Tidak dapat dipungkiri bahwa syuting bersama Han Jeongguk membuat dirinya kewalahan. Pertama, Han Jeongguk itu super cepat, apapun yang mereka kerjakan harus cepat dan tepat. Kedua, Han Jeongguk tidak segan-segan mengkritiknya di depan orang banyak. Dan terakhir, sifat menyebalkan dalam diri Jeongguk tidak pernah pudar.
Siang menjelang sore ini Yerim sedang mendengarkan penjelasan instruktur wisata. Mereka sedang berada di Sanmeoru Farm untuk keperluan syuting.
Dia menikmati perjalanan kali ini yang tidak hanya berkutat di dapur. Dengan senang hati, ia mengedarkan pandangannya dan meneliti setiap inci ruangan yang sangat luas itu.
Namun, ekspresinya sedikit suram ketika memasuki terowongan tempat penyimpanan drum kayu. Banyak barrel kayu tersusun rapi di kanan dan kiri terowongan redup yang mereka lalui.
"Semakin lama masa penyimpanan, wine akan semakin mahal." Yerim hanya mengangguk-angguk pelan mendengarkan instruktur tersebut, tetapi tubuhnya condong ke arah Jeongguk - mencari tempat berlindung karena Seulgi dan Taehyung tiba-tiba hilang dari sampingnya. "Seperti contohnya, wine ini sudah disimpan lebih dari sepuluh tahun."
"Wah, lama sekali." Yerim berceletuk dengan suara pelan.
"Reaksimu berlebihan sekali," gumam Jeongguk yang masih terdengar jelas di telinga Yerim - membuatnya berdecak kecil menanggapi komentar Jeongguk. Padahal ia menyuarakan suara hatinya sepelan mungkin, kenapa makhluk arogan tidak sabaran ini mendengar sih?
Meski dalam kegelapan, Jeongguk dapat melihat jelas Yerim sedikit linglung menyeimbangkan tubuhnya. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu hingga dia tidak bisa berjalan lurus seperti biasa. Bahkan Yerim cenderung mengekor dengan orang-orang yang berada di dekatnya. Seperti saat ini, Yerim kehilangan Seulgi dan Taehyung di sampingnya, alhasil hanya tersisa dirinya.
"Kau kenapa dekat-dekat begitu, sih?" Jeongguk akhirnya menyuarakan kekesalannya karena Yerim mengalungkan lengannya ke lengan Jeongguk. "Sedang cosplay jadi beruang madu?"
Yerim mengernyit tidak senang. Serius, saat ini Yerim sedang melawan rasa takutnya pada ruang gelap dan sempit. Dan bisa-bisanya Jeongguk malah menyepelekan tindakannya?
"Kau tidak mengerti."
"Kau tidak menjelaskan."
"Han, kadang ada beberapa hal yang tidak perlu dijelaskan dengan kata-kata."
"Kau sedang memberi nasihat kepadaku?" Jeongguk menatap wajah takut sekaligus kesal gadis itu dari sudut pandangnya yang lebih tinggi. "Sumpah, kau sedang apa sih?"
"Sebentar saja." Yerim malah mengeratkan genggaman tangannya dan tentunya Jeongguk masih berkutat dengan pikirannya sendiri - menebak-nebak apa yang sebenarnya dipikirkan Yerim. "Kumohon sebentar saja, ya."
"Hm."
Yerim tidak bisa mendengar apapun, seolah seluruh suara hilang dari muka bumi ini, begitu pun penjelasan instruktur yang tidak terdengar sama sekali. Untuk kali ini, Yerim bersyukur berada di tim yang sama dengan Jeongguk. Setidaknya hanya untuk hari ini.
"Apakah jalannya masih jauh, Han?"
"Aku tidak tahu."
Yerim tertegun saat merasakan jemarinya digenggam erat oleh Han Jeongguk. Akan tetapi, dia tidak mengelak, ia membutuhkan genggaman saat ini dan berharap segera melewati terowongan gelap ini.
"Apa sudah sampai, Han?"
"Belum."
"Masih lama, ya?"
"Sedikit lagi."
"Eoh, benarkah?" Yerim menengadah dan sedikit membuat jarak di antara mereka, meski genggaman Jeongguk belum dia lepaskan.
Ia senang melihat sedikit cahaya yang muncul di ujung jalan hingga tidak memperhatikan pijakan kakinya tidak seimbang. Yang fatal adalah ia tidak tahu bahwa baut drum di dekatnya kendur dan lepas secara perlahan, ketika Jeongguk menopang tubuhnya yang terpeleset, drum tersebut jatuh menimpa Jeongguk.
Untungnya hanya drum kosong yang tidak berisikan wine. Meski begitu, Yerim yang berteriak paling heboh, membuat semuanya menoleh, dan panik karena Jeongguk meringis.
"Ya! Kau tidak boleh sakit, kita belum mencoba minuman di sini!" Bisa-bisanya Yerim mengancam di tengah suasana sedang serius. "Han, kau belum minum wine berumur lebih dari sepuluh tahun! Ayo bangun, dasar lemah!"
"Ah yang benar saja," rengek Jeongguk pelan, "padahal kau yang menimpa badanku, Bodoh."
"Jangan sebut aku bodoh! Apa kau terluka? Di mana lukanya? Bahumu sakit tidak?"
"Tidak usah berlebihan, Yerim."
"Tapi ini berdarah!"
___
"Sungguh, tidak sesakit itu. Ssshh."
"Perih kan? Makanya diam saja, bawel sekali sih." Yerim mengoleskan obat merah. Bukan karena dia berempati pada Jeongguk arogan ini, tetapi ia merasa bersalah karena seharusnya yang tertimpa adalah dirinya, Jeongguk memutar tubuhnya dengan sigap hingga terhindar dari kecelakaan kecil yang malah menjadi malapetaka bagi pemuda itu sendiri. "Aku ambil kapas dulu, jangan ke mana-mana!"
Memangnya aku mau ke mana kalau kau saja menatapku seperti elang begitu?
"Ini minum dulu," ujar Joohyun sambil menyodorkan minuman hangat. "Terima kasih ya, Jeongguk. Maaf Yerim merepotkan."
"Bukan masalah besar, Kak."
"Tentu saja masalah besar bagiku, kau serius tidak perlu ke dokter?"
Jeongguk mengangguk. "Tidak perlu, hanya luka gores kecil, kok. Untungnya drum itu tidak ada isinya."
"Sekali lagi, terima kasih sudah melindungi Yerim."
Jeongguk tersenyum. Kenapa juga ia mau berkorban demi gadis bodoh itu? Tidak tau deh, Jeongguk malas memikirkannya. []
Haloo!
Kemaren aku bilang mau update ya, iya update sekali doang🥲 maaf ya huhu ternyata ospeknya cepet dan berentet jadi gak jadi-jadi mulu mau lanjut.
Akhirnya udah bisa lanjut, walau bakal slow update lagi sampe selesai ospek. Doain lancar ya ideku WKWKWKKW.
(Karena sejujurnya yang jadi kendala itu idenya🥲)
Love,
Deer.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET IN YOU
FanfictionBae Yerim adalah seorang chef. Han Jeongguk juga sama. Keduanya berlomba-lomba meningkatkan prestise diri mereka di depan publik. Saling sulut-menyulut dan beradu mulut, singkatnya mereka adalah musuh bebuyutan. Joohyun, kakak Yerim, pusing sendiri...