Mungkin almari yang berada di sekitar mereka juga jengah dengan pertengkaran kecil yang terjadi antara Jeongguk dan Yerim. Bahkan Sutradara Park sudah angkat tangan untuk retake adegan mereka berdua.
Selama keduanya tidak melewati batas.
"Percaya saja padaku." Yerim menambahkan jumlah bawang putih yang sudah dihaluskan ke dalam mangkuk berisi bumbu gochujang. "Tidak usah tegang begitu, Jeongguk."
"Bagaimana aku bisa tenang, Yerim?!" Jeongguk merengek melihat bumbu yang sudah dia campurkan dengan bahan yang sempurna dihancurkan begitu saja oleh perempuan ini. "Kau menghancurkannya."
"Ini tidak hancur. Ini improvisasi." Yerim dengan tenang meratakan bumbu berwarna merah itu. "Calm down, Han. Ini akan sempurna."
Seumur-umur, Jeongguk tidak pernah memasak mengikuti kata hati. Semua masakannya memakai takaran dan bumbu yang pas, itu sebabnya masakan buatannya selalu punya rasa yang sama. Stabil. Konstan.
Dan dengan tidak tahu dirinya gadis ini mengubah caranya memasak. Ini gila!
"Itu tidak akan bekerja, Yerim. Aku yakin akan langu." Jeongguk mencondongkan badannya mendekati Yerim, melihat keadaan bumbu yang sudah tewas di tangan gadis itu.
"Diam, Jeongguk, nanti ludahmu masuk ke dalam sini." Gelak tawa kru menjadi melodi yang menemani mereka. "Memasak itu pakai hati, Jeongguk. Feeling akan menuntunmu menemukan rasa yang terbaik."
Jeongguk terdiam, ia jengkel bukan main. Yerim malah mengguruinya. "Tapi feeling tidak selalu benar dan bagus."
"Itu artinya feeling-mu jelek, Jeongguk. Aku tidak pernah gagal menggunakan feeling-ku."
Lagi-lagi kru tertawa. Sutrada Park mulai menyukai interaksi mereka, sangat berbeda dengan teman grup mereka — Taehyung dan Seulgi yang berada dalam kecanggungan. Yerim dan Jeongguk lebih leluasa dan jujur terhadap satu sama lain, meski lebih banyak berdebat. Mereka seolah teman lama yang memang tidak pernah akur, tetapi tidak sungkan satu sama lain.
Tidak mau pusing menggubris Yerim yang keras kepala, Jeongguk menenangkan dirinya, dan ia memilih memotong timun dengan rapi dan bersih. Kamera mengarah padanya, lalu perlahan mengarah ke timun-timun yang menggugah selera.
Yerim sudah selesai dengan bumbu gochujang-nya dan berniat merecoki Jeongguk. Ia mengambil langkah lebar dan menyiapkan tangannya untuk mencuri sedikit timun yang sudah dipotong kecil. Setelah dirasa target sudah pas, Yerim mengulurkan tangannya dan catch! Yerim berhasil mencuri sedikit timun itu dan memasukkannya ke mulut. Dengan muka tanpa dosa, Yerim menjauh sambil terkekeh.
"Satu-kosong!" ledek Yerim.
Jeongguk berusaha mengembalikan fokusnya pada timun-timun ini, sungguh. Di samping itu, Yerim memposisikan dirinya di samping Jeongguk, membantunya memotong wortel. Saat Jeongguk mengalihkan fokusnya, Yerim berniat mencuri sedikit wortel dan timun. Menyadari hal itu, Jeongguk langsung mempercepat tangannya untuk menghalangi Yerim yang malah jadi malapetaka bagi gadis itu.
Jeongguk baru saja menyikut Yerim. Tepat di dahi gadis itu. Dengan tenaga dalam sepertinya.
___
"Aku minta maaf." Yerim mendengus kesal mendengar permintaan maaf Jeongguk. "Kenapa wajahmu masih begitu? Aku kan sudah minta maaf."
"Kau niat tidak sih? Menyebalkan sekali."
Kali ini dia harus mengalah. Melihat dahi gadis itu memerah karena ulahnya. Meskipun tidak sengaja, tetap saja ia harus mengakui kesalahannya.
Sial, dia ingin sekali tertawa keras. Menertawai dahi benjol gadis itu jika bisa. Namun, Ryujin ada di sampingnya.
Joohyun memegangi kantong es untuk mengempiskan memar di dahi Yerim. "Pegang dulu, Yerim, aku ingin mengambil sesuatu."
Ryujin lagi-lagi menyenggol Jeongguk, menyuruhnya meminta maaf dengan benar. Ia membungkuk, bersamaan tangannya memaksa Jeongguk untuk ikut membungkuk. Dengan sedikit terpaksa Jeongguk mengikuti perintah adiknya itu.
"Maaf."
"Ya, ya, sudah pergi sana." Yerim kesal bukan main, kepalanya pening serta berdenyut sakit di saat yang bersamaan. "Kau sedang apa, Jeongguk? Pergi kubilang."
"Iya, bawel."
"Apa?!"
Jeongguk melangkah dan meringis di waktu yang sama karena Ryujin menepuk punggungnya keras, tanpa belas kasihan. "Sudah salah masih saja mengejeknya. Keterlaluan."
"Dia yang mulai, Ryu."
"Ya tidak usah dibalas, kau ini kenapa jadi sensitif sekali kalau bersamanya?" Ryujin mendahului Jeongguk yang mendengus kesal. Ryujin menghentikan langkahnya, begitupun Jeongguk, "Kau harus berbaikan dengannya, Kak. Sesegera mungkin."
Jeongguk membuang napas. Tanpa diperingatkan juga dia sudah tahu apa yang diinginkan semua orang.
Bruk!
"Maaf." Lelaki itu membungkukkan tubuhnya setelah menabrak Jeongguk. "Maafkan aku."
"Iya, tidak apa-apa."
"Maaf sekali lagi," ujarnya, lalu segera berlari menjauhinya. Jeongguk menyipit mendapati pemuda itu menghampiri Yerim yang sedang duduk di ayunan. []
hai♡
aku balik lagi ihiy, akhirnya bisa update juga.lagi nggak mood bikin notes panjang ehe.
enjoy~ jangan lupa vote dan komen oke oke?
see you, guys!
Love,
Deer.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET IN YOU
FanfictionBae Yerim adalah seorang chef. Han Jeongguk juga sama. Keduanya berlomba-lomba meningkatkan prestise diri mereka di depan publik. Saling sulut-menyulut dan beradu mulut, singkatnya mereka adalah musuh bebuyutan. Joohyun, kakak Yerim, pusing sendiri...