2. Mengunjungi Mereka

437 55 8
                                    

Seperti yang direncakan kemarin, kini kesepuluh saudara itu sedang bersiap untuk pergi ke pemakaman.

Mereka ke sana bukan untuk yang aneh-aneh apalagi pesugihan, hanya mendoakan saja juga sedikit bercerita tentang kehidupan yang keras ini.

Terhitung sudah hampir enam tahun dua orang yang disayangi ini pergi karena kecelakaan maut yang terjadi.

Bahkan sang ayah sempat sadar selama dua hari sebelum akhirnya menyusul sang istri yang sudah pergi lebih dulu saat setelah kecelakaan terjadi.

Tidak perlu di flashback untuk mengetahui cerita menyedihkan ini, kehilangan orang tua sudah pasti menjadi penyesalan terdalam selamanya ketika kita tak mampu memenuhi keinginan dua orang yang sudah menjaga, melahirkan, serta merawat sejak bayi itu.

..

Sekarang kesepuluh saudara ini sudah berada di tempat peristirahatan terakhir kedua orang tua mereka.

Tentunya dengan berucap bismillah saja, Theo bisa menjadi setegar sekarang. Perlahan ia berjongkok di samping nisan yang bertuliskan nama sang ayah.

"Assalamualaikum, Pa!" Sapanya dengan nada bergetar.

Key juga melakukan hal yang sama di samping nisan sang ibu tepat disebelah gundukan tanah sang ayah.

"Maaf kalo Theo baru bisa datang sekarang, Aarav pernah bilang kalo dia sama Ziel datang kesini, berdua aja! Maaf buat semuanya!"

Tony, Ervin, dan Jarvis, serta Key yang tadinya berada di makam sang ibu beralih mendekat ke Theo untuk saling menguatkan satu sama lain.

Sedangkan si kembar beralih ke makam sang ibu dengan kondisi sama dengan lima kakak mereka.

Setelah Theo dan adik-adiknya mengeluarkan isi hati mereka, walaupun tak ada jawaban dari sana. Akhirnya ziarah ini mereka tutup dengan bacaan surat Yasin dan do'a dan setelah nya mereka bangkit dan pulang ke rumah kembali.

🐾🐾🐾

Sebelum masuk ke mobil kembali, Aziel mengusulkan sesuatu untuk menyingkirkan sedikit kesedihan yang tengah menyelimuti mereka saat ini.

"Lomba masak?" Tanya yang lainnya terkejut, Aziel mengangguk mantap.

"Maksudnya?" Tanya Haezal tak mengerti.

"Jadi gini, kita lomba masak buat nanti buka puasa, karena kit ada sepuluh jadi satu tim isinya dua orang, menunya sih tanya Aarav aja nanti!"

"Kok gue?"

"Pendapat lo lebih dibutuhkan disini daripada yang lainnya!"

Jawab Aziel tak berdosa, membuat tiga kembarannya yang lain mendelik tajam ke arahnya namun dihiraukan, sementara lima kakak-kakaknya terkekeh.

"Oke, kalo gitu. Nentuin tim nya siapa-siapa aja, ayo batu, gunting, kertas dulu!" Semuanya mengangguk mendengar usulan Jarvis.

Saat putaran pertama, Keenan dan Theo batu, sedangkan yang lainnya gunting, jadi mereka berdua satu tim.

"Aarav sama Abang!" Si sulung langsung menarik si sulung kembar menjauh, mereka yang melihat ulah Theo hanya mendengus tak terima.

Putaran kedua, Aziel sama Tony kertas sisanya gunting, sama halnya dengan Theo tadi, Tony langsung menarik sang adik keluar dari permainan.

Rumah Kita✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang