Salah Tapi Baik

54 5 0
                                    

Matahari bersinar terang, memancarkan cahaya yang meliuk-liuk melewati tirai untuk menyadarkan dua manusia yang masih terlelap tenang.

Karin menggeliat dan mengerjapkan matanya. Rengkuhan erat di pinggang nya membuat nya sadar bahwa tadi malam itu bukan mimpi. Saat dia akhirnya menelpon Dian pukul 11 malam lalu berakhir meminta pemuda itu datang menemaninya tidur.

Karin bersemu saat mengingat bahwa dia mencium bibir Dian sebelum benar-benar terlelap dalam pelukan pemuda itu.

" Aish, kenapa gue gatel banget jadi cewek."

" Hmm," Dian menggeliat meregangkan pelukannya sebentar lalu memeluk kembali dengan erat.

" Dian sesak tau. Lepasin gak?"

" Bentar, masih pagi."

Karin mendengus,
" Siapa bilang masih malem? Bangun ih, entar mamah sama papah lihat loh."

Dian tersentak,
" Astaga, aku lupa. Ini gimana nanti jelasinnya? Bisa kena hajar aku rin."

" Iyah makanya lepasin dulu pelukan nya. Aku mandi dulu."

Dian mengernyit,
" Hubungan nya mandi sama aku apa?"

Karin menyentil kening Dian gemas.
" Entar aku bakal bilang mamah sama papah kalau kamu nginap disini kemarin karena gak berani dirumah sendiri an. Terus aku pura-pura bangunin kamu di kamar tamu. Terus aku balik lagi dan bilang kamu bakal turun. Terus kamu turun, terus kit-"

Cup.

" Iya, iya, aku paham."

Karin terdiam, pipinya bersemu kemerahan.

" Kok diem? Gak jadi mandi nya? Atau mau mandi bareng?"

Karin menendang kesal pemuda disampingnya hingga terjungkal terjatuh dari tempat tidur.

" Shit, sakit banget Rin."

Karin terkejut bukan main, dia langsung membantu Dian bangkit dan mengelus-ngelus bahu pemuda itu yang dipegangi terus.

" Bahunya sakit yah? Maafin aku. Aku gak sengaja."

Dian tersenyum, tangannya mengelus rambut halus Karin.
" Enggak papa. Yaudah mandi gih."

Karin mengangguk,
" Tapi beneran gak kenapa-napa?"

Dian menggeleng,
" Enggak papa. Udah gak usah panik gitu mukanya."

Mata Karin menyendu dengan bibir yang bergetar menahan tangis.

" Loh, kenapa malah nangis? Aku gak papa. Udah gak usah merasa bersalah."

Karin memeluk erat tubuh Dian.
" Maaf."

Dian terkekeh geli,
" Masih pagi udah maaf-maaf an. Aku gak papa sayangku."

Pipi Karin bersemu. Dia mengumpat dalam hati kenapa dirinya lemah sekali akhir-akhir ini.

" Mandi gih,"

Karin mengangguk. Langsung meraih handuk dan masuk ke kamar mandi dengan cepat.

Sepeninggalan Karin, Dian terbaring memainkan handphone nya. Hingga sebuah SMS yang masuk menyentak nya dan membuat jantung nya melemas seketika.

Putra: gue dan orang tua gue bakal majuin tanggal pernikahan gue dan Karin tahun ini juga. So gue tegaskan buat gak ganggu gue dan Karin lagi. Biar dia bahagia sama gue!

Dian menarik nafas dalam-dalam. Tangannya ingin mengetik balasan tapi tak ada satu katapun yang bisa dirangkai oleh otaknya.

" Kamu kenapa?"

...CINTA SEORANG LELAKI...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang