Second School Break

due

Ini adalah makanan sehari-hari Jaehyun.

Teman sekolah yang selalu berbondong-bondong mendekatinya.

Sejauh ini, hanya hitungan jari yang berusaha berteman dengannya dengan tulus tanpa niatan tertentu. Dikelilingi oleh orang-orang macam ini—ya kita tak berhak untuk menghakimi dan melabeli mereka—jadi mari kita sebut mereka sebagai orang-orang macam itu—membuat Jaehyun lelah.

Tapi pria itu terus memaksakan senyumannya.

Seperti hari ini.

"Jae, mau ke kantin gak? Beli ramyeon, kuy!" ajak Mingyu, orang yang sering minta traktir Jaehyun. Kalau Mingyu, ia sudah sangat tolerir karena merupakan salah satu teman terdekatnya.

Hanya saja hari itu Jaehyun malas ke kantin, "Mager, Gyu."

"Jaehyun! Ayo kita ke perpustakaan aja kalau gitu! Ajarin aku integral, please. Belum ngerti," kali ini Rose dengan puppy eyes-nya.

Jujur, selama ini Jaehyun jarang sekali bisa menolak permintaan temannya. Kecuali ada alasan yang benar-benar kuat ataupun sudah dekat, seperti kasus Mingyu tadi.

Sambil berjalan menuju tangga, beberapa orang terus mengajaknya untuk melakukan hal yang berbeda.

Semua sibuk mencari perhatian Jaehyun. 

Sayangnya, hari itu, alunan musik mengalun melewati indra pendengaran Jaehyun.

Sangat memikat.

Diantara semua hal, suara itulah yang mampu menarik atensi Jung Jaehyun.

Membuatnya penasaran tetapi juga merasa nyaman dan aman.

"Maaf, guys. Tapi tadi aku dipanggil Pak Yunho ke ruang guru. Sorry ya!" bohong Jaehyun dengan senyuman di wajahnya, lalu laki-laki tinggi itu berjalan berbalik arah.

Seakan tak perlu repot-repot menjaga perasaan Jaehyun, sekumpulan orang itu mulai mencibir Jaehyun. Sepertinya mereka tidak tau kalau Jaehyun mendengar segala umpatan itu.

Tapi sekali lagi, Jung Jaehyun tidak peduli.

Ia segera memasuki ruang musik yang tadi dilewatinya, meletakkan tangannya di kepala, dan menarik napasnya, bersiap melampiaskan emosinya, "Dasar brengsek! Sialan, muka dua semuanya."

"Eh?"