1. Hate : Jisoo side

3.8K 232 6
                                    

Date Nights Bar, Seoul.

Disebuah bar yang terletak ditengah-tengah kota Seoul, terdapat banyak sekali orang yang sedang asyik meliuk-liukkan tubuh mereka mengikuti alunan musik yang terdengar keras memekakkan telinga.

Bar adalah tempat yang akan menjadi pilihan paling tepat bagi sebagian orang yang ingin melepas penat dari segala beban kehidupan. Tampak dari wajah mereka yang terlihat berseri seolah melupakan segala beban yang dipikulnya setelah meminum minuman yang membuat mereka mabuk, pusing dan ringan secara bersamaan.

Namun tetap saja diantara banyaknya orang yang tengah bergembira, ada satu orang yang terlihat melamun memikirkan sesuatu. Dia berdiri dibalik counter; hanya raganya saja, pikirannya jauh melayang entah kemana. Seolah banyak sekali hal yang cukup mengganggu otaknya.

Kang Seulgi pemilik bar yang merangkap sebagai sahabat hanya bisa menatap sendu gadis yang terlihat hidup namun tak tentu arah. Gadis tinggi bermata monolid itu perlahan mendekat ke tempat berdirinya sang sahabat yang kembali melamun setelah memberikan sebuah Vodka kepada seorang tamu yang kebetulan telah pergi dan hanya menyisakan sendiri gadis cantik bak dewi Aphrodite itu.

" Ji? .. " Ia menepuk pelan bahu gadis mungil itu untuk mengembalikan kesadarannya.

" Hm.. " Jisoo hanya berdehem menanggapi wanita yang lebih tua 4 tahun darinya.

Seulgi menghela napas pelan. Ia sudah terbiasa dengan sikap dingin dan keras kepala gadis itu.

" Pulanglah Ji. Kakakmu pasti mengkhawatirkan mu "

Kim Jisoo. Ia tersenyum tipis dan mengangguk sekilas, sebelum akhirnya ia pergi menuju pintu keluar Bar tanpa repot berpamitan kepada pemilik tempatnya bekerja; Kang Seulgi, yang hanya menggeleng heran.

Seulgi secara garis besar tau permasalahan apa yang tengah dihadapi sahabatnya itu. Belum bisa dikatakan lama untuk menjadi seorang sahabat, namun Jisoo dengan mudah mempercayai dirinya untuk menjadi tempatnya bersandar dan menceritakan seluruh beban berat yang tengah menumpuk dipundak mungilnya.

Dan Seulgi dengan senang hati memberikan bahunya untuk bersandar jika suatu waktu Jisoo membutuhkannya untuk berkeluh kesah.

Sampai disini Seulgi tak bisa menampik fakta mengenai betapa keras kepalanya Jisoo. Bukan lagi keras seperti batu melainkan sangat keras layaknya beton. Gadis bermata monolid itu hanya bisa menjadi pendengar yang baik, karena percuma saja ia berbicara dan menasehati Jisoo sampai mulut berbusa pun tak akan digubris sama sekali.

***

Mobil sedan mewah berwarna biru navy melesat membelah jalanan kota Seoul. Waktu menunjukkan pukul 8 malam tak menyurutkan aktifitas manusia yang berlalu lalang memadati jalan. Kota yang dikenal selalu sibuk bahkan saat malam gelap sekalipun.

Jisoo, gadis yang berada dalam mobil sedan mewah itu berkali-kali menghela napas lelah setelah mobilnya berhenti dan terparkir sempurna di depan pekarangan rumah mewah miliknya.

Kim's House

Langkah kakinya membawa tubuhnya masuk kedalam rumah besar itu. Sunyi sepi keadaan rumah membuatnya muak, pandangannya lurus, kaki jenjang miliknya terus menuntunnya ke kamar.

Namun saat akan menaiki tangga, Jisoo otomatis berhenti ketika sebuah suara lembut memanggil namanya dengan intonasi pelan namun tersirat sebuah kekhawatiran didalamnya.

Tanpa menoleh, Jisoo hanya diam menunggu orang itu berbicara kembali. Wajahnya masih datar, aura dingin yang cukup kuat darinya menguar di setiap sudut ruangan, aura yang bisa membuat orang yang berada disampingnya menggigil dan mati kutu.

HATE AND LOVE || JireneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang