Part 1 Singgah'Kopi

1.7K 158 11
                                    

Di daerah kecil sekitaran kota Solo, berdiri sebuah bangunan sederhana dengan desain yang terkesan simple namun entah mengapa menghadirkan kenyamanan.

Bangunan dengan warna dominan kuning pastel itu begitu mencolok berdiri dipinggir kota. Berdiri kokoh di tempat yang kini menerima asupan terik matahari dengan berlebihan.

Fitri, sang pemilik sekaligus barista di kedai Singgah'Kopi, tengah membersihkan bar tempat ia biasa meracik kopi andalannya. Kopi yang tak pernah membuat pelanggan kecewa.

"Fit, Rara ijin. Jarene demam" lapor Lia, salah satu karyawan Fitri yang bertugas di bagian kasir, ada tiga sisanya. Dua di bagian bakery dan satu di bagian depan—Rara yang biasanya membantu Fitri.

Fitri mengangguk paham, "nanti bantuin bersihin meja ya" ujar Fitri yang diangguki Lia. Selanjutnya Fitri kembali melanjutkan kegiatan nya mengecek persediaan es batu.

Lia ijin pamit ke belakang karena cucian gelas dan piring menumpuk, karena kebetulan sepi jadi Fitri tak masalah di depan sendirian.

Setidaknya sudah lima tahun Singgah'Kopi berdiri, sejak dia menamatkan sekolah terakhir nya, yaitu SMK jurusan Akuntansi. Melenceng? Iya, sangat. Setelah lulus diusia sembilan belas tahun, gadis itu tak berniat melanjutkan sekolah ataupun kerja dibidang yang pernah ia tekuni selama tiga tahun sekolah. Dengan berani gadis itu meminjam uang orangtuanya untuk membangun sebuah kedai kopi yang tak jauh dari rumah nya.

Walaupun kedainya berdiri ditengah banyak nya tempat wisata yang ditawarkan daerahnya, namun tetap saja jatuh bangun pernah Fitri alami, apalagi diawal pembukaan kedai. Ia bahkan pernah hanya mendapat satu pelanggan. Tapi gadis itu tak menyerah.

Hingga tiga tahun kemudian, perempuan itu sudah berhasil mengembalikan uang orangtuanya.

Jika dilihat dari lokasi, sebenarnya kedai Singgah'Kopi agak tersembunyi, tapi pemandangan yang disajikan tidak main-main termasuk bagian kanan outdoor yang langsung menghadap area persawahan.

Makanya dia kesulitan mendapat pelanggan diawal, tapi kini kedai nya jadi tempat yang paling dikunjungi.

Tempatnya diminati berbagai kalangan, termasuk seorang pria berkemeja rapi dengan celana kain dan sepatu pantofel hitam mengkilat yang tengah melangkah santai menuju kasir sekaligus bar pemesanan.

Surainya agak panjang sampai telinga, wajahnya kalem nan lembut, mampu menarik perhatian hampir 80% pengunjung di Singgah'Kopi sejak pria itu mendorong pintu kaca transparan.

Merasa ada yang mendekat, Fitri yang awalnya mengecek es batu di bawah meja bar langsung berdiri di belakang meja kasir, dan benar saja di hadapan nya kini sudah berdiri tegap laki-laki tampan dengan aroma manis yang menyeruak. Genap sudah tujuh hari aroma manis itu hadir setiap pukul dua belas siang dikedainya.

"Americano 4 shot?"

Laki-laki yang baru saja hendak membuka suara itu sempat tersentak sebelum menumpahkan tawa kecil nya, lalu mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Fitri sebelumnya.

Fitri ikut tersenyum simpul, dalam hati merasa bangga karena tebakan nya benar.

Setelah melakukan pembayaran, Jevan menunggu di meja kecil berbentuk lingkaran dengan dua kursi di dekat bar, menunggu kopinya yang tengah diracik oleh sang barista.

Tanpa sadar Jevan yang duduk tak jauh dari sana memperhatikan setiap gerak perempuan cantik bersurai cokelat tua tersebut.

Entah kenapa afeksi yang diberikan perempuan itu mampu membuat nya tertarik.

Tak mau dianggap lancang karena terus memperhatikan, Jevan memilih untuk mengalihkan perhatian nya pada kedai yang sudah ia kunjungi seminggu ini.

Diam-diam Jevan terkekeh, sudah seminggu kemari tapi Jevan masih penasaran, apa yang ada difikiran pemilik kedai sampai memilih warna kuning pastel yang agak mencolok untuk kedainya dibanding memilih warna kalem seperti umumnya? Tapi kalo boleh jujur, meski warnanya terkesan agresif tapi aura yang dipancarkan tempat ini membuat nya nyaman dan rileks. Apalagi aroma flower menyegarkan yang tersebar di setiap sudut kedai. 

[2] FITRI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang