uno

854 88 2
                                    

Siapa yang tak kenal Jung Jaehyun?

Iya, ia pria yang sepertinya hanya muncul pada kisah romansa—sosok yang sempurna—tanpa cela.

Dia siswa yang poster mengenai prestasinya terletak pada tiap sudut sekolah. Baik dalam hal akademik seperti olimpiade fisika, perlombaan antar sekolah, cerdas cermat, maupun hal di luar itu, seperti kejuaraan basket se-Korea Selatan hingga ketua divisi pengembangan siswa pada OSIS. Semua hal tersebut pernah dimenangkan ataupun dijalani oleh Jung Jaehyun.

Menambah segala kelebihannya, semua prestasi dari Jung Jaehyun diimbangi dengan kepribadian emasnya. Ramah, supel, berintegritas tinggi, gemar membantu teman dan orang di sekitar, bijaksana, dan semua sifat yang baik lain sepertinya diborong olehnya.

Yang jelas, Tuhan pasti sedang sangat bahagia saat menciptakan Jung Jaehyun.

Karena, seakan tak cukup hal-hal diatas...


Jung Jaehyun sangatlah tampan!


Wajahnya seperti dipahat oleh ahli pahat paling berbakat—tentu saja itu Tuhan—dilengkapi dengan dua lubang dalam pada pipinya yang terbentuk saat dia tersenyum. Sangat manis! Perlu dicatat bahwa ia hampir selalu tersenyum.

Dan badannya...

Badannya seperti patung dewa yunani! Mampu membuat semua insan berteriak saat samar-samar bentuk tubuhnya terlihat saat ia bermain basket, cabang olahraga yang paling mahir dilakukannya.

"Jung... Jaehyun..." ujar Ten saat pria itu melewati kelas mereka.

"Seperti biasa, selalu dikelilingi banyak manusia," sambung Jun.

"Jujur, aku penasaran bagaimana MBTI Jaehyun. Kira-kira berapa persen ya sisi extrovertnya sehingga menghadapi orang sebanyak itu?" kali ini Wonwoo yang bersuara.

Ketiganya adalah teman dari Kim Doyoung yang hanya bisa mendengarkan segala pernyataan tadi. Ia tau siapa itu Jung Jaehyun. Tapi tidak terlalu peduli. Menurut Doyoung, dunianya dan Jaehyun sangatlah berbeda dan tidak akan mungkin bahkan untuk hanya beririsan sedikitpun.

Jadi ia berkata kepada temannya yang berdiri menutupi pintu kelas, "Permisi, guys."

"Mau latihan?" tanya Wonwoo.

Doyoung mengangkat buku pianonya sedikit, memiringkan senyumnya, "Ngapain lagi?"

"Oh, okay. Sorry," ujar Ten bergerak ke pinggir, "Kita mau ke kantin sih, paling. Mau nitip apa gitu gak, Doy?"

"Gak usah deh. Lagi gak laper," Doyoung menyengir.

"Ngogheei," respon Jun yang langsung dihujat oleh Ten.

Katanya gak jelas dan gak ada faedahnya.

---

"Jadi Doyoung, hari ini mau latihan apa?" katanya pada diri sendiri sebelum membuka buku berisi berbagai kertas dengan berbagai coretan.

"Kidding, gaada lomba maupun resital dalam waktu dekat. Jadi, mari kita mainkan Comptine D'un Autre Été dari Yann Tiersen," Doyoung pun membuka fallboard dan mulai menekankan jemarinya pada tuts piano.

Iya, ini rutinitas Kim Doyoung setiap hari sekolah—setiap jam istirahat kedua, bermain dengan temannya sejak kecil, piano.

Tak banyak yang tau, tapi setidaknya pihak sekolah tau bahwa Kim Doyoung adalah seorang pianis handal yang sering mewakili Korea Selatan dalam berbagai perlombaan international. Jam terbangnya sudah setinggi itu. Oleh karena itu, dirinya diberikan privilege untuk menggunakan ruang musik sekolah selagi tidak digunakan.

Istirahat kedua itu berjalan seperti biasanya.

Kecuali fakta kalau Kim Doyoung lupa menutup pintu ruang musik dengan rapat sehingga suara piano bocor ke luar ruangan.

Melodi dari lagu itu sangat indah, menguarkan nuansa bahagia namun sedih secara bersamaan. Sambil terus memainkan piano, Doyoung pun larut dalam perasaannya.



"Eh?"

Permainannya pun berhenti.

---

HOLLA!
I'm back after all the hiatus<3

Maaf kali ini Jeno istirahat dulu ya, aku bawa Jaedo hehehe. Ohiya, sedikit reminder, cerita ini terinspirasi dari Season of Blossoms (webtoon) kisahnya Hamin dan Somang + The Peanuts (komik dan film) kisahnya Lucy dan Schroeder. Jadi maaf ya kl ada "IH KOK GINI KOK GITU". Harap maklum hehehe.

Anway, Hope you guys can enjoy this story!;)

Jangan lupa buat support comeback NCT Dream!

Selamat sahur, teman-teman!^^

Second School BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang