Aroma laut Jeju sudah tercium jauh dari bandara. Yerim meregangkan tubuhnya setelah perjalan yang lumayan memakan waktu. Kurang lebih tiga jam dari Paju. Suasana hatinya berubah menjadi lebih baik padahal di pesawat ia merasa daya tahan tubuhnya menurun, namun ketika matanya memandang pemandangan sekitar bandara membuatnya bugar kembali.
"Ini akan menyenangkan!" soraknya diikuti gelak tawa kru-kru yang ikut bersama mereka. "Bukan begitu, Han Jeongguk-ssi?" Yerim mengajak Jeongguk masuk dalam konversasinya seolah melupakan kejadian beberapa hari lalu. Beberapa hari setelah insiden drum.
"Ya."
"Tch, jawabannya singkat sekali."
Sejak insiden pertolongan kemarin, Yerim sedikit lunak terhadap Jeongguk. Bagian mereka yang seharusnya diambil pada hari Rabu minggu kemarin, terpaksa dihentikan sampai pemulihan Jeongguk. Akhirnya seluruh tiket ke Jeju diundur, penayangan dihentikan sehari, besoknya ia kembali beraktivitas seperti biasa sesuai anjuran dokter, yaitu seharian beristirahat.
Ya, akhirnya Jeongguk menuruti Yerim yang memaksanya pergi ke dokter. Yerim bisa bernapas lega rasanya saat Jeongguk dinyatakan baik-baik saja. Yerim tidak mampu membayangkan jika pemulihan Jeongguk memakan waktu yang lama, bisa-bisa pemuda itu menyerahkan namanya ke dukun andalan karena membuatnya terluka.
"Kau bawa apa saja, sih?" Jeongguk agaknya terganggu dengan Yerim yang menenteng begitu banyak barang. "Seisi rumahmu kau bawa, ya?"
"Jangan konyol! Ini barang penting semua yang kubawa tahu!" Yerim memperbaiki posisi tas yang berada di antara tangan kiri dan badannya, sementara tangan kanannya membawa tas jinjing besar. "Kau ini berkomentar terus! Bukannya membantu."
"Ya, ya, ya. Sini, berikan kepadaku." Air mukanya terpaksa sekali membantu Yerim.
"Tidak perlu kalau mukamu masam begitu." Yerim memindahkan tas jinjingnya ke tangan sebelah kiri.
Meski dalam hatinya sedang tertawa, nyatanya Jeongguk kurang pandai mengekspresikan keadaan hatinya. Wajahnya lurus seperti jalan tol, bibirnya datar tanpa lengkungan sedikit pun, tetapi matanya sedikit berbinar - hanya sedikit, berani sumpah tidak ada yang bisa melihat binar tersebut. Bahkan Jeongguk sendiri tidak akan menyadarinya. Sampai kapanpun tidak akan jika tidak ada yang menyadarkannya.
"Yerim, biar kubantu." Mark yang entah dari mana tiba-tiba menampakkan dirinya, lalu dengan senang hati menawarkan bantuan. Jeongguk terdorong beberapa sentimeter ketika Yerim menerima bantuan dari Mark, seolah lupa bahwa sebelumnya berbincang dengan siapa. "Bagaimana syutingmu kemarin?"
"Baik. Berjalan lancar. Kau sendiri?"
Kedua matanya mengekori arah ke mana Yerim berjalan dan hilang dimakan oleh keramaian kru TV.
"Kau melihat apa, Bro?" Choi Taehyung menyampirkan tangannya ke pundak pemuda itu. "Yerim ke mana?"
Belakangan ini mereka - Choi Taehyung dan dirinya - menjadi akrab akibat kejadian dua malam yang lalu. Insiden mengerikan bagi Jeongguk, ia ingin melupakannya sama seperti gadis tadi yang tampaknya sudah kehilangan memori apa yang terjadi malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET IN YOU
Fiksi PenggemarBae Yerim adalah seorang chef. Han Jeongguk juga sama. Keduanya berlomba-lomba meningkatkan prestise diri mereka di depan publik. Saling sulut-menyulut dan beradu mulut, singkatnya mereka adalah musuh bebuyutan. Joohyun, kakak Yerim, pusing sendiri...