2. Love : Irene side

1.6K 187 5
                                    

Kim's House

Irene, wanita cantik itu kini tengah gelisah dan cemas, mata indah miliknya tak henti melirik jam yang menempel di dinding berwarna putih.

17.54 KST

Belum ada tanda-tanda kedatangan orang yang ditunggunya. Perasaan khawatir selalu hadir setiap saat diwaktu seperti ini. Sudah terbiasa, namun tetap saja, wanita itu tidak bisa menutupi rasa khawatir berlebihannya kepada sang adik.

Bagaimana tidak, adiknya itu masih duduk di bangku menengah atas tapi selalu pulang malam dan bahkan seringkali pulang hampir larut. Tentu rasa cemas menghantuinya, ia tak ingin terjadi apa-apa dengan adiknya, mengingat hanya gadis itu yang ia punya di dunia ini.

Setelah beberapa saat, Irene mengalihkan pandangannya ketika pintu utama terbuka menampilkan sosok sang adik yang berjalan dengan tatapan kosong. Terus melangkah tanpa menoleh kepadanya, hatinya sedikit tercubit namun lagi-lagi rasa bersalah menyadarkan dirinya untuk bisa menerima perlakuan seperti itu.

Irene's POV

" Jisoo? " Panggilku pelan saat diriku sudah berada dibelakangnya.

Aku sudah terbiasa, dia tak menoleh sedikitpun.

" Ji, dari mana saja? Kenapa setiap kali pulang harus malam seperti ini? " Tanyaku dengan suara bergetar menahan rasa campur aduk antara khawatir, cemas dan aku ingin sekali menangis rasanya saat aku mencium bau tak asing dari seragam putih miliknya, Alkohol.

Aku bertanya-tanya dalam hati, apa yang dilakukan Jisoo diluar sana karena setiap hari selalu saja pulang malam dan satu lagi, bau minuman keras selalu melekat ditubuhnya.

Dalam hati aku menangis, apakah aku sebodoh itu hingga tak bisa menjaga adikku sendiri dan tak mengetahui apapun aktifitas yang dilakukan Jisoo diluar sana. Rasa bersalah dalam diri ku kian bertambah melihatnya seperti ini. Jisoo bukan seperti dirinya yang dulu, dia seperti orang lain yang kehilangan tujuan hidup.

Aku membenci diriku sendiri karena tak becus dalam menjaganya.

Dia masih diam ditempat, aku menghela napas pelan menetralkan emosi tak karuan. Aku ingin marah tapi aku juga tak ingin Jisoo semakin menjauhiku, cukup sudah selama 3 tahun ini gadis itu membentangkan jarak untuk ku dan dirinya.

" Gantilah bajumu Ji dan bersihkan dirimu setelah itu kita makan bersama " Aku kembali menghela napas lelah melihatnya berlalu begitu saja. Aku mendudukkan diriku di sofa saat pintu kamar Jisoo tertutup.

Pikiranku kembali melayang memikirkan bagaimana caranya agar bisa kembali dekat dengannya seperti dulu.

" Jangan seperti ini Jisoo.. Jangan membuat kakak khawatir. Kakak sangat menyayangimu, sungguh kakak hancur melihatmu seperti ini. Maafkan kesalahan kakak. "

Aku terisak pelan, mengucap kata yang sama seperti sebelum-sebelumnya.

Terbesit rasa lelah dalam diriku, lelah menghadapi semuanya tapi dengan susah payah aku bertahan hanya untuk adikku, Jisoo.

Tak lama, aku menghapus kasar air mataku saat terdengar suara pintu terbuka, mengalihkan pandanganku kearah Jisoo yang berada di lantai 2. Aku tersenyum kecil kemudian dengan cepat aku beranjak menuju ruang makan.

***

Aku sungguh tak nyaman dengan suasana yang hening seperti ini, aku bergerak gelisah dalam dudukku, aku tengah memikirkan bagaimana caranya bertanya kepada Jisoo tentang semua aktifitas yang dilakukannya hari ini. Karena jujur aku sangat-sangat khawatir kepadanya.

Namun aku juga terlalu takut hanya untuk sekedar membuka suara, aku terlalu takut untuk kembali dibentak gadis itu. Dia cukup menakutkan, belum lagi ucapannya selalu saja sukses membuat hatiku hancur.

HATE AND LOVE || JireneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang