emosi ku ( Ini Bukan Aku )

147 5 0
                                    


" teater mengajarkan kita untuk melepas topeng "

Arief _ guru teater prasasti

-------

Kulihat sebuah mata begitu mencolok menatapku, tatapan sinis, tatapan benci, tatapan tak suka dan tatapan jahat. Ia salah satu orang tua dari anggota management.

Ketakutanku membuatku tak berdaya. Aku hanya bisa diam. Salah bertingkah dan tidak fokus pada kegiatan hari ini. Ka sendi dan ka cindy menghampiku.

" ada apa de , gak seperti biasanya ". Kata ka cindy kepadaku.
" ia . biasanya ceria. Sekarang diam saja , kaya bukan lu eh ". Ucap ka sendi.

Aku yang sebenernya tidak mau diganggu. Hanya bisa berkata " gak papa ka. Lagi gak semangat aja ". Lalu meninggalkan mereka berdua.

Aku tau Aku sedikit agak jutek dengan mereka berdua. Mereka yang sering menyemangatiku. Aku berjalan menuju tempat berkumpul anggota management yang sedang mendengarkan arahan tentang skenario yang dibagikan. Aku melihat ryan begitu bersemangat. Ia yang baru datang, langsung mempelajari sambil sesekali mimik wajahnya mengikuti dialog yang ada di naskah. Aku tak tau pasti, dialog siapa yang ia baca, dan apakah benar ekspresi yang ia munculkan. Namun, begitu meyakinkan.

Ryan 1 tahun dibawahku, kemampuan vokalnya tidak diragukan. Kalau untuk menjadi MC aku belum tau sejauh mana ia mampu melakukannya. Namun, untuk ekspresi berakting kemampuannya serupa seperti saat ia membawakan sebuah lagu. Begitu baik menurutku. Tidak berlebihan.

Sedangkan aku, untuk kemampuan vocal masih dibawah dirinya, kemampuan mc ku bisa lebih baik darinya. Tapi, aku belum pernah melihat ia membawakan suatu acara. Untuk berakting, ini bukanlah aku. Aku tak pandai dalam memerankan sesuatu. Bahkan, untuk menyembunyikan rasa takut dan rasa yang ada didalam diriku saja aku tak mampu.

Serius, ini bukan aku.
Aku mulai merasa bosan dengan latihan akting ini. Tak ada yang bisa aku pelajari. Mungkin karena aku yang menolak untuk belajar.

Dan latihanpun selesai. Sudah jam 4 sore. Latihan hari ini hanya membahas soal skenario, sekenario yang baik seperti apa dan karena kita adalah seorang yang berharap mencapai cita untuk bisa menjadi seorang entertainer dalam hal berakting. Kita harus tau dulu cerita seperti apa yang harus kita mainkan dan cerita seperti apa yang baik serta bisa memahami karakter yang ada di dalam sebuah cerita.

Ryan menghampiriku,
" Ka dimas ". Sapanya kepadaku.
" ya yan , ada apa ". Sautku
" maaf ka sebelumnya, kaka marah ya sama aku, kenapa tadi pas aku tanya ko gak dijawab ". Tanyanya.

Kenapa ryan tiba tiba menanyakan hal itu.

" gak papa yan, cuma lagi bosan aja. Maaf ya soal itu. Gak ada maksud ko. Dan aku gak marah ". Jawabku.

" kalau ka dimas ada masalah, atau ada yang mau diceritakan, bisa ko cerita ke aku, asal jangan main ke rumah aku aja, kalau telpon atau ketemuan bolehlah cerita. Aku siap dengerin ka " kata ryan kepadaku.

" oh ia ka. Madam manggil kita loh. Yuk ke madam dulu ka". Sambungnya.

Aku mengangguk dan berjalan bersama ryan menuju madam yang tak jauh dari posisi kami.

" madam ". Kata ryan menyapa madam dengan senyum dan lompatan kecil . aku tak tau kenapa ryan selalu terlihat riang seperti itu.

" oh ya. Sebelum lupa. Madam kasih tau ya. Tadi madam udah ngobrol sama orang tua yang hadir. Buat event bulan Juni itu, kan di mall kemarin. Kamu sama ronal mc yah berdua. Nanti di temenin sama icha untuk cewenya ". Kata madam kepada kami.

OMG. Ryan yang belum pernah ku tau seperti apa dia saat membawakan acara harus menjadi partnerku dalam membawakan acara. Aku agak khawatir dengan kemampuannya. Aku khawatir dia menjadi beban Atau akan membuat pembawaan acara menjadi tidak baik.

" kapan madam ?" tanyaku.
" hari minggu ke dua bulan juni. Madam lupa tanggalnya ". Jawab madam.

" Ok berarti tidak sampai sebulan lagi ya ". Kataku kepada madam.

Ryan terlihat diam saja dengan perkataan madam. Apa dia khawatir atau dia takut menjadi MC.

Selesai pembicaraan aku mengambil tasku. Ryan mengikuti langkahku mengambil tas nya yang ku lihat ada jaitan di bawah tasnya dan ada bagian yang robek di sisi seleting tasnya.

" ka dimas, aku duluan ya ". Kata ryan sambil berlari meninggalkan aku.

Ku palingkan badanku dan melangkah menuju gerbang keluar dari tempat latihan. Ku lihat ka ronal sedang berbicara dengan ryan. Di depan gerbang keluar berwarna hitam. Apa yang sedang mereka bicarakan. Apa membicarakan aku. Sadar atau tidak, untuk hari ini , aku begitu banyak berprasangka buruk kepada orang lain. Semua karena ka ronal. Aku harus bicara dengan ka ronal sekarang. Aku takut ia salah paham kepadaku.

Selesai mereka berbicara, aku melihat ryan memberhentikan angkot 08 dan menaikinya. Ka ronal melambaikan tangannya. Ada rasa emosi didalam diriku. Sebenernya , apa yang mereka bicarakan. Kenapa sedekat itu.

Sebelum ka ronal melangkahkan kaki meninggalkan tempat bicaranya. Aku hampiri dia.

" ka ronal tunggu ". Kataku kepada ka ronal.
" eh dimas, ada apa ? ". Tanya ka ronal.
" Aku minta tolong ka, kejadian semalam itu lupakan , itu bukan aku ". Pintaku kepada ka ronal.
" kenapa harus dilupakan, kalau dimas mau lupain, dimas aja. Ka ronal gak mau". Katanya kepadaku.
" ka , aku takut ka ". Ucapku.
" takut kenapa, takut suka ya sama kaka, lagian de. Kalau kamu gak marah aja , kaka udah seneng. Lagian kenapa harus takut. Kalau itu bukan kamu ?" ucapnya menjawab Ucapku.

Aku agak terdiam dengan kata kenapa harus takut jika itu bukan aku. Kata itu ada benarnya. Apa aku yang tak percaya, bahwa ka ronal tidak akan bercerita soal ini.

" aku takut kaka bercerita soal kejadian itu ke semua orang di management ini ka ". Kataku sambil sedikit menahan air mata.

" de, gak mungkin kaka segila itu. Walaupun madam tau kaka seperti ini ataupun orang lain tau kaka seperti ini. Kaka tak akan bercerita soal hal hal yang lebih pribadi de. Dengar, soal kaka seperti ini mereka tau, soal apa yang kaka lakukan ataupun apa yang kaka perbuat ataupun siapa yang kaka suka, mereka tidak perlu tau de ". Katanya meyakinkan aku.

" Aku cuma takut tersebar ka, itu aja. Aku takut kalau sahabat aku tau. Teman sekolahku tau dan yang lebih parah jika keluarga,orang tua dan tetangga aku tau kejadian itu, mereka akan berpendapat aku seperti itu " Kataku kepada ka ronal.

Tanpa sadar air mataku jatuh.

" de, jangan nangis , kaka ngerti. Kaka udah pernah diposisi kamu. Dan tanda ade takut itu, kaka ngerti banget. Disatu sisi kaka juga tau ade Belum percaya sama kaka. Yakin de, kaka gak akan cerita. Masa kaka cerita bangkai kaka sendiri. Kan gak mungkin. Satu hal lagi. Kaka gak akan memaksakan perasaan kaka ke ade. Terserah ade. Asal jangan menjauh dari kaka ya ". Ucap ka ronal menenangkan aku.

Seketika air mataku berhenti mengalir. Aku seperti lebih percaya dengan ka ronal. Ada rasa yang membuatku yakin , ka ronal tidak akan membuat pikiran burukku akan terjadi.

Aku sadar betapa buruknya pikiranku saat ini. Namun, aku senang ka ronal mau mengerti aku yang sedang takut akan apa yang aku pikirkan. Dia menenangkan hatiku.

" de, kamu mau kemana sekarang ? Pulang atau mau kemana gitu? " tanya ka ronal.

" ade pengen pulang sih ka, tapi ade mau main dulu. Gak mau pulang sore gini. Karena biasanya ade kalau udah pulang susah untuk keluar lagi ". Jawabku.

" jadi, mau kemana? Biar kaka anter ya de ". Pinta ka ronal.

" kemana aja deh ka terserah " Ucapku.

" ade Belum makan sore kan. Kaka ambil motor dulu. Ade tunggu sini. Kita ke tempat biasa kaka makan ya ". Kata ka ronal menyuruh ku menunggu disini.

Ini adalah ucapan ke dua ka ronal menyuruhku menunggu ia mengambil motornya selama 24 jam terakhir. Hari ini aku bersama ka ronal dan aku senang, karena tak ada rasa canggung diantara Aku dan ka ronal.

Diantara Pria Dan Wanita Ada Waria - Prostitusi Pria ( Re-Upload )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang