12. Si Kembar Diam

408 47 0
                                    

Pagi ini, dihari ketujuh belas di bulan puasa seperti ini, rasanya ada yang aneh di kediaman keluarga sepuluh saudara itu, mustahil sekali bukan jika rumah ini sunyi dan sepi?

Jika tidak ada penghuni nya, itu memang wajar. Tapi, ini PENGHUNINYA MASIH ADA DI RUMAH!.

Bahkan lima Abang mereka saja dibuat bingung dengan kelakuan lima adik kembarnya, sejak bangun sahur tadi sampai sekarang pukul sembilan pagi.

"Ck, sebenarnya kalian tuh kenapa sih? Kok pada diem? Sakit? Apa gimana?" Celetuk Key frustasi, heran saja dengan tingkah adik-adiknya yang biasanya berulah kecuali Keenan sih, diam tak membuka mulut sejak pagi.

Theo hanya menggelengkan kepalanya, ia sama dengan Key. Frustasi dengan keadaan, tapi pikiran positif selalu menghampiri benaknya.

Seperti mungkin adiknya kelelahan atau sedang banyak tugas, ya kira-kira seperti itu.

..

Setelah Dzuhur juga masih sama, keadaan yang hening tanpa keributan adik-adiknya itu membuat Tony frustasi. Ia pusing saja karena adiknya tiba-tiba menjadi pendiam seperti ini.

Karena kesal juga, akhirnya Tony memilih pergi ke lantai atas menuju kamar Keenan.

Brak!

"Astaghfirullah!" Kaget Keenan.

Bagaimana tidak? Dirinya sedang sibuk dengan tulisan dari tugas-tugas menyebalkan dari beberapa Minggu lalu yang diberikan oleh gurunya, tidak hanya sendiri.

Empat kembarannya yang lainnya pun juga mendapatkan nya, Tony mendekat. Lalu memeriksa semua bagian tubuh Keenan entah apa maksudnya.

"Abang kenapa sih?" Ucap Keenan mulai jengah dengan abangnya yang satu ini.

"Ah, harusnya Abang yang tanya kenapa. Kamu tuh sama yang lain kenapa Aarav? Kok dari tadi pagi bangun sahur, diam aja ngga ngomong! Kalian berantem? Sakit? Atau apa?" Tanyanya frustasi.

"Ih, Abang apaan sih? Berenti dulu, jangan diguncangin gini Aarav nya, pusing tahu!" Sentak Keenan kesal, pasalnya Tony mengguncang tubuhnya kesana kemari dan membuat nya pusing.

"Ya lagian, Abang sebal liatnya. Kalian tuh yang biasanya petakilan sana-sini kenapa jadi diam kayak batu? Heran tau nggak!" Balas Tony tak mau kalah.

"Makanya dengerin dulu, bang Tony! Heh, bikin greget aja sih!" Sungut Keenan. Tony diam, berniat mendengarkan alasan kenapa si kembar Lima diam hari ini.

Dan perkataan Keenan berikut nya membuat nya ikutan kesal karena sudah bertanya.

🐾🐾🐾

Theo tertawa kala mendengar cerita Tony, kini keduanya sedang berada di gazebo belakang rumah. Hanya berdua saja karena yang lain sedang ada keperluan diluar.

"Kenapa ketawa sih, bang?" Kesalnya.

"Ah, habisnya sih. Kamu tahu mereka lagi ngapain, kenapa ditanya lagi! Kurang kerjaan banget sih!" Balas Theo.

Mata Tony memicing ke arah Theo yang kini hanya kelihatan santai ketika sang adik menatapnya intens.

"Apa?" Tanyanya.

"Abang tahu ya, soal ini?" Tebaknya.

"Dih, apaan? Nggak lah, mana Abang tau. Lagian kamu kan bisa nebak mereka kenapa kalo diam gitu? Emang dasarnya aja, kamu yang nggak peka Tony!"

Tony tambah merenggut mendengar ucapan Theo dan bertambah kesal pula saat si sulung dari kesepuluh saudara ini meninggalkan nya sendirian di gazebo belakang rumah.

..

"Abang, Aarav keluar sebentar ya. Cari es kelapa!" Teriak Keenan. Omong-omong ini udah pukul lima sore dan itu sudah waktu yang pas buat beli takjil keluar.

Tak lama Theo dan yang lainnya keluar menghampiri Keenan yang sedang memasang sepatunya.

"Nitip dong, dek!" Kata Ervin, ia sedang malas keluar sekarang. Jadi, mumpung Keenan akan keluar ia ingin menitip.

"Cepat, apaan? Mumpung Aarav masih mau!"

Sebenarnya ia kesal juga karena ingin keluar, karena ketika ia keluar atau yang lain keluar. Pasti akan ada yang menitip pada nya.

"Hehehe, beliin nasi goreng ayam warung biasa dong! Nih duitnya!"

Ervin menyengir sambil memberikan selembar uang pecahan lima puluh ribu pada Keenan dan langsung disambut baik oleh si empunya.

"Siapa lagi?" Tanya Keenan.

"Abang! Beliin gorengannya bang Tama ya!" Ucap Theo sambil memberikan uang pecahan dua puluh ribu pada si sulung kembar.

"Udah ini aja?"

"Abang bakso deh, beli buat kamu juga sana!" Ujar Key dengan uang pecahan lima puluh juga.

"Udah kan? Nggak ada lagi?" Semuanya menggeleng.

"Oke. Ziel! Temenin gue kuy!" Ajaknya pada Aziel dan langsung disambut baik oleh si empunya.

"Okeh, bentar gue ambil jaket!"

🐾🐾🐾

"Ziel! Lo mau apaan?"

"HAH? APA? NGGAK DENGER!"

"Ck, LO MAU BELI APA?"

"Oh, BELIIN NASI GORENG AJA DEH, KAYAK BANG ERVIN TADI!"

"Okeh!" Keenan memutar balik arah motornya karena ia dan Aziel sudah selesai membeli es kelapa, gorengan, serta bakso pesanan kakak-kakaknya.

Kini tujuan mereka berganti arah adalah tempat warung nasi goreng ayam yang biasanya ditempati oleh kesepuluh saudara ini. Jangan tanya bagaimana rasanya, bahkan warung ini sudah buka sejak Keenan lahir.

Saat sampai di warung itu, nampak sekali sedang ramai karena ini bulan Ramadhan dan juga nasi goreng ayamnya itu laris manis seperti biasa.

"Bang Danu!!" Panggil Keenan pada seseorang yang duduk dibalik meja kasir.

"Apa, Nan?"

"Hehehe, Keenan pesan sepuluh ya!" Danu serta Aziel yang ada disebelahnya pun terkejut saat Keenan mengatakan berapa pesanan nya. Aziel pun langsung memukul lengan Keenan cukup keras, membuat si empunya protes.

"Apa sih?"

"Heh, perasaan tadi yang pesan cuman bang Ervin, lo sama gue deh. Ini kenapa jadi sepuluh sih?"

"Ck, yang lain makan apa coba? Lagian gue tuh kalo mau traktir kalian pasti ngga akan ngomong dulu, udahlah bodo amat. Kalo nggak mau bisa disimpan terus dimakan pas sahur. Gitu aja kok ribet!"

Aziel mencibir, memang Keenan tidak akan pernah berubah dan tetap akan selalu menjadi seperti ini.


∆∆∆

Hai, author balik lagi😌

Maaf ya, baru up. Kemaren author sakit, nggak kemaren sih😐

Sejak tiga hari yang lalu lah🤧

Voment juseyo,

See you🤗

Lop u all💙💚

Rumah Kita✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang