru membeli tablet itu cash, tahu!"
Ia tidak peduli dan tidak mau tahu. Kenapa Joohyun berlebihan sekali? Tinggal beli lagi apa susahnya, sih?
Yerim memijat keningnya. "Aku tidak mau tahu, Eonnie. Kau harus membatalkannya. Kau tidak bisa bertindak seenaknya hanya karena kau kakak sekaligus manajerku."
"Tidak bisa. Aku sudah meneken kontrak dengan mereka," ucap Joohyun dari mulut kecilnya yang baru Yerim sadari kalau semenyeramkan itu kakaknya. "Tinggal kerja sama saja apa susahnya. Lagian ya Yerim, aku bahkan tidak tahu kau akan sekelompok dengan Jeongguk. Benaran deh."
"Tiba-tiba saja namanya ada di dalam kelompokmu."
Ha. Ha. Tiba-tiba saja ya.
Sementara itu di tempat lain, Han Ryujin menyesali tindakan impulsifnya. Karena sedari tadi Jeongguk, kakaknya, tidak berhenti memaki tepat di depan wajahnya, sesekali umpatan melayang. Ia hanya terpikirkan dengan kata-kata yang menggiurkan dari sutradara tentang michellin star itu, mengingat Jeongguk seringkali mengeluhkan soal michellin star-nya yang belum bertambah.
Akan tetapi, di luar dugaannya, Jeongguk malah sekelompok dengan perempuan yang paling dia hindari setengah mati.
Tersisalah Ryujin yang menyesal langsung meneken kontrak atas nama Jeongguk sebagai manajer kakaknya itu. Kalau begini ia hanya menerima makian tidak berperikesaudaraan yang meluncur lancar dari mulut Jeongguk.
"Aku kan sudah minta maaf, Oppa," ujar Ryujin — mencicit seperti tikus. Ia menunduk, biasanya juga dia tidak seceroboh ini, ini kecelakaan. "Aku mana tahu Yerim Eonnie mendaftar juga, lebih clueless lagi ketika dia ternyata berada satu kelompok denganmu. Aku tidak tahu ini, serius."
Jeongguk melihat ketulusan adiknya, tapi tetap saja rasa ingin menukar adik ke toko loak meningkat drastis. Tidak, tidak, bercanda. Ryujin jarang sekali berbuat salah, kerjaannya selalu rapi dan sempurna, namun sekalinya salah mampu membuat emosinya meledak-ledak.
"Hadiahnya michellin star, Kak. Aku tahu kau menginginkannya, jadi kupikir—"
"Iya, tidak apa-apa. Makasih, ya." Jeongguk akhirnya mengalah, melihat adiknya ketakutan.
"Tapi serius deh Kak, kau harus belajar mengolah emosimu, tahu. Bisa bahaya nanti kalau kau memaki semua orang dengan kata-kata kasar."
Jeongguk mendengus. "Aku tidak sebodoh kau, Ryu, perlu kau tahu."
Ryujin menepis lengan Jeongguk yang ingin merangkulnya. "Menyebalkan!"
Jeongguk menghela. Dia bisa apa kalau ternyata Ryujin sudah meneken kontraknya? Tidak mungkin membatalkannya begitu saja, lebih baik dendanya dia salurkan untuk bahan-bahan menu baru di restorannya. []
Serius nggak tau ini nge-feel apa enggak, eh tapi baru awal juga sih..
Kita lihat aja ke depannya ya HEHEHEH
Kayaknya nggak banyak pake istilah chef gitu, ada tapi nggak banyak. Sejauh ini karena suka nonton masak-masak, aku lumayan tau istilah-istilah umum lah ya.
Ya, nikmati aja, teman-teman. Aku udah ngga bisa mikir ya Allah😭
Love,
Deer.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET IN YOU
FanfictionBae Yerim adalah seorang chef. Han Jeongguk juga sama. Keduanya berlomba-lomba meningkatkan prestise diri mereka di depan publik. Saling sulut-menyulut dan beradu mulut, singkatnya mereka adalah musuh bebuyutan. Joohyun, kakak Yerim, pusing sendiri...