otto

367 62 0
                                    

Siangnya, Jaehyun sudah berada di ruang musik lebih dahlu ketimbang Doyoung.

Ia berdiri menyender pada posisi favoritnya, di dekat jendela yang berada di belakang Grand Piano.

Cuaca hari itu sangat bagus. Awan putih menghiasi langit. Matahari bersinar dengan cerah. Sinarnya memancar bagaikan cahaya ilahi. Sebagian menerpa dan menerangi wajah Jung Jaehyun, membuat parasnya semakin rupawan.

"Kenapa tadi di kantin kamu tidak menyapaku?"

Doyoung melepas sepatunya, mengabaikan pertanyaan Jaehyun.

Pria yang lahir pada hari kasih sayang itu tidak menuntut jawaban cepat dari Doyoung. Ia menunggu dan membiarkan Doyoung duduk di singgasananya, kursi piano.

"Aku pikir kamu lebih nyaman kalau orang-orang taunya kita saling tidak kenal?" Doyoung membuka fallboard di hadapannya.

Mungkin Doyoung tak melihat. Tapi Jaehyun menggeleng-gelengkan kepalanya, "Asumsi itu lebih beracun dari sianida!"

Katanya lagi, "Lain kali, kamu harus menyapaku kalau kita berpapasan!"

"Memangnya kenapa?"

Hari ini ia memainkan karya Beethoven yang terkenal. Ada yang mau mencoba menebak?

"Ya..." perkataan Jaehyun terpotong, ia terlihat bingung untuk melanjutkan perkataannya sendiri.

Tidak seperti Jung Jaehyun.

"Itu karena aku mau pamer saja punya teman pianis terkenal,"

Doyoung tersenyum miring. Tanpa menatap Jaehyun, ia menjawab, "Kalau gitu mengapa tidak kamu saja yang menyapaku duluan?"

"Ka—"


"DOIEEE!"

---

hayoloo nuguji? wkwk

thank you for all your support<3 hope u like it ANNNNDDD

have a great day! stay safe!

Second School BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang