Epilog

14K 1.6K 127
                                    

Waktu itu seperti air terus mengalir tanpa peduli apa yang akan terseret oleh arusnya. Tak peduli pada hal-hal seperti menunggu dan sebagainya. Waktu akan terus berjalan cepat atau lambat tergantung yang menjalani.

Sudah sebulan lamanya Jaemin tinggal di apartemen Jaehyun setelah pernikahan Mina. Dua Minggu yang lalu apartemen mereka di renovasi dadakan.

Gudang kosong di sebelah dapur di rubah menjadi kamar untuk sang pangeran. Sebenarnya itu karena Jaemin merengek ingin punya kamar sendiri kalau tidak dituruti mengancam akan pergi saja ke rumah baru ibunya di China.

Seperti yang di duga Jaehyun tentu saja ketakutan. Jadi dengan segala kuasa dan banyaknya kaki tangan yang membantu, kamar sang putra siap hanya dalam waktu lima hari.

Tapi agaknya Jaehyun menyesal mengiyakan usulan dan kemauan Jaemin. Karena nyatanya bukan hanya tidak bisa memeluknya setiap malam tapi Jaehyun juga harus ekstra saat membangunkan Jaemin di pagi hari.

Pintu kamarnya selalu di kunci membuat Jaehyun hanya dapat menggedor pintu tanpa bisa menarik Jaemin sampai terbangun.

"Jaem!!! Ayo bangun sudah pagi!!! Kita terlambat!!!"

Jaehyun berdecak pelan. Saat yang paling menyebalkan adalah di pagi hari. Putranya benar-benar menguji kesabarannya ya.

Bahkan Poppo sudah bangun sedari tadi tapi Jaemin masih bergelung dikamarnya. Ah Jaehyun jadi tidak bisa tidak membandingkan putranya dengan Poppo jika begini.

Menghela nafas dia bergegas ke dapur membuat sarapan tentu saja hanya sebatas roti dengan selai yang dioles asal-asalan seperti biasanya saat mereka terlambat bangun. Makanan Poppo tentu telah dia siapkan sedari tadi.

Pintu kamar putranya akhirnya terbuka membuat Jaehyun menatap datar Jaemin sedangkan yang ditatap hanya menyengir lebar seolah tidak pernah melakukan kesalahan.

"Mandinya yang cepat !!!"

"Iya papa bawel!"

Tolong ingatkan Jaehyun untuk menendang Jaemin nanti.

🐣🐣🐣

Setelah segala drama pagi yang mengawali hari tentu saja kegiatan yang sudah menjadi rutinitas akan tetap terlaksana. Bekerja dan sekolah misalnya.

Karena sudah terlanjur berpamitan pada para sahabatnya saat awal semester satu dulu sekarang Jaemin sering sekali di goda.

"Aigoo anak China tapi tidak jadi datang"

"Eyyy ayahnya orang China kaya raya jangan diganggu"

"Baiklah anak China lainnya"

"Sialan"

Yah begitulah. Namanya juga teman, ditinggal menangis tidak jadi ditinggal malah mengejek. Biar saja nanti jika lelah juga lupa sendiri.

Sejujurnya menjalani hari dengan penuh semangat adalah suatu hal yang sulit dilakukan. Tapi percaya atau tidak tujuh remaja ini bahkan selalu melakukannya. Semalas apapun mereka, mereka akan semangat bersekolah.

Yah walaupun ujung-ujungnya malah mendekam di studio tari seharian.

"Ayah dan mamamu bagaimana ?? Sering menghubungi ??"

Jaemin mengangguk.

"Tentu saja. Seoul dan Beijing hanya berbeda satu jam. Tidak terlalu sulit menyesuaikan waktu dengan itu. Kami selalu melakukan video call"

Yang lainnya mengangguk.

"Jaemin, maaf tapi aku penasaran. Bagaimana rasanya punya dua ayah ??"

Daddy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang