9

1.2K 112 33
                                    

Langit terlihat sangat gelap. Beberapa kali terlihat kilat di awan. Orang-orang yang berkumpul segera membuka payung mereka sesaat sebelum air mata langit menghantam bumi.

Cuaca mendung malah membuat suasana pemakaman semakin mencekam. Beberapa orang bergosip tentang seseorang yang belum lama dimasukkan ke dalam tanah.

"Sudah kuduga, dia kecanduan narkoba."

"Di tempat sampah rumahnya selalu ada botol miras."

"Bagaimana dengan anaknya, ya?"

"Kudengar ayahnya juga berselingkuh dengan omega lain."

"Kasih sekali Aaron."

Eren menunduk dalam. Levi berdiri di sisi kanan sambil mengusap punggungnya lembut. Carla menatap kosong batu nisan bertuliskan "Historia Yeager".

Aaron berjongkok di samping makam Historia, menatap sendu tumpukan tanah yang kini dihiasi bunga bewarna putih. Karen tetap di sisinya sejak ia sampai di gereja.

"Orang-orang itu berisik sekali."

"Shh..." Karen mengusap lengan Aaron lembut. "Mereka hanya tidak tahu bagaimana cara menghormati orang yang sudah meninggal."

"Bodoh."

Semakin lama, pemakaman umum semakin sepi hingga hanya tersisa keluarga dari korban pecandu narkoba. Eren tetap menempel pada Levi sementara Karen masih setia menemani Aaron. Carla dibawa ke tempat teduh di pemakaman tersebut oleh Grisha karena hujan masih belum reda.

Karen semakin mendekat saat lengan kiri Aaron basah terkena air hujan. Ia menempelkan gagang payung di antara lengannya dan lengan Aaron.

"Bagaimana caramu hidup hanya dengan satu orang tua?"

Karen terkejut mendengarnya. Bagaimana Karen bisa mengetahui jawabannya jika dari awal Karen hanya mengenal Levi sebagai mama?

"Karen tidak tahu. Karen tidak mengenal papa sejak kecil, jadi Karen hanya bersama mama."

Kali ini Aaron menoleh. Ia tatap pupil hijau milik ayahnya yang menurun pada Karen. "Apa kau tidak kesepian jika mamamu bekerja?"

Menggeleng, "Mama selalu bekerja di dekat Karen, jadi Karen tidak pernah kesepian."

"Lalu, apa mamamu tidak keluar setiap malam dan membiarkanmu di rumah sendirian?"

"Mama tidak tega meninggalkan Karen di rumah sendirian. Karen sangat yakin untuk hal itu."

Mendengar hal itu, Aaron merasa yang dilakukan ibunya berbanding terbalik dengan yang dilakukan Levi. Aaron menunduk kembali, menatap tanah berhias bunga-bunga warna putih berbau menyengat.

"Kalau Aaron kesepian, Aaron bisa datang ke rumah Karen. Kita bisa bermain bersama, kan?"

Aaron mendengus mendengar tuturan polos Karen. "Apa kau akan mengajariku masak dan mendandani boneka?"

"Untuk apa merusak boneka? Nanti tidak bisa dicuci."

"Bodoh." Aaron tertawa kecil. Kembali ia tatap batu nisan ibunya. "Selamat beristirahat, ibu."

.

Satu minggu kemudian. Aaron dan Karen sudah sangat dekat, layaknya kakak beradik. Di sekolah, Aaron selalu bersama Karen karena Arie masih belum bisa ke sekolah. Bahkan teman-teman yang dulu bersekongkol dengan Aaron pun kerap dihajar oleh Aaron jika berani macam-macam dengan Karen.

Saat pulang sekolah, Karen terus bersama Aaron hingga Levi datang untuk menjemputnya. Levi juga sering menawarkan Aaron untuk mampir ke apartemen jika saja Eren sibuk oleh pekerjaannya, tapi Eren memang alpha yang bertanggung jawab.

InsultedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang