18. Jennie

1.4K 167 15
                                    

" Kak, maafkan aku. Semalam aku terlalu mabuk dan- melakukan hal yang tidak sepantasnya kepada kakak. Maaf aku tidak sadar melakukan itu, tapi- untuk perasaan ini, aku tidak pernah berbohong. Aku.. benar-benar mencintai kakak, maaf aku meninggalkan kesan yang buruk untukmu dan menyakitimu- lagi. "

Jisoo menunduk menghindari kontak mata dengan Irene. Sungguh, ia benar-benar malu dan kecewa pada dirinya sendiri yang tega melakukan itu kepada kakaknya.

" Kau bisa memarahiku tapi jangan- membenciku. Maafkan aku " Jisoo semakin menunduk dalam, sedangkan Irene yang sedari tadi hanya diam langsung angkat bicara.

" Lupakan semuanya Ji. " Hanya itu yang bisa Irene ucapkan. Sejujurnya ia masih merasakan sakit dan kecewa, namun sekali lagi ia menekan egonya sendiri demi hubungan mereka berdua. Irene benar-benar tidak bisa melihat adiknya itu bersedih, ia sangat menyayangi Jisoo.

Jisoo mendongak dengan mata memerah, ia sangat mencintai sosok di depannya. Irene yang selalu menjaga juga menyayanginya dengan sangat baik. Disaat ia menyakiti wanita itu dan mengecewakannya, Irene justru dengan mudah menerimanya. Jisoo semakin berhasil membuktikan bahwa dirinya tak lebih dari seorang yang brengsek. Ia menyakiti wanita baik dan sempurna seperti Irene.

Irene menarik Jisoo ke dalam pelukannya.

" Berjanjilah pada kakak, Ji- jangan terlalu banyak minum dan mabuk lagi, itu membuat kakak khawatir. " Jisoo mengangguk menarik diri dari pelukan Irene.

Jisoo menatap Irene penuh rasa bersalah, kakaknya itu tampak berantakan karena ulahnya, dengan selimut yang masih membungkus tubuh mungil polos tanpa kain itu. Ia kembali menunduk dan menghela napas pelan. Irene yang melihat itu menyunggingkan senyum tipis, lalu mengusap pucuk kepala adiknya dengan sayang.

Ia sudah memaafkan Jisoo dan menerima semuanya. Mungkin jika dari awal ia dan Jisoo terbuka dengan perasaan yang mereka miliki, besar kemungkinan Irene menerima segala perlakuan Jisoo, dan sejujurnya ia juga tidak akan menolak apapun itu.

Irene tersentak saat pikirannya muncul nama seseorang. Irene meneguk ludah kasar, ia melupakan Jennie. Bagaimana bisa mereka melakukan ini semua, dengan Jennie yang masih menjadi bagian dalam hidup Jisoo. Irene menggigit bibir bawahnya cemas. Ia mendongak dan memberanikan diri untuk membicarakan semua ini dengan Jisoo.

" Ji, B-bagaimana dengan J- Jennie? " Irene menarik napas dengan susah payah, hatinya tiba-tiba sakit dan dadanya mulai sesak. Ia tidak bisa jika tidak memikirkan kemungkinan terburuknya.

Irene menatap Jisoo yang mengubah ekspresinya menjadi datar dan dingin. Raut wajah yang tidak bisa Irene baca maksudnya. Irene menunduk meremas kedua tangannya gugup. Ia masih belum sanggup jika Jisoo lebih memilih Jennie.

Jisoo menggenggam kedua tangan Irene dan membuat kakaknya itu mendongak menatap kearahnya. Pandangan mereka terkunci satu sama lain, Jisoo berharap kakaknya itu bisa melihat ketulusan darinya. Jisoo tersenyum mengusap kedua tangan Irene dengan ibu jarinya.

" Aku- sudah tidak ada hubungan lagi dengannya. Kau tidak perlu takut, hubungan kita telah berakhir semalam. " Jawaban Jisoo membuat Irene tersenyum lega. Namun masih ada satu hal yang mengganjal.

" Kau minum dan mabuk karena hubunganmu berakhir dengan Jennie? "

Jisoo menggeleng cepat. " Tidak! " Jawabnya mantap.

Jisoo menarik napas dalam lalu menghembuskan nya perlahan. " Sama sekali tidak ada hubungannya dengan Jennie. Aku dari awal tidak mencintai Jennie. A-aku hanya menjalin hubungan dengannya karena saat itu a-aku sudah mencintaimu dan- aku ingin memastikan bahwa perasaanku itu hanya rasa kagum semata dan berpikir jika aku belajar mencintai Jennie maka aku akan melupakan perasaan ini. Namun, hal itu tidak berpengaruh sama sekali. " Jisoo menjeda ucapannya. Irene merasa sedikit sakit hati mendengar apa yang dikatakan Jisoo.

HATE AND LOVE || JireneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang