Pemuda itu baru saja berpamitan dengan teman-temannya di gerbang kampus. Saat dia menoleh dan bertemu pandang dengan Killian, senyumnya langsung merekah. Dia baru saja ingin berlari, namun Killian menunjuk lampu lalu lintas yg berwarna hijau. Setelah menunggu beberapa menit dia melompat ke arah Killian yang membalas pelukannya dengan erat. "Kamu ini udah jadi mahasiswa, memangnya ga malu diliatin orang?" tanya Killian."Kenapa harus malu? Kan eomma ini eommaku. Eh, tumben eomma kesini. Ada apa?" tanya Vion.
"Mau ngajak kamu makan siang nih. Mau nggak?" tanya Killian.
"Mau dong. Ayo eomma, cepetan. Aku laper," balas Vion dengan semangat.
***
Sesampainya di restoran Afterlife, Xavion heran melihat David, Kennard, Edward dan Alex juga ada di sana. Entah kenapa dia langsung duduk di samping Kennard sambil mencondongkan badannya. "Om. Ini di sini rame-rame mau ngapain? Ada tugas?" bisiknya.
Kennard tertawa sambil mengusak kepala Xavion. "Ini restoran grim reaper yang sengaja dibuka di dunia manusia. Jadi kalo kami laper, pengen istirahat atau cuma pengen bengong doang. Kami bisa mampir ke sini. Tapi di sini juga jual makanan sama minuman buat manusia kok. Tenang aja."
Alex menggenggam tangan Edward yang sedari tadi tampak emosional. Mereka sudah tahu kalau anak kecil yang ada di kursi belakang saat kecelakaan waktu itu terjadi adalah Xavion. Lebih tepatnya Chae Min.
Tak lama kemudian angin berhembus dan butiran-butiran salju mendadak menari-nari di tengah ruangan. Mereka semua tak dapat membuka mata karena pusaran salju dan angin yang tak kunjung berhenti. Ketika hembusannya tak lagi bisa dirasakan, mereka membuka mata mereka dan mengamati situasi.
Mereka melihat wanita berambut perak sebahu dengan tampilan bak idol tengah duduk di sebrang meja tempat mereka berkumpul.
"Dewi Moirai (takdir), kok tumben main ke sini?" tanya Edward.
"Kalian juga ga kerja malah kumpul di sini, tumben? Mau nyidang murid saya?" tanya Sang Dewi dengan ketus.
"Murid?" tanya Kennard dengan bingung. Sementara Killian baru kembali dengan struk panjang berisikan pesanan mereka. Dia juga segera menyapa Dewi Moirai begitu menyadari keberadaannya.
Xavion secara tak terduga berdiri dari tempat duduknya menuju bangku yang ada di hadapan Dewi Moirai. Membuat semua orang yang ada di sana tercengang tak percaya. Tak lama kemudian seorang karyawan kafe membawakan nampan berisi secangkir teh bunga dan milkshake coklat. "Makasi Mommy," kata Xavion.
"Sweet like always," balas Dewi Moirai mencubit pipi Xavion dengan gemas.
Alex menahan Edward yang juga ingin melakukan hal yang sama terhadap Xavion.
"Kalian kesini mau nanyain Xavion kenapa dia bisa Teknik Pemurnian Iblis kan?" Wanita itu mengedarkan pandangannya ke mereka berlima.
Hanya Killian yang berani mengangguk. Bagaimanapun juga, dia sudah cukup akrab dengannya. Selain Dewi Moirai yang mengajarinya Teknik Pemurnian Iblis dan Pengendalian Sungai Lethe, dia juga sering mampir minum teh di Tea House.
"Karena Xavion bakalan kesusahan jawab rasa kepo kalian, biar saya aja yang jawab. Pertama-tama, Xavion memang udah mati."
Hati kelima grim reaper yang mendengarnya langsung mencelos begitu mendengarnya. Bagaimana bisa? Sementara itu, Xavion sibuk memakan puding karamel di hadapannya. Bukannya dia tidak dengar, tapi dia sudah biasa akan hal itu. Tadinya dia juga tidak terima jika dia bukan lagi manusia fana seperti yang lain, namun sekarang hal itu sudah bukan masalah lagi. Dewi takdir sudah memberinya hal terbaik di dunia ini. Daripada sibuk membuang waktu untuk menangis karena denial, lebih baik dia menikmati waktu perpanjangan yang Dewi itu berikan padanya.
"Kalian sendiri tahu kan kalau hanya grim reaper yang bisa belajar teknik itu? Dan kalian juga tahu kalau hanya orang mati yang bisa jadi grim reaper. Xavion adalah special case. Dia seharusnya sudah mati saat dia umur empat tahun, tapi takdirnya berubah karena doa orang yang spesial. Jadi, aku memberinya waktu tambahan di dunia. Dia bisa hidup seperti orang biasa dan juga sebagai grim reaper sebagai balasan karena bisa hidup sebagai manusia fana. Wakfunya akan habis saat seseorang yang mengubah takdirnya datang. Vion, tunjukkin kartu keanggotaan kamu," perintah Dewi Moirai.
Bocah itu menunjukkan kartu anggota seperti milik kelima grim reaper lainnya. Lagi-lagi mereka terkejut.
"Dia juga junior kalian. Makanya aku bisa ngajarin teknik itu ke Xavion. Oiya, dia nggak pernah kehilangan ingatannya kayak kalian. Jadi, dia kenal siapa kalian bahkan sebelum kalian inget siapa dia," lanjut Dewi Moirai lagi.
Xavion masih tidak mau mengangkat wajahnya. Dia terlalu malu untuk menatap mereka dengan air mata yang berlinang. Jadi, dia hanya diam sambil menyedot minumannya serta ingusnya.
"Heh, kamu nggak kangen sama mereka?" tanya Sang Dewi memegangi kepala Xavion.
Xavion menggeleng, tapi kemudian mengangguk. Hal itu membuat dewi di depannya tertawa. Dia pun menepuk-nepuk lengan bocah itu dan melangkah ke luar kafe.
Edward adalah orang yang pertama kali berdiri. "Xavion."
Xavion tak sanggup lagi menahan air matanya. Dia langsung terisak dan menutup wajahnya menggunakan kedua lengan.
"Aigoo, uri adeul sudah sebesar ini," kata Alex membelai rambut hitam Vion dengan lembut.
"Papa," panggil Xavion dengan suara bergetar. Dia segera memeluk pinggang Alex erat-erat.
David mengulurkan sapu tangan pada Killian yang sedari tadi berusaha menahan tangis. Ternyata dia adalah Chae Min kecil yang dia peluk erat saat dia meninggal dulu.
"Dada," panggil Xavion saat menoleh pada Edward.
"Halo sayang," balas Edward memeluk Xavion dengan hangat.
***
Terdengar suara getar smartphone di tengah-tengah suasana yang cukup mengharukan itu. David menatap Kennard dan mengangguk. Tapi mereka mendengar suara getaran lain. Xavion menekan tombol hijau sambil menghapus air matanya.
"Kamu, tugas?" tanya Killian tidak percaya.
"Iya dong, kan aku grim reaper juga. Tapi cuma buat murniin iblis aja kok, bukan jemput," balas Xavion dengan hidung merahnya.
"Cheongdamdong kan?" tanyanya pada David dan Kennard.
"Eh, iya," balas Kennard, merasa kikuk.
"Okedeh. Dah Papa, dah Dada, dah Eomma. Aku kerja dulu," kata Xavion dengan senyuman lebar.
Kennard merangkul Xavion keluar kafe sementara David mengekor dari belakang.
***
David dan Xavion tengah berdiskusi mengenai game apa yang akhir-akhir trending.
"Woy, kerja!" teriak Kennard yang saat itu menggiring roh jahat ke arah mereka.
David terkekeh dan segera mengaktifkan barrier di sekeliling mereka. Dia mengangkat tangannya ke udara dan seketika senjata khas miliknya sudah berada di genggamannya. Pria itu melesat ke depan, menyerang roh jahat dengan aura kebencian yang cukup kuat itu dengan beberapa kali tebasan. Xavion segera menggerakkan kedua tangannya hingga sebuah lingkaran besar bercahaya biru dengan pola-pola rumit muncul di hadapannya. Lagi-lagi Kennard melihat bagaimana tangan bocah itu sedikit demi sedikit mulai melepuh. Kelihatannya, semakin kuat tenaga yang dia keluarkan, semakin cepat pula tangannya terbakar.
"Awas!" teriak Xavion saat melontarkan perisai yang dia buat ke arah roh jahat yang sudah tak bisa bergerak itu.
David berguling ke samping dan melindungi diri saat terjadi ledakan kecil karena perisai pemurnian iblis menyentuh roh jahat di hadapannya. Xavion terus merapal mantra yang terdengar sangat aneh di telinga Kennard maupun David. Tak lama kemudian, roh itu kembali ke wujud semula.
Setelah itu, mereka bertiga pun pergi ke Afterlife untuk mengantar roh tersebut ke Tea House.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Verse III
FanfictionBooks Friends sama sekali tidak terkait satu sama lain (Kecuali Friends Verse II dengan Friends Special Edition Shownu dan Dior). Thanks ⌯'▾'⌯ _________________________ Genre: Fantasy. Ship: BXB, BXG, GS. Bahasa: Indonesia, Inggris, baku-non baku...