Manusia Omega

784 34 6
                                    

#Overlord
Omegaverse

Di saat Demiurge berjalan kepeternakan khusus miliknya, tanpa disadarinya ada aroma yang sedikit memberi kesan menarik baginya.

Pandangannya mulai menatap kearah barisan ‘domba’ yang biasa dia buat sebagai bahan perkamen.

Sebuah sosok manusia yang terlihat muda dengan kulit pucat serta sebagian poninya menutupi mata hitamnya.

Karena aromanya semakin dekat, Demiurge pun memilih untuk melihat sendiri ‘domba’ itu.

“Hm... baru kali ini aku mencium roma seperti ini.” Ucap Demiurge sembari mengangkat dagu manusia itu yang terlihat gemetaran.

Di dekatkan hidungnya pada ceruk leher manusia, aromanya sungguh berasal darinya.

“Mungkin ini hal yang langka, lebih baik aku bertanya kepada Albedo, apakah ia mengetahui hal seperti ini.” Ucap Demiurge lagi yang sudah menjauhkan diri dari ‘domba’ itu.

“Ikuti aku.” Perintah Demiurge yang sudah berjalan jauh.

Pemuda manusia itu dengan takut-takut mengikutinya dari belakang.

“Demiurge.” Ucap Sebastian yang tanpa sengaja berpapasan dengannya.

“Ya, aku akan lanjut pergi.” Ucap Demiurge membenarkan letak kacamatanya dan berlanjut pergi.

“Tunggu, apa kau yang membiarkan bocah manusia itu mengikutimu?” tanya Sebastian menghentikan perjalanan Demiurge dan menunjuk pada seorang ‘domba’ yang kelelahan karena berlari, hanya untuk mengejar pergerakannya yang cepat.

“Hm.” Angguk Demiurge.

“... hah, jika begitu setidaknya aku menyarankanmu untuk berjalan lebih lambat.” Ucap Sebastian dengan helaan nafas ringan.

“Kenapa aku harus memperlambatkan jalanku hanya untuk ‘domba’ itu? Pekerjaanku akan terhambat jika menunggunya.” Ucap Demiurge dengan acuh.

“Lalu kenapa kau membawanya?” tanya Sebastian.

“Karena aku penasaran dengan aroma yang dikeluarkan oleh ‘domba’ itu.” Ucap simpel Demiurge.

“Aroma apa yang kau maksud, Demiurge?” tanya lagi Sebastian.

“Aroma yang entah apa itu membuatku tertarik, seperti aroma yang menarik mangsa semacamnya?” ucap Demiurge yang berpikir.

“Apa itu hanya bisa dicium oleh penciumanmu saja? Aneh sekali, aku tidak mencium aroma apapun pada manusia ini.” Ucap Sebastian bingung.

“Hm? Apa kau yakin Sebastian? Seharusnya kau bisa mencium aroma manis darinya.” Ucap Demiurge menjelaskan.

“Ehm...” pemuda ini hanya bisa menyimak dengan sedikit rasa takut serta takjub dengan sekitarnya, baru kali ini ia melihat lantai marmer dengan pilar serta langit-langit dinding yang tinggi.

Seperti mimpi, ia sudah melupakan rasa lelahnya dan memandangi sekitarnya dengan berbinar.

“Aneh sekali, sepertinya memang benar aku harus mengecek sendiri ‘domba’ ini.” Ucap Demiurge yang mengusap dagunya berpikir.

“Apa akan kau jadikan eksperimen?” tanya Sebastian melirik manusia yang sepertinya sedang asik dengan dunianya sendiri.

“Mungkin saja.” Ucap Demiurge mengangkat bahunya ringan.

“Jika dilihat dari sudut pandangku sepertinya dia manusia langka, karena aromanya hanya bisa dicium olehmu, maka sebaiknya kau mencari datanya diperpustakaan terlebih dahulu.” Ucap Sebastian mengemukakan pendapatnya.

“Aku sudah merencanakan untuk kesana, sebelum itu...” Pandangan Demiurge kembali menatap ‘domba’ yang ia ajak.

“Bisa aku meminta bantuanmu, Sebastian?” lanjutnya.

“Tentu saja, apa itu?” ucap Sebastian.

“Pakaikan ‘domba’ itu dengan pakaian pantas, aku tidak ingin saat berpapasan dengan Tuan Ainz, ‘domba’ ini malah terlihat kotor dihadapannya.” Ucap Demiurge manatap tajam manusia itu.

Degh-

Tubuh manusia itu langsung tersadar dan merinding secara langsung, wajahnya tidak bisa untuk tidak menundukkan kepalanya.

“Akan aku lakukan.” Ucap Sebastian dengan anggukan, tangannya mengusap kepala bocah manusia untuk menenangkan.

“Silahkan kau bisa meninggalkan kami disini.” Ucap Sebastian

“Aku serahkan padamu.” Ucap Demiurge yang kembali membenarkan letak kacamata dihidungnya lalu bergegas pergi.

Selepas kepergian Demiurge, Sebastian menatap bocah manusia itu.

“Siapa namamu?” tanya Sebastian.

“(M-m/n).” Ucap manusia itu dengan sesekali melirik orang yang terlihat seperti kepala pelayan.

“Baiklah (M/n), seperti yang kau ketahui tadi namaku adalah Sebastian. Dan aku ingatkan agar kau tidak melakukan hal yang tidak diperintahkan oleh kami, mengerti?” ucap Sebastian dengan senyuman penuh makna.

Terpaksa (M/n) mengangguk gugup.
Seperti yang diucapkan Demiurge tadi, (M/n) dimandikan lalu diberi pakaian yang layak. Berterimakasihlah pada Sebastian yang mengetahui tentang kebudayaan manusia –karena kepentingan untuk menyamar dalam rakyat kerajaan E-Rantel.

(M/n) yang sudah rapi kini berada didepan perpustakaan sesuai permintaan Demiurge.

“Demiurge, aku telah membawakan manusia tadi.” Ucap Sebastian yang mengetuk pintunya.

“Ah, masuklah saja.” Ucap Demiurge yang tidak melirik sama sekali pada pintu yang mulai terbuka.

Di sana sudah ada Albedo, Mare serta Aura yang berdiskusi dengan Demiurge.

“Jadi ini ‘serangga’ yang kita bicarakan tadi?” ucap Albedo dengan memandang hina (M/n).

“Apa kau sudah meminta ijin pada Tuan Ainz?” tanya Aura.

“J-jika ‘serangga’ sepertinya masuk s-sembarangan bukannya akan membuat marah Tuan Ainz?” tanya Mare dengan sedikit gugup.

“Sebelumnya aku sudah meminta pribadi sebagai alat untuk rencana kita, dan Tuan Ainz menyetujuinya seperti biasa.” Ucap Demiurge dengan membuka buku yang dipegangnya.

“Jika seperti itu aku tidak akan membantah.” Ucap Albedo melihat hal lain.

“Hm, baiklah.” Ucap Aura.

“U-uhm.” Angguk Mare.

“Aku ijin pergi dari sini.” Ucap Sebastian yang sudah undur diri dari ruangan itu.

“Kita mulai diskusinya.” Ucap Demiurge yang sudah memandangi semua orang yang berada disini.

“Seperti yang kau tahu, bisa dibilang ‘serangga’ ini adalah manusia langka dalam kawanan serigala, seperti darah campuran.” Ucap Albedo.

“Jika dilihat dari aromanya, bisa dibilang ia adalah kasta omega.” Ucap Aura.

“S-sehingga meskipun ia berkelamin laki-laki, ia masih memiliki rahim didalamnya.” Ucap Mare menimpali.

“Baik, kita akan jadikan dia umpan untuk bangsawan tidak bermatabat itu. Aku yakin mereka akan terpikat dengan ‘domba’ ini.” Ucap Demiurge dengan seringaiannya.

“Bagus sekali.” Ucap Albedo dengan senyuman.

(M/n) yang mendengar perkataan itu semua membuatnya bergetar serta ketakutan, tidak ia sangka bahwa harapan yang akan selamat tergantikan sebagai alat untuk memancing hasrat para bangsawan.

Air matanya mengalir dalam diam, ia tidak bisa bersuara sama sekali dihadapan para monster ini.

.

.

.

hm... anu-
Ya gitu dah- uhuk

Jaa ne~

Apr 12, 2021

Scene by Scene with Male ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang