Serpihan Hati

118 6 0
                                    

Karin terus berlari dengan wajah yang kian memerah panas.

" Gue ngapain tadi? Anjir, first kiss gue kenapa harus berakhir gini sih! Emang dasar Dian pembawa sial. Gue dulu waktu kelas 10 gak pernah gini, tapi karena sekelas sama manusia jadi-jadian itu gue jadi gini. Aish,"

Gadis tinggi itu berlari ke arah taman belakang. Dia sudah tak perduli jika mungkin setelah ini dia akan dipanggil oleh guru BK karena kelasnya yang ribut dan dirinya yang ketahuan kabur. Saat ini yang perlu hanya menenangkan diri dan mencari jalan keluar untuk selanjutnya.

" Gue harus gimana Astaga!"
Karin menjambak rambutnya frustasi.
Kakinya bergerak gelisah karena tak tau harus bagaimana.

" Papahhhhh huhuhuhu Karin harus gimana???"

Gadis yang terkenal kejam dan tegas itu kini telah berguling-guling di atas rumput dengan kaki yang dihentakkan ke atas.

" Mamahhhh, adek gimana iniiii."

" Gue emang gak guna ishhh, Dian Suherman sialan!"

Karin berhenti berguling, gadis itu kini menangkupkan kedua tangannya menutupi wajahnya dan mulai menangis.

Yah, Karin nyatanya begitu lemah saat sendirian. Anak jendral tersebut selalu terbiasa menyimpan segala perasaannya sendiri. Dia akan berpura-pura baik lalu akhirnya menangis sendirian.

" Hiks, hiks, kakkk... Karin harus gimana? Ini kalau Abang tau pasti habis nih, duhhhh"

" Hiks, Karin malu kak. Pasti mereka bakal ejek Karin setelah ini. Kenapa sih Karin bodoh banget? Huhuhu, Karin harus gimana?"

Dian terdiam bisu ditempatnya, matanya membulat tak percaya atas apa yang sudah dia saksikan.

Pemuda itu memang berniat mencari Karin untuk meminta maaf, tetapi pemandangan di depannya sungguh diluar dugaan.

" Ini cewek bisa nangis juga?"

Dian menghela nafas gusar, dia bingung harus kah melangkah kedepan, atau mundur kebelakang?

" Mamahhhh, papahhhhh, kak caliss, bang baimmm, huhuhuhu,"

Dian mengumpat saat Karin mulai berguling-guling lagi. Sial, matanya malah jelalatan melihat hal-hal yang tak seharusnya. Hingga saat gadis itu akan menjambak rambutnya kembali, Dian langsung berteriak kencang.

" JANGANNN!"

Karin melotot, dia membalikkan tubuhnya dan langsung terbaring lemas saat melihat Dian berdiri memandangi nya.

" Apa lagi ini Tuhan?"

Dian mendecak,
" Udah deh gak usah drama! Bangkit sekarang!"

" Lo gak tau apa-apa! Jangan ikut campur!"

Dian terkekeh,
" Gue gak tau apa-apa? Apa perlu kita ulang adegan yang tadi?"

Karin langsung bangkit berdiri, dengan cepat langsung menarik rambut Dian kencang.

" Anjir, sakit Rin, lepas bego!"

Karin terus menarik rambut Dian dan menendangi kaki pemuda itu. Membuat Dian kian histeris karena mulai kesakitan.

" Rin, Rin, please Rin, lepasin gue, sakit banget ini. Rin, aduhh"

" LO TAU? GUE BENER-BENER PINGIN MAKAN TUBUH LO YANG BUSUK INI! GUE MAU MUSNAHIN MANUSIA YANG GAK BERGUNA KAYA LO INI! DIANNNNNN"

Dian mengusap kupingnya, benar-benar double shit, semua tubuhnya remuk seketika.

" Rin lepas, please... Gue gak salah apa-apa Rin, kenapa Lo ngamuk ke gue? Bukan gue yang nyium Lo lebih dulu. Lo yang nyosor gue."

Karin melepaskan jambakannya. Tubuhnya merosot merasa bersalah karena sudah menyakiti pemuda didepannya.

" Dian, Dian , gue, gue, so- so-"

Dian menunduk menatap wajah Karin yang mulai menangis.

" Rin Lo gak salah, gak ada yang salah Rin. Kejadiannya tiba-tiba dan gak terduga. Jangan salahin diri Lo!"

Karin mendongak, matanya menyendu.
" Gue harus gimana setelah ini?"

Dian tersenyum kecil,
" Kenapa gak kita buat drama aja?"

Karin mengernyit bingung,
" Drama?"

Dian meraih kedua tangan Karin, tangannya terulur mengusap lembut pipi gadis itu.

" Ayo pacaran."

- flashback of-

Dian mengusap lembut foto Karin yang telah dia simpan selama 4 tahun lebih. Saat itu, Karin yang kalang kabut langsung menerima ajakan Dian.

Hubungan mereka dipenuhi banyak drama ala-ala sinetron SCTV. Tanpa sadar bahwa hubungan yang dimulai itu malah berakhir menjadi bumerang untuk keduanya.

" Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu Rin. Terimakasih karena sudah memberikan perasaan yang sangat luar biasa indah ini. Mengenalmu aku belajar bahwa hidup bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang disekitar. Kamu berhasil Rin, kamu berhasil buat aku berakhir jadi sad boy yang sesungguhnya."

" Lo bilang apa? Gak bakal suka sama gue? Awas Lo gue sumpahin bakal suka sama gue dan gue bakal buat Lo jadi sad boy! Denger itu!"

Dian tertawa kencang, air matanya mengalir saat putaran masa lalu itu merasuki otaknya.

" Bener kata Rian, kalau udah jatuh cinta. Jangan pernah percaya kata otak. Soalnya otak suka buat sesat."

" HAH! Gue pikir Rian doang yang jadi cowok menyedihkan. Ternyata, gue jauh lebih menyedihkan dari pada tuh anak."















***
11 Mei, 2021

Hollaaa,

Hmm, jadi aku mau jelasin sedikit hal tentang konsep cerita ini. Jadi,
Cerita ini bakal maju mundur gitu, disetiap part akan ada masa lalu dan masa saat itu.

So, jangan bingung yah!

Selamat membaca^_^

...CINTA SEORANG LELAKI...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang