5. Doubt

981 141 0
                                    

Irene mempercepat langkahnya menghindari Suho yang terus mengejar dirinya. Langkah Irene terpaksa berhenti saat tangan kanannya digenggam erat oleh pria itu.

" Aku bisa mengantarmu pulang tidak perlu memesan taksi. Kau berangkat denganku maka kau juga pulang denganku. " Paksa Suho untuk kesekian kalinya, Irene sedari tadi menolak untuk diantar pulang dengan alasan tidak ingin merepotkan nya.

Suho masih bersikeras mengajak Irene pulang bersamanya. Irene yang merasa risih bingung memikirkan bagaimana caranya lepas dari pria itu.

" Maaf Suho, kau tidak perlu mengantarku. Aku bisa pulang sendiri " Irene menolak halus, ia mulai ketakutan sekarang melihat Suho yang terus menerus memaksanya.

Keduanya sekarang berdiri di lobby perusahaan Kim. Pria itu masih terus menarik lembut Irene yang sedikit berontak, sampai pada akhirnya Irene sedikit tersentak merasakan seseorang menggenggam tangan kirinya.

Irene menoleh kepada orang itu, betapa terkejutnya ia melihat Jisoo berdiri menahan pergelangan tangan mungil miliknya, wajah datar dengan mata indahnya yang menatap tajam kearah Suho.

" Dia pulang denganku " Suara dingin Jisoo membuat Suho melepaskan tangannya dari Irene.

Dengan cepat Jisoo menarik Irene dan membawa kakaknya pergi. Suho tersenyum tipis menatap punggung punggung dua bersaudara Kim itu yang perlahan menjauh.

'Aku yakin kau cemburu dengannya Jisoo' Batin Suho. Pria itu menyeringai menatap penuh arti kedua gadis Kim dari kejauhan.

Jisoo masih terus menggenggam erat pergelangan tangan Irene yang diam-diam tersenyum dibelakangnya. Jisoo berhenti didepan mobil mewahnya, membukakan pintu untuk Irene sebelum menggerakkan dagunya menyuruh wanita itu segera masuk kedalam.

Gadis berbibir hati yang masih menggunakan seragam sekolah itu memacu mobil miliknya dengan kecepatan sedang. Suasana didalam mobil sama seperti biasanya, hening. Kedua wanita berbeda usia sibuk dengan pikiran masing-masing. Irene tersenyum menatap keluar jendela, wanita itu tampak bahagia mengingat aksi tarik menarik beberapa saat yang lalu. Dalam hati ia merasakan kehangatan, Jisoo masih mempedulikan dirinya. Irene menggigit bibir bawahnya untuk tidak tersenyum seperti orang bodoh, namun tetap saja perasaan bahagia dalam dirinya tak bisa ditutupi membuat senyum manis itu kian lama kian mengembang dengan sendirinya.

Sedangkan Jisoo, gadis itu sedikit melirik Irene, dari ekor matanya tampak jelas wanita itu tengah tersenyum. Entah mengapa Jisoo ikut tersenyum tipis. Jisoo kembali fokus ke jalanan, berpikir entah kapan terakhir kali ia satu mobil dengan kakaknya. Ia rasa semenjak kejadian itu, mereka tidak pernah pergi bersama atau lebih tepatnya ia yang selalu menghindari sang kakak.

Drrtttt... Drrttt...

Ponsel Jisoo bergetar bersamaan dengan mobilnya yang berhenti ketika lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Jisoo segera mengecek notifikasi pesan masuk itu, sedangkan Irene yang sedikit penasaran melirik sang adik dari ekor matanya.

+82xxxxxxx

Hai Jisoo.. Kau tau siapa aku
Jika kau ada waktu nanti, temui aku di tempat biasa, sungai Han. Kau tau kan?
See you..

Jisoo menghela napas pelan yang masih bisa didengar oleh Irene.

" Kau tidak apa-apa Jisoo? " Tanya Irene pelan membuat Jisoo menoleh sekilas namun kembali membuang pandangannya ke depan seraya menjalankan mobilnya ketika lampu lalu lintas berubah hijau.

Dia hanya menggeleng pelan merespon pertanyaan kakaknya, Irene mengangguk mengerti namun dalam hati ia yakin gadis itu tidak sedang dalam keadaan baik.

***

HATE AND LOVE || JireneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang