Akhir pekan, Eren sudah ada di apartemen Levi pukul tujuh pagi. Karen terus menghubungi Eren lewat ponsel Levi, mengatakan kalau dia tidak bisa tidur karena menunggu hari ini. Dia tidak sabar bertemu nenek dan kakeknya. Levi juga ikut terjaga untuk mengawasi Karen yang semalaman ada di kamarnya. Tentu saja Eren juga tidak tidur karena Karen tidak berhenti memberinya pesan singkat.
Sebenarnya Levi sedikit khawatir, tapi karena hari ini dia bersama Eren, kekhawatirannya berkurang. Apapun yang terjadi hari ini, Levi siap menghadapinya.
Setelah satu tas besar berisi pakaian dimasukkan ke bagasi, Levi dan Karen menunggu Eren memutar mobilnya. Pintu depan dibuka oleh Karen.
"Mama duduk bersama Karen, kan?" Tanya Karen sebelum masuk.
Levi menggeleng. "Karen saja. Mama akan duduk di belakang."
Seketika wajah Karen berubah. Karen pun masuk ke mobil dan membanting pintunya kuat. Levi menghela nafas dan masuk ke mobil di bangku penumpang. Semenjak kehadiran Eren, Levi merasa Karen semakin berani padanya. Levi tidak akan menyalahkan Eren, karena dengan ini Karen bisa belajar melindungi dirinya sendiri. Tapi Levi tidak rela jika ia harus berhenti menggendong Karen dan membiarkan Karen berkeliaran walaupun dalam pengawasannya.
"Ada camilan di bangku penumpang. Jangan sungkan untuk mengambilnya," Eren menatap Levi lewat cermin yang tergantung di atas radio, "aku nembelinya untuk kita bertiga."
Levi menoleh dan mendapati plastik besar berisi banyak makanan dan minuman. Ia menengok pada Eren lewat cermin, "Kau mau sesuatu?"
"Emm.." Eren kembali menoleh ke cermin, "soda, tolong."
Levi mengambil satu botol soda dan memberikannya kepada Eren. Kini Levi menatap Karen yang sepertinya masih marah, "Karen mau Mama ambilkan sesuatu?"
"Tidak."
Sesuai dugaan. Levi pun kembali ke posisi duduknya. Ia mengantuk sekali. Tersentak, Levi menyadari bahwa Karen tidak tidur semalaman, pasti Eren juga.
"Eren, kau tidak mengantuk?"
"Hmm." Eren menggeleng sambil meminum sodanya.
"Karen kalau mengantuk, tidur saja."
Tidak ada jawaban. Karen masih marah. Karen hanya ingin kedua orang tuanya dekat, tapi Levi terus saja menjaga jarak dengan Eren.
Rasa kantuk semakin menjadi. Levi melemaskan tubuhnya dan tidur di mobil.
Perjalanan menuju rumah orang tua Eren cukup panjang dan memakan waktu antara tiga sampai empat jam. Karen tidak tidur, dia menemani Eren berkendara sambil berbincang sementara Levi tidur sepanjang perjalanan. Karen juga mengambil camilan yang dibeli Eren dan memakannya bersama.
Perjalanan sisa setengah kilometer. Eren menengok Levi untuk kesekian kalinya. Pria alpha tersebut tidak tega membangunkan omega di bangku tengah. Sepertinya Karen juga masih merajuk.
Lampu merah menyala. Eren membalikkan tubuhnya dan mengguncangkan lengan Levi lembut. "Levi, bangun. Sudah hampir sampai."
"Ngh..." Kening Levi mengkerut. Sinar matahari tepat menghantam kelopak matanya. Levi segera sadar dan memperbaiki posisi duduknya.
Eren tersenyum dan menyibak poni Levi yang menutupi mata kirinya. "Sudah hampir sampai."
Eren kembali ke posisi semula sambil menunggu lampu hijau menyala. Levi memandangi pipi Eren. "Apa yang harus kami lakukan jika ibumu tidak mengizinkan kami tinggal?"
Karen mengerjab pelan. Ia tidak paham dengan maksud Levi berkata demikian. Bukannya semua orang tua mencintai anak-anak?
Levi tersadar akan kebodohannya. Seharusnya ia tidak mengatakan itu saat ada Karen di dekatnya. Bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insulted
FanfictionSejak kecil Levi hidup di rumah bordil bersama ibunya. Namun saat usianya hampir menginjak tujuh tahun, ibunya meninggal. Levi dirawat oleh teman omega ibunya di rumah bordil sampai akhirnya ia bertemu Eren. Ia merasa kehidupannya berubah dan mulai...