“Maaf, Kak. Lama ya nunggunya?” Tanya Lusi basa-basi.
“Nggak.” Jawab Taeyong datar.
“Jangan disini.” Lanjut Taeyong.
Lusi mendongakkan kepalanya, “Hah?” Tanyanya bingung.
“Jangan disini ngobrolnya, di taman aja.” Ajak Taeyong.
Lusi menganggukkan kepalanya, kemudian mengikuti Taeyong yang sekarang berjalan di depannya.
Sepanjang perjalanan menuju taman, mereka berdua hanya diam tanpa saling mencoba membuka obrolan satu sama lain.
Sungguh suasana yang sangat tidak nyaman.
Sesampainya di taman, mereka berdua duduk di salah satu bangku. Namun bukan berhadapan atau bahkan berdampingan. Tetapi mereka duduk di bangku panjang, dengan Taeyong berada di ujung kiri dan Lusi di ujung kanan.
Sangat menerapkan protokol kesehatan, tentunya.
Namun sudah 5 menit berlalu, kedua manusia ini sama-sama diam dan tidak ada niatan mengobrol.
Sampai akhirnya Lusi mencoba berbicara lebih dulu.
“U-ucapan Yuqi di kantin tadi siang, nggak usah terlalu dipikirin, Kak. Soalnya Yuqi orangnya emang suka ceplas-ceplos. Lagipula, tadi mungkin Yuqi bingung gimana cara ngejelasin alasan aku dan Yuqi bisa akrab sama kakak dan juga temen-temen kak Taeyong.” Jelas Lusi panjang lebar.
Taeyong menatap Lusi dengan tatapan tanpa ekspresi, kemudian ia mengalihkan pandangannya. “Iya.” Ucapnya.
Mereka berdua kembali saling diam.
Sampai akhirnya Taeyong membuka suara, “Bisa nggak..” Taeyong menjeda ucapannya, membuat Lusi menatapnya penasaran.
Taeyong kembali melanjutkan kalimatnya, “Bisa nggak, lo sama Yuqi, jangan terlalu deket sama gue dan temen-temen gue? Gue risih.”
Deg.
Lusi menatap Taeyong dengan ekpresi tidak percaya, “Hah?”
Ini apaan, sih? Batin Lusi.
“Lo nggak ngerasa kalau kalian berdua terlalu nempel sama gue dan temen-temen gue?” Tanya Taeyong lagi.
Sekali lagi, Lusi benar-benar tidak percaya kalau Taeyong bisa mengucapkan kalimat senarsis ini.
Gue nggak salah denger kan tentang omongan kak Taeyong? Batin Lusi.
“Permisi ya, masnya. Sebelum lo bilang gini. Kayaknya ada hal yang perlu diluruskan. Tepatnya, bukan gue dan Yuqi yang nempel-nempel ke kalian, tapi kalian yang suka nempelin kita. Di kantin tadi, kalian lah yang ikutan duduk bareng kita. Dan juga, tadi pagi pas berangkat sekolah. Apa gue yang ngedeketin kalian? Enggak. Kak Ten dan juga lo, Kak, yang nyapa gue duluan.” Bantah Lusi tak terima.
“Tapi apa lo lupa? Siapa yang ngikutin gue dan kemudian marah-marah ke gue, tempo hari? Terus waktu di warung sate, siapa yang minta ditemenin pulangnya?”
“Wahhh.. Gue beneran nggak percaya lo perhitungan banget kayak gini, Kak. Waktu beli sate, apa gue minta ditemenin pulang? Nggak. Tapi kak Doyoung yang minta lo nganterin gue pulang. Dan kalo emang nggak mau, kenapa lo nggak nolak? Dan masalah gue marah-marah sama lo, ok, gue minta maaf. Gue terlalu ikut campur.”
“Nah itu, lo sadar kan lo terlalu ikut campur sama urusan orang lain?”
Lusi mendecih, ia masih tidak percaya bisa-bisanya Taeyong mengajaknya keluar hanya untuk memarahinya seperti ini. “OK. Lain kali, gue bakalan kurang-kurangin deket sama lo dan temen-temen lo, Kak. Gue harap, lo dan temen-temen lo juga kurang-kurangin ngedeketin gue dan Yuqi.” Setelah mengucapkan kalimat panjang kali lebar, Lusi berbalik kemudian pergi meninggalkan Taeyong dengan perasaan kesal.
Di bangku taman, Taeyong menatap kepergian Lusi dengan tatapan menyesal. “Taeyong, kenapa lo bego banget sih? Kenapa lo tolol banget?” Omelnya pada dirinya sendiri.
Sepanjang berjalan dari taman menuju rumahnya, Lusi hanya merutuki Taeyong dengan umpatan-umpatan kasar.
“Kenapa sih dia itu? Gila ya?! Bisa-bisanya dengan pedenya bilang kalo gue nempelin dia? Nggak ngaca?”
“Gue risih? Cih. Dikira gue bahagia banget, berbunga-bunga gitu pas di deket dia? Nggak sama sekali. Kalau bisa juga gue maunya jauh-jauh dari orang narsis kayak dia.”
“Ck. Kakak besar apanya. Dari sifatnya dan cara ngomongnya aja beda banget sama kakak besar yang gue kenal.”
“DASAR ORANG GILA. TAEYONG GILA. GILA BANGET!”
Tanpa Lusi sadari, Taeyong ternyata mengikuti Lusi. Taeyong ingin memastikan Lusi pulang dengan selamat, karena bagaimanapun ini sudah malam, Lusi perempuan, dan juga yang mengajaknya keluar adalah dirinya.
“Gue ngapain sih?” Tanya Taeyong bingung dengan dirinya sendiri.
•
•
•
•
•“Udah ketemu temennya?” Tanya bunda Lusi saat Lusi tiba di rumahnya.
“Cih, temen apanya. Musuh yang ada.” Jawab Lusi sebal kemudian bergegas naik ke kamarnya meninggalkan bundanya yang kebingungan.
•
•
•
•
•Pagi-pagi sekali, Lusi sudah pergi berangkat sekolah. Biasanya ia akan berangkat pukul 6.45, namun sekarang ia berangkat pukul 06.00 dan itu pun menggunakan bis karena ayahnya tidak terbiasa berangkat kerja sepagi itu dan juga Lusi memang ingin berangkat sekolah menggunakan bis saja.
Lusi memang sudah bertekad untuk sebisa mungkin mengurangi kemungkinan dirinya bertemu dengan Taeyong dan teman-temannya. Salah satunya dengan berangkat sekolah lebih pagi, karena ia tau Taeyong dan teman-temannya biasa berangkat siang.
Sebenarnya Lusi tidak masalah jika harus bertemu dengan teman-teman Taeyong, karena Lusi kan memang tidak ada masalah dengan mereka. Tapi biasanya, dimana ada teman-teman Taeyong, disitulah Taeyong muncul.
Jadi otomatis, saat ia ingin menghindari Taeyong, itu berarti, ia juga harus menghindari teman-temannya.
Menyebalkan sekali bukan?
Berhari-hari, Lusi mencoba mencegah dirinya dan Yuqi untuk berinteraksi dengan Taeyong dan teman-temannya. Padahal Lusi sudah tahu, hal itu akan sulit.
Karena, Yuqi dan Doyoung kan sedang dekat.
Sampai akhirnya, Yuqi mulai lelah dengan tingkah Lusi yang selalu menghindari Taeyong dan teman-temannya.
“Sumpah, gue nggak tahan lagi. Kalau di jalan ketemu kak Taeyong, atau temennya yang lain, kita menghindar, gue nggak masalah. Tapi bisa-bisanya, lo minta gue ngehindarin kak Doyoung, dimana gue lagi bucin banget ke dia? Gue nggak bisa. Nggak bisa.” Jelas Yuqi pada Lusi.
Lusi menatap Yuqi dengan tatapan memelas, “Menurut lo, gue seneng ngelakuin ini? Gue juga ngerasa nggak enak sama teman-temannya kak Taeyong. Padahal yang ada masalah, gue sama kak Taeyong. Tapi malah lo dan temen-temennya kak Taeyong yang kena imbasnya.”
“Bagus lah kalo lo nyadar.”
“Tapi gimana lagi?”
“Lo berdua emang aneh banget sih. Ada aja yang diributin.”
“Dia yang mulai duluan.”
“Alah udahlah. Gue nggak bisa lagi, terserah lo pokoknya. Kalau ngehindarin kak Taeyong gue bisa, tapi kalau ngehindarin kak Doyoung, gue nggak bisa.”
“Masalahnya mereka itu sepaket, kemana-mana bareng.”
“Ya salah gue gitu kalau mereka kemana-mana bareng?”
“Please..”
“Nggak.”
“Jahat banget lo.”
“Lo yang jahat. Lo menghalang-halangi dua insan yang sedang menyatukan cintanya.”
“Cih. Cinta apaan.”
“Sirik aja lo munaroh.”
•••
— 𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐌𝐞 —
©𝐫𝐝𝐦𝐢𝐬𝐲— 𝙩𝙗𝙘:
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐌𝐞 | 𝐋𝐞𝐞 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐨𝐧𝐠 𝐱 𝐙𝐡𝐚𝐨 𝐋𝐮𝐬𝐢
RomanceKala itu, di sebuah kota pada musim semi, dua insan yang tak saling mengenal ditakdirkan bertemu. Pertemuan yang sangat kebetulan itu, membuat Angella Lusi Mahendra, gadis manja dan riang, jatuh cinta pada lelaki berparas tampan namun sangat acuh, R...