Memory

159 27 2
                                    

Killian mendongak saat pria bertubuh tinggi itu berdiri di sampingnya yang kini tengah berada di depan wastafel.

"Piring kotornya cuma dikit kok. Nggak perlu dibantuin. Udah sana, main sama Def aja."

"Kok kamu kayak ibuk-ibuk gitu sih?"

Killian bukannya marah, malah tertawa. Ia kerap kali mendengar komentar seperti itu. Jadi, ia sudah terbiasa.

"Mungkin dulunya sebelum jadi grim reaper, aku uda jadi bapak atau ibuk kali. Makanya kebawa sampe sekarang." Killian membilas mangkuk yang masih berselimutkan busa.

Def berdehem, ia membaringkan tubuh ke sofa panjang. Menyilangkan kedua tangan ke belakang kepala. Menatap langit - langit yang berwarna hijau mint. Tengah memikirkan sesuatu setelah mendengarkan perkataan Killian barusan. Haruskah ia mencobanya? Tak akan ada yang terjadi selama tidak melanggar ketentuan langit kan?

"Luka kamu gimana?" Killian mengeringkan kedua tangan menggunakan handuk kecil.

David menengok ke arah lengan juga kaki. Sudah menutup sempurna.

"Besok juga uda bisa kerja lagi kok. Makasi ya."

Killian mengerutkan dahi.

"Aku kali yang bilang makasi. Kalo kamu nggak nolongin. Mungkin aku kena amnesia selamanya karena mandi di sungai Lethe."

David tersenyum, hingga kedua matanya tinggal segaris. Ia menepuk - nepuk kepala Killian. Def masih mengamati dari sebrang ruangan. Lalu ia melompat berdiri.

"Dave. Gue balik dulu ya."

"Nggak nginep? Tumben?" Tanya David.

"Enakkan tidur di rumah sendiri. Lagian gue nggak mau ganggu lo sama pacar lo ini."

"Dih. Kalo ngomong suka sembarangan. Aku minumin teh obliviate baru tau rasa!" Balas Killian dengan bibir mengerucut.

Baik Def dan David terkekeh.

"Masih suka insomnia akhir-akhir ini?" Tanya Def memastikan sesuatu sebelum pergi.

"Dikit." David melirik ke arah Killian.

"Perlu gue kasih mimpi yang bagus, biar tidur lo nyenyak?" Balas Def.

Killian tampak tak mengerti. Def tertawa.

"Dia ini Goblin spesial. Dia bisa ngasi mimpi. Semua jenis mimpi, mau horor, indah, sedih, kocak. Dia bisa. Akhir-akhir ini aku sering minta tolong dia buat ngasi mimpi yang bisa nenangin aku. Jadi aku bisa tidur nyenyak sampe pagi." Jelas David.

"Bukannya cuma dewa mimpi yang bisa ngatur mimpi kayak gitu?" Tanya Killian.

"Panjang ceritanya. Kalo David nggak mau, lo aja yang gue kasi mimpi sini. Boleh request. Gratis." Def kemudian mengulurkan tangan kanannya pada Killian.

"Btw, makasi buat makan malemnya. Enak, kayak biasanya," ujar Def menyunggingkan senyuman miring.

Killian menatap David, pria itu mengangguk. Mengatakan jika Def tidak punya penyakit menular. Jadi Killian tidak usah khawatir menjabat tangannya. Pria mungil itu mengulurkan tangan, meraih tangan Def perlahan dan ....

Prank!

Tubuh Def terlempar beberapa meter hingga menabrak pintu kaca yang mengarah ke balkon yang seketika hancur. David dan Killian terperangah.

"Def," panggil David memastikan sang dokkaebi tidak apa-apa.

Killian sendiri masih kaget, ia bersumpah tidak melakukan apapun pada Def.

Friends Verse IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang