Aku telah sampai didepan kamar Viny, saat hendak memegang knop pintu aku terdiam. Aku mendengar suara Viny dan Shani berbincang menyebut kata Jalanin aja rencanamu, Shan bahkan menyebut namaku dan Vio. Itu membuatku penasaran lantas aku membuka saja pintu kamar itu dan itu membuat mereka berdua diam dan menatapku kaget. Aku berpura-pura tak mendengar ucapan mereka seolah-olah tak tahu apa yang mereka bicarakan tadi.
"Makan dulu baru istirahat lagi." ujarku datar, lalu aku duduk dan membuka bungkusan bubur. Aku juga memberi bubur yang tadi kubeli kepada Shani dan diterima dengan senang hati olehnya.
"Kamu gak makan juga?" tanya Viny bingung kenapa aku tidak ikut makan juga."Nanti, abis nyuapin kamu."
Viny mulai memakan bubur sambil aku suapi, ia tidak bersemangat saat memakan bubur yang aku suapi. "Kenapa?"tanyaku, Viny memandang Shani begitupum sebaliknya. Aku tau maksud mereka apa, akhirnya aku hanya menghembuskan nafasku keras.
"Aku gak denger semua." kataku sontak itu membuat Viny dan Shani kaget ternyata dugaan mereka benar bahwa aku mendengar perbincangan mereka tadi.
"Jalanin rencana"ucapku datar, Shani terlihat salah tingkah sedangkan Viny memasang wajah tenang, aku tahu ia sedang menutupi rasa malunya, aku bisa melihat ia memainkan jarinya, itu adalah suatu kebiasaannya saat ia sedang merasa malu.
"Ano... maksudnya gini al.." ujar Viny terbata-bata. Ku taruh bubur yang aku pegang dinakas dan kupandang wajahnya. Viny melirik-lirik kearahku.
"Aku aja Vin yang ngomong."potong Shani lalu ku tatap wajah Shani."Jam 5 sore nanti aku tunggu di taman depan, aku bakal jelasin semua ke kamu." Shani bangun dari tempatnya setelah berkata seperti itu lalu ia meninggalkan kami berdua.
Setelah beberapa menit Shani keluar datanglah bu Veranda dengan seorang dokter, aku yakin yang memberi tahu Viny sakit adalah pak Rim. Awalnya Viny menolak untuk diperiksa akhirnya setelah aku paksa ia menurut untuk diperiksa.Aku menuju kearah sofa dan bu Veranda mengikuti karena tak mau mengganggu Viny yang sedang diperiksa oleh dokter. Aku lihat bu Veranda sedang menatap kearahku.
"Setelah ibu lihat-lihat lebih dalam wajah kamu mirip sama temen ibu dulu Al." ujar bu Veranda setelah meneliti wajahku.
"Ah yang bener bu." bu Veranda menganguk membenarkan ucapaku barusan.
"Iya, persis seperti sahabat ibu dulu namanya Vira, dia yang paling pintar, semasa remaja dulu ibu punya 4 orang sahabat. Dari SMP sampai SMA kami selalu bersama, tapi Vira dapat beasiswa saat kuliah di swiss akhirnya Vira meninggalkan kami berempat. Padahal ada sahabat ibu ingin nembak dia." aku mendengarkan cerita bu Veranda,jarang sekali ia menceritakan masa lalunya seperti ini.
"Kasian banget dong bu belum nembak udah ditinggal aja." bu Veranda menganguk.
"Mereka berdua deket banget, seperti kamu sama Viny."
Perbincangan kami terhenti karena dokter yang memeriksa Viny sudah selesai lantas kami berdua menuju mereka.
"Gimana dok keadaannya?" tanya bu Veranda saat kami sudah tiba.
"Demam biasa dan kelelahan saja bu tidak ada yang serius, tapi pasien harus istirahat tidak boleh melakukan aktivitas yang membuatnya lelah.." ujar dokter tersebut, aku lega mendengar ucapan dokter karena Viny hanya demam dan kecapean. Lalu dokter pamit pergi" Ya sudah saya pamit." aku mengangguk.
"Viny kamu dengarkan kamu gak boleh kelelahan, jadi kamu gak perlu ikut hari ini kamu istirahat saja."titah bu Veranda.
"Tapi bu-"
"Gak ada tapi-tapian dengerin perkataan ibu, Alfa kamu temenin Viny aja disini, ahh biar yang lain gak mikir aneh-aneh ibu juga minta adikmu nememin kalian disini."ujar bu Veranda, Viny kali ini tidak membantah. " Sudah jam 9 ibu dan yang lain berangkat dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
A PROMISE?
Storie d'amore"Aku akan ngalahin kamu di Olimpiade nanti." -Alfa "Aku akan menangin Olimpiade nanti agar aku dan kamu jadi kita." -Viny "Kamu adalah orang yang memotivasiku, kamu adalah orang spesial, sehingga kamu punya ruang sendiri dihatiku." -Shani Ini adalah...