Monokrom

114 6 0
                                    

Angin berhembus kencang menerbangkan tirai indah yang tergantung pada jendela kamar seorang pemuda yang kini masih terus memandang kosong kearah tembok putih kamarnya.

" Kenapa Rin?"

Dian terus bermonolog seorang diri. menggenggam erat handphone nya yang berdering sejak semalam. Pemuda itu tak bisa memejamkan matanya padahal otak nya sungguh sudah lelah.  Tertera nama "Bian Anak Sultan" membuatnya enggan mengangkatnya. meratapi nasib lebih menyenangkan daripada harus bicara dengan Bian.

" Karin kamu tau? Aku gak tau harus gimana kedepannya. Aku kehilangan tujuan hidup Rin,"

Dering handphone kembali bergema.  Tapi kali ini tangannya langsung dengan cepat mengangkat panggilan tersebut. Pemuda itu duduk dengan tegap menanti sapaan dari seberang telpon.

" Halo?"

" Yah,"

" Ehm, kamu dimana?"

" Rumah,"

" Ehm, anak-anak pada kumpul, mau gabung?"

Dian terdiam, tatapan matanya menyendu.
" Gak bisa. Sorry, udah dulu yah."

" Please, jangan gini."

Dian semakin menggenggam erat handphone nya. Nafasnya memburu dengan air mata yang ditahan kuat agar tak mengalir.

" Kenapa lagi Rin?"

Hancur. Pertahanan Dian hancur karena diseberang sana Karin sudah menangis kencang.

" Dian please, im sorry. Jangan kaya gini, aku-"

" Dian!!!!"

Dian mengelap air matanya, tangannya langsung memutuskan telepon begitu saja.

" Iyah mah?"

Ayumi terpaku didepan pintu. Anak lelakinya terlihat sangat menyedihkan.

" Dian kamu kenapa sayang?"

Dian menggeleng, tak sanggup untuk menjawab pertanyaan mamanya.

Ayumi semakin maju mendekati anak nya. Dan dalam hitungan detik, air matanya mengalir deras saat Dian memeluk nya erat dengan tangisan pilu yang menyesakkan dada.

" Mah,"

" Dian gak kuat."

" Please bantu Dian buat hilangin perasaan ini, Dian gak sanggup mah,"

" Bantu Dian."

Ayumi terisak semakin kencang. Dia seorang ibu, Dian adalah putra kesayangannya. Kenapa takdir jahat pada anaknya?

" Sayang, anak mamah."

" Maafin mamah sayang."

Pagi itu seorang anak laki-laki bersandar lemah dalam pelukan hangat ibunya. Mengeluarkan segala sesak dalam dadanya.

" Kenapa cinta rasanya sesakit ini?"

" Dian gak pernah mikir kalau semua nya bakal gini mah, Dian pikir Dian bakal selalu bahagia selamanya. Tapi nyatanya,"

Ayumi mengelus rambut putranya.
" Dian, hidup itu ibarat susunan cerita nak. Dalam setiap cerita pasti ada konflik, dan setelah konflik ada penyelesaian masalah sayang. Hari ini, besok, Minggu depan, bulan depan, atau bahkan tahun depan kamu bisa aja ngerasain sakit yang lebih dari ini."

Dian mendongak menatap wajah cantik ibunya.

" Tapi satu yang perlu kamu ingat sayang, kalau bahagia selalu ada di akhir. Apapun kesedihan yang menimpa kamu, jangan khawatir. Bahagia udah nunggu kamu di depan sana."

Dian memeluk ibunya kian erat.
" Tapi Dian rasanya gak punya tujuan hidup mah."

Ayumi tersenyum,
" Dian Suherman. Kamu anak mamah sama papa satu-satunya. Kalau kamu gak punya tujuan hidup? Jadi apa tujuan hidup mamah sama papa selanjutnya? Kamu mau mamah sama papa gak punya tujuan hidup juga?"

Dian menggeleng,

" Kalau gitu bangkit. Kamu cari tujuan hidup kamu nak, dunia belum berakhir. Cinta bisa datang dari siapa aja, dimana aja."

" Dian cinta sama Karin mah."

" Mamah sama papa juga cinta sama kamu!"

Ayumi menatap suaminya yang sudah berdiri tegap didepan pintu.

" Pah,"

" Dian, cinta itu anugrah nak. Cinta itu Murni. Cinta gak akan menyakiti kamu. Rasa sakit itu kamu sendiri yang ciptakan. Jadi untuk menghilangkan rasa sakit itu, tanya diri kamu. Gimana jalan keluarnya?"

" Papah ada nak, papah disini. Gak akan pernah ninggalin kamu."

Dian semakin terisak kencang, kenyataannya. Dian Suherman yang usil dan selalu tampak ceria nyatanya hanya seorang anak lelaki yang manja dan cengeng. Anak lelaki yang sudah berusia 21 tahun tapi terkadang masih tidur dengan kedua orangtuanya.
Dia Lelaki yang beruntung karena memiliki orangtua yang sangat menyayangi dirinya.

Hari itu, hari baru dimulai. Dian Suherman akhirnya kembali ke Singapura untuk melanjutkan studinya. Meninggalkan sebuah perasaan indah namun menyakitkan di kediaman rumah mewahnya.

...

Satu tahun kemudian.

Dian menggeret koper besar nya. Satu tahun sudah dia tak pernah pulang ke Indonesia. Kali ini dia akan pulang karena sahabat nya nila akan wisuda. Selain itu, ada Rian juga yang akan kembali dari Inggris. Membuat dia sangat semangat untuk pulang.

Satu tahun nyatanya perasaan itu tak pernah hilang, Dian tetap menyimpan erat perasaannya. Namun kali ini, dia tak akan menjadi lemah. Kali ini dia akan menjadi kuat.

Senyumnya mengembang saat melihat ibunya yang sudah berlari heboh kearahnya.

" Dian anak mamah,"

Ayumi memeluk erat anak laki-laki nya. Satu tahun Dian tak ingin dikunjungi oleh siapapun.

" Kamu jahat sama mamah."

Dian tertawa senang,
" Uhhh, mamah cantik mamah nya Dian."

" Dian, mamah lagi marah ini."

" Eh mah, mamah kenapa makin cantik banget, tambah langsing loh mah. Hmm, pasti papah jadi sering minta jatah."

Ayumi memukul bahu anak nya kencang. Pipi wanita yang  tak lagi muda  itu memerah semu. Membuat Dian dan Bimo langsung tertawa kencang.

" Udah ah, mamah ngambek."

Dian dan Bimo terus tertawa kencang. Membuat Ayumi pergi meninggalkan keduanya. Ibu satu anak itu kembali kedalam mobil lalu menyuruh supir untuk menjalankan mobil meninggalkan suami dan anak yang tak tau diri itu.

" Yah, yah mah. Astaga mah, tunggu dulu."

Dian mengigit bibirnya,
" Pah?"

Bimo menonjok bahu anaknya.
" Kamu sih! Tuh kan jadi pergi mamah mu. Terus kita naik apa sekarang?"

Dian menggeleng,
" Dian juga bingung."

Bimo menatap segala arah. Lalu senyumnya mengembang saat tak sengaja melihat seorang gadis dan seorang pria yang berjalan ke arah mereka.

" Karin!"


________________________

16, Juni 2021

Hayyyy, maaf kalau absurd banget.
Soalnya udah lama gak nulis, bingung jadinya.
Tapi tenang, mulai saat ini bakal sering update kok.

Jadi, kisah ini nunjukin sifat lain dari Dian. Yang kalian gak temuin di kisah Bian atau pun Rian.

Dannnn, kisah ini gak bakal makan waktu lama di masa lalu. Jadi aku cepet langkap jadi tahun berikutnya. Karena intinya tuh ada di ujung...

Penasaran?

...CINTA SEORANG LELAKI...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang