Bab 14

10.9K 32 0
                                    


~3 bulan kemudian!~

Di sebuah parkiran ruko di bilangan kemang, Jakarta selatan, sepasang muda-mudi baru saja turun dari mobil nya. Tujuan mereka adalah untuk survey ke sebuah kantor wedding organizer yang berkantor di salah satu deretan ruko tersebut. Ya, dalam waktu dekat keduanya akan segera melangsungkan pernikahan.

Mengikat janji suci hubungan mereka berdua untuk saling setia sehidup semati. Si wanita berjalan dengan anggunnya di samping sang pria. Si wanita tidak merasa malu meski calon suami nya itu tidaklah se tampan atau segagah kekasihnya yang dulu. Dan meskipun si pria dulu pernah melecehkan diri nya, namun mungkin bila bukan karena si pria ini, Annisa tidak tau nasib nya sekarang akan seperti apa.

Ya, wanita itu adalah Annisa. Gadis cantik mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi di kota Jakarta, yang tinggal menunggu wisuda saja karena semua kuliah dan Skripsi nya sudah selesai. Gadis cantik berprestasi yang menjadi idaman setiap pria yang melihatnya, tidak peduli usia. Anak bau kencur, sebayanya, om-om tanggung, hingga kakek-kakek pun dapat dipastikan akan tergoda bila melihat kemolekan dan kesintalan tubuhnya.

Iya, tubuh molek yang menjadi berkah sekaligus kesialan bagi dirinya. Seperti apa yang dia alami dengan kejadian tiga bulan yang lalu saat tubuh indahnya itu menjadi bulan-bulanan Pak Bejo dan antek-antek nya. Peristiwa pemerkosaan yang hampir membuatnya mengalami trauma berkepanjangan jika bukan karena kesabaran dan ketelatenan Udin merawatnya selama satu bulan pertama.

Iya, Udin lah yang lebih intens merawat jiwa Annisa yang terguncang. Jiwa yang sudah pasti akan mengalami tekanan dan depresi yang berat bila jiwa itu tidak kuat menghadapinya. Untungnya, Annisa masih cukup kuat untuk menerima kenyataan bahwa tubuhnya sudah tidak suci lagi akibat ulah bajingan seperti Bejo Suharso.

Lalu kemana Dodit? Ternyata laki-laki itu tidak cukup jantan dan besar hati untuk menerima keadaan Annisa. Bahkan, setelah peristiwa mengenaskan yang menimpa pacarnya itu, dia justru beberapa kali menggoda Alya, ipar Annisa sendiri yang kemudian membuat Alya kesal sehingga memaksa Dodit untuk meninggalkan kehidupan mereka.

Annisa sudah cukup menderita, dan Annisa tidak butuh lekaki bajingan seperti Dodit. Kalau tidak, Alya mengancam akan meminta pertolongan Paidi dan teman-temananya agar menghajar Dodit hingga mati sekalian, kalau perlu.

High Heels yang dipakai Annisa tidak terlalu tinggi, namun kondisi jalan dari parkiran menuju ruko yang tidak rata membuatnya kerepotan saat berjalan. Alhasil, selama perjalanan itu Annisa memeluk erat lengan Udin yang memperjelas bagi siapapun yang melihat mereka bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih.

Tentu perbedaan dari segi fisik mereka sangatlah mencolok. Tubuh Annisa sangat aduhay, lekukan tubuhnya dijamin akan membuat semua pria di dunia ini mabuk kepayang. Kulit Annisa sangatlah putih dan halus, wajahnya juga cantik. Namun dia berjalan sambil memeluk lengan Udin yang secara fisik bertubuh kecil, cungkring, hitam, berkacamata, dan culun.

Tapi Annisa tidak mempermasalahkannya. Annisa tidak peduli dengan fisik Udin. Bagi Annisa, apalah bedanya antara diri nya dengan Udin? Bila Udin luarnya jelek, tapi dia yakin dalam nya Udin itu sangatlah baik.

Setelah dengan semua yang sudah menimpa diri nya, dia merasa hanya Udin lah yang mau menerima diri nya apa adanya. Sedangkan dirinya, luarnya saja yang terlihat indah, dalamnya, tidak lebih dari barang bekas pakai beramai-ramai oleh para bajingan yang telah memperkosanya dulu secara keji.

"Selamat pagi...dengan Ibu Annisa ya?" sapa seseorang dari dalam ruko begitu Annisa membuka pintu kaca. Seseorang pria berusia mungkin pertengahan tiga puluhan dengan dandanan yang sangat modis, khas pria-pria metroseksual.

Ranjang Yang TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang