— 𝟐𝟎𝟏𝟎
•
•
•
•
•"Sayang, nanti jangan jauh-jauh mainnya ya.." Ucap seorang wanita paruh baya yang sedang mengikat rambut gadis kecil yang tengah duduk di depannya.
Sembari asik bermain dengan bonekanya, gadis kecil itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas ucapan wanita paruh baya tadi.
Wanita paruh baya itu tersenyum, "Nah sudah selesai." Ucapnya.
Gadis kecil itu kemudian berdiri, dan memutar-mutar badannya di depan cermin. "Bunda, Lusi cantik nggak?" Tanyanya senang.
Perempuan yang disapa Bunda itu, terkekeh kecil. "Cantik dong, princess-nya Bunda pasti cantik." Jawabnya seraya mengelus puncak kepala gadis kecil itu pelan.
"Yaudah Bunda, Lusi pergi main dulu ya." Pamit gadis kecil itu.
"Iya, tapi jangan jauh-jauh mainnya ya."
Gadis kecil itu mengangguk, kemudian bergegas pergi dari rumahnya.
— 𝐋𝐮𝐬𝐢 (𝐜𝐡𝐢𝐥𝐝) —
𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥𝐥𝐚 𝐋𝐮𝐬𝐢 𝐌𝐚𝐡𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚, adalah nama gadis kecil itu. Biasa dipanggil Lusi, namun ayah dan ibunya akan memanggilnya princess.
Lusi bermain dengan boneka barbie miliknya, di bawah sebuah pohon yang ada di taman dekat rumahnya. Taman itu memang ramai dikunjungi oleh anak-anak seumuran Lusi.
Saat masih asik bermain dengan bonekanya, tiba-tiba segerombolan anak laki-laki mendatangi Lusi. Lusi menoleh, dan memandangi sekumpulan anak laki-laki itu. Kemudian tanpa menghiraukan mereka, Lusi kembali sibuk dengan kegiatannya.
"Lusi, mau cokelat nggak?" Tanya salah satu anak laki-laki yang mengenakan sweater berwarna putih tulang.
Lusi hanya diam, tak memedulikan ucapan anak laki-laki itu.
"Ditanyain kok malah diem aja sih, cantik?" Sahut anak lain yang memakai kemeja berwarna cokelat.
Lusi menghembuskan nafasnya kesal, "Nggak kak. Kata Bunda, Lusi nggak boleh nerima cokelat dari orang asing." Ucap Lusi dingin, kemudian berdiri dan akan beranjak pergi dari tempat itu.
Namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, tangannya sudah dicekal oleh anak laki-laki yang memakai sweater berwarna putih tulang tadi. "Kita kan bukan orang asing, kita tetangga." Ucapnya.
"Lepasin!" Pinta Lusi seraya mencoba melepaskan tangannya dari genggaman anak laki-laki itu.
Namun anak laki-laki itu justru mencengkeram tangan Lusi, lebih kuat. "Mau kemana sih, buru-buru amat?" Tanyanya dengan tatapan mengejek yang diikuti dengan tawa teman-temannya.
Lusi kecil yang melihat tingkah anak laki-laki itu, mulai ketakutan. Air mata mulai menggenang di kedua bola matanya, namun ia berusaha menahannya.
"Kalian tuli atau gimana? Bukannya dia udah bilang nggak mau?"
Tiba-tiba seorang anak laki-laki berjaket hitam-putih lain muncul entah darimana. Sekumpulan anak laki-laki itu menoleh ke arah anak laki-laki itu dengan ekspresi kesal.
"Nggak usah ikut campur! Urus aja urusan kamu sendiri!" Ucap anak laki-laki bersweater putih, sinis.
Anak laki-laki berjaket hitam-putih itu menatap Lusi, "Kamu mau ikut mereka atau aku?" Tanyanya.
Lusi yang mendengar penuturan anak laki-laki itu, seketika terkejut.
Antara sekumpulan anak laki-laki dan juga anak laki-laki berjaket hitam-putih itu, aku sama-sama tak mengenal mereka. Bagaimana kalau anak laki-laki itu juga ternyata jahat? Tetapi bukannya dari ucapannya tadi, ia berniat untuk menolongku? Tapi aku tak mengenalnya. Wajah kakak besar itu juga sangat seram, dan galak.
"Aku nggak jahat. Jadi mau ikut atau nggak?" Tanya anak berjaket hitam-putih itu, sekali lagi.
Lusi kecil yang sudah sangat ketakutan, secara reflek menganggukkan kepalanya pelan.
Anak laki-laki berjaket hitam-putih menatap sekumpulan anak laki-laki itu, kemudian berjalan mendekati mereka. Sesampainya di depan anak laki-laki yang sedang mencengkeram tangan Lusi, ia berhenti. "Lepasin." Perintahnya dingin.
Anak laki-laki bersweater putih tulang itu balik menatapnya kesal. "Kenapa aku harus nurutin kamu? Emang kamu siapa? Aku juga tetangganya Lusi." Ucapnya masih membela diri.
"Kamu kenal dia?" Tanya anak berjaket hitam-putih itu pada Lusi. Lusi yang memang tak mengenal sekumpulan anak laki-laki itu, menggeleng. "Aku nggak kenal mereka." Jawabnya.
"Nggak kenal tuh, katanya?"
"Kita ini tetangga, kamu nggak kenal aku tapi aku kenal kamu, Lusi." Ucap anak laki-laki bersweater putih itu tegas.
"Udah lah, sekarang gini aja. Daripada ribet, kamu lepasin aja dia.." Anak laki-laki berjaket hitam-putih kemudian memajukan tubuhnya, dan berbisik di telinga anak laki-laki bersweater putih, "Yeri masih nungguin di ayunan." Lanjutnya.
Anak laki-laki yang mendengar penuturan anak berjaket hitam-putih, segera melepas cengkeramannya pada Lusi dan bergegas pergi meninggalkan mereka.
Lusi kecil hanya diam kebingungan seraya menatap anak laki-laki berjaket hitam-putih dan kepergian anak laki-laki yang mengganggunya, bergantian.
Apa yang terjadi?
Anak laki-laki berjaket hitam-putih hanya mengedikkan bahunya sembari memasang ekspresi seakan-akan mengucapkan 'entah lah'.
•••
— 𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐌𝐞 —
©𝐫𝐝𝐦𝐢𝐬𝐲— 𝙩𝙗𝙘:
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐌𝐞 | 𝐋𝐞𝐞 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐨𝐧𝐠 𝐱 𝐙𝐡𝐚𝐨 𝐋𝐮𝐬𝐢
RomanceKala itu, di sebuah kota pada musim semi, dua insan yang tak saling mengenal ditakdirkan bertemu. Pertemuan yang sangat kebetulan itu, membuat Angella Lusi Mahendra, gadis manja dan riang, jatuh cinta pada lelaki berparas tampan namun sangat acuh, R...